Kesel

568 63 10
                                    

"Mana kak joss, aku kasih kontakku"

Joss girang memberikan smartphonenya pada yang lebih muda. New mengetikkan nomor ponselnya dengan setengah hati, setengah hati sebel liat pemandangan di depannya.

"Udah nih"
"Thanks new"
New hanya mengangguk lalu bangkit, berniat pulang. Toh satenya juga sudah habis. Tay melihat new yang tiba-tiba bangkit sedikit kaget.

"Mau pulang??"
New diam lalu mengangguk pelan. Bibirnya ia cebikkan sedikit, tangannya bergerak sambil menenteng bungkusan sate untuk teman-temannya di kosan. Ada harap dalam hati new jika kak tay akan mengantarnya pulang, tidak tinggal disini bersama 'teman'-nya itu.

"Yaudah yuk"
Pipi new mengembang melihat tay bangkit, namun senyum merekah tadi seketika berganti menjadi masam ketika melihat tangan lee mengait ke lengan tay dengan pelan.

"Mau kemana?"
"Balik, new ngajak balik"
"Lah gue kan baru sampe, masak mau balik sih lo? New kayaknya gapapa deh kalo balik sendiri. Yakan new?"
New sedikit menganga dengan perkataan lee.

"Atau mau dianterin joss? Joss anterin gih, udah dikasih kontaknya juga lo"
Lee memberi gestur menyuruh joss untuk bangkit. New yang sudah kepalang sebel meremat kantong kresek sate ditangannya, semakin sebal lagi ketika ia melihat kak tay hanya diam tanpa pembelaan.

"Nih orang ngajakin gue perang banget ya? Hmmm okeee, lo jual gue beli! Lo obral gue borong!!!" — batin new

"Kak tee..."
New memanggil dengan nada pelan tapi masih bisa didengar oleh mereka yang ada di meja itu. Bahkan joss dan singto pun masih terpaku melihat wajah putih new yang kini tengah merajuk.

"Sorry nat, gue nganterin new dulu. Duluan ya semua"
Tay menarik tangan new meninggalkan kedai tukang sate yang kini dipenuhi oleh pelanggan itu. Tak lupa juga senyum manis yang new berikan khusus untuk lee yang melihatnya dengan wajah geram.

Jarak antara kedai sate dengan kosan hanya 300m masuk gang. Tay dan new berjalan dengan hening namun tangannya masih setia bergandengan.

Sejujurnya new senang jika digandeng seperti ini, terlepas itu disengaja atau tidak, new berharap jika jalan-jalan yang akan ia lalui nantinya akan digandeng seperti ini.

Namun rupanya tay yang baru sadar jika tangannya terkait dengan new buru-buru melepasnya. New sedikit kecewa, tapi tidak bisa marah juga, memangnya dia siapa?

"Kak"
"Hm?"
"Kakak sama kak lee udah temenan lama ya?"
Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut new. Sebenarnya new tidak ada niatan bertanya demikian, tapi entah mengapa ia hanya ingin tau.

"Lumayan lama sih, dulu kita satu SMA"
"Bareng bang off juga dong?"
"Iya"
"Tapi kak lee kok kayak ga deket gitu sama bang off?"
New masih memperhatikan tay yang sepertinya kebingungan menanggapi pertanyaan new. Tangannya menyisir rambutnya kebelakang, sudah dapat new dipastikan pertemanan kak tay dan kak lee bukan pertemanan biasa.

"Dulu pas SMA kita emang ga terlalu deket sama lee, beda kelas. Terus pas masuk kuliah ternyata lee satu fakultas sama aku, mungkin itu alesannya lee lebih deket sama aku dibanding off"
"Ohh... Kak lee gaada temen lain ya?"
"Maksutnya?"
New panik, kemudian merutuki pertanyaan sarkas yang ia lontarkan.

"Maksutnya anu kak lee gaada temen hangout lain gitu? Kok kayaknya deket banget sama kak tawan"
"New"
New menoleh pada tay yang berdiri mematung di belakangnya. Perasaan takut dan panik kembali menghantui new, apakah ia ada salah bicara tentang lee?

"Tadi kamu ngomong apa?"
Tuh kan.... New kembali merutuki dirinya sendiri. Apakah kak tawan akan memarahinya? Atau bahkan akan tersinggung dan menjauhinya? New panik.

"Maaf kak..."
Cicit new pelan. New tidak pernah melihat wajah serius tay sebelumnya, dan kali ini new benar-benar takut.

Namun bukan gerutuan marah yang new dapatkan, melainkan usapan lembut di kepalanya. Poninya dirapikan, terus dipukpuk pelan. Jangan ditanya bagaimana kondisi wajah new saat ini. Kejadian didepannya ini terlalu cepat dan bahkan sulit untuk ia proses.

"Kenapa minta maaf?"
"Kakak marah sama aku??"
"Marah buat apa?"
"Soal kak lee?"
Tay terbahak, merasa gemas sendiri dengan beruang lucu didepannya ini.

"Kok jadi lee"
"Tadi kan kita bahas kak lee, aku kira kak tawan marah aku-"
"Tee... Panggil aku tee, aku suka kamu manggil aku tee"
New mematung, jadi kak tay bukan marah karena pembahasan mereka tentang kak lee tapi karena nama panggilan. Dan new baru ingat jika tadi dia memanggil tawan dengan nama Tee, ditambah nada merajuknya. Mengingatnya saja new sudah kepalang malu dan akhirnya ia memilih berlari.

"Loh he heeiii mau kemana?"
Tay bingung dan akhirnya ikut berlari mengejar new yang sudah mendahului dirinya.

Karena badan new yang sedikit bongsor ditambah gaya larinya yang seperti anak kecil tentu menimbulkan gaduh di gang tempat tinggalnya. Foei, pak RT kompleks sampai keluar dari rumahnya diikuti prom yang membawa piring dan makanannya.

Keadaan itu kemudian diperparah dengan mbak sari, ART rumah sebelah mengira ada maling.

"Mana malingnya mas mana???"
"MBAAAAKK!!! INI NEW BUKAN MALING"

Semua orang di kompleks keluar sambil membawa peralatan gebukin maling masing-masing. Dari tongkat baseball, panci, teflon, sapu hingga payung. Mereka hendak memukul tay yang baru datang tergopoh mengejar new. Ketika hendak memukul suara lantang gunsmile yang juga siap-siap ikut menangkap maling menginterupsi.

"WOY WOYYY TUNGGU TUNGGU!!! LAH INI MAH BANG TAY"
"Kamu kenal?"
"Kenal pak, ini yang biasa nginep di kosan sini"

"OALAAAAHHH"
semua orang yang ada disana berseru dan tidak lupa meminta maaf karena telah menuduh tay. Tidak lupa juga mereka protes ke mbak sari karena salah memberi info yang hampir membahayakan nyawa seseorang.

"Kamu tuh ya sari, kerjaanya tiktokan sekarang nuduh orang lain sembarangan!"
New meringis melihat mbak sari dimarahin pak podd. Tapi mereka tau jika pak podd sebenarnya tidak marah, cuma kesel doang.

Sebelum masuk ke rumah majikannya, mbak sari tidak lupa berbalik dan meminta maaf pada tay yang kini duduk diaspal gang itu.
"Maaf ya mas ganteng, maaf sekali lagi"
Tay hanya mengangguk dan menyuruh mbak sari untuk masuk saja kedalam rumah pak podd.

"Ganteng-ganteng maling, yuuuu cupu"
Arm terbahak mendengar penuturan prom yang kini juga mengikuti ayahnya masuk kedalam rumah.

"Kak tee, maaf"
New berjongkok disebelah tay dan mengelap peluh di pelipisnya. Tay hanya tersenyum dan seketika rasa capeknya hilang.

"Yeuuu modus lo wik"
New menoleh pada gun dan krist yang berdiri dihalaman kosan mereka, menatap dengan tatapan jengah sepasang lovebirds.

"Udah udah yuk masuk, lo mau sampe kapan duduk disitu tay?"
Arm masuk terlebih dahulu, disusul gun, krist dan gunsmile yang masih tertawa mengingat tay hampir jadi korban amuk massa akibat mbak sari. Kini disana hanya ada tay dan new yang masih ngos-ngosan karena berlari dan hampir digebukin warga.

"Ayo kak masuk"
New bangkit dan hendak meninggalkan tay, namun sesaat setelahnya tangannya kembali ditahan oleh tay.

"Bantuin kakak berdiri dong"
"Ihhhh manja"
"Kan manjanya sama kamu"
Wajah new sukses memerah karena malu, akhirnya ia berbalik dan meninggalkan tay yang masih setia duduk di aspal.

"Loh heii mau kemana?"
.
.
.
.
.
Sumpah ini prik banget sih. Lupa juga ini jalan ceritanya bagaimana😭😭😭 1000 kata aja soalnya aku kangen.

Origami | TayNewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang