"Apa?" kaget Jeongyeon.
"Oh ayolah sayang! Kau menyakiti perasaanku. Aku marah dan aku tidak bisa berpikir jernih. Jadi ya begitulah....." ucap Mina membela dirinya.
Aneh!
Itu lah yang bisa disebutkan untuk diri Mina. Rasanya begitu aneh karena dia memiliki emosi yang begitu rumit bahkan sangat mudah meledak dan mengaduk-ngaduk emosi di dalam tubuhnya.
Tidak seperti petualangan mereka yang lain, ini benar-benar tidak direncanakan oleh Mina dan juga tidak dipikirkannya dengan matang.
Itu adalah hal mendadak dan mengakibatkan kecelakaan seperti saat ini yang berakhir dengan malapetaka.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan? Kita akan mati kali ini! Aku tidak ingin mati kedinginan!" panik Jeongyeon meremas rambutnya.
"Tenang, aku punya jaket ekstra di tasku..." Mina berusaha meyakinkan dan menenangkan Jeongyeon yang terlihat begitu panik dan putus asa.
Dia melepaskan sabuk pengamannya dan pindah ke kursi belakang sebelum menarik Jeongyeon untuk mengikutinya.
Tanpa adanya penolakan, Jeongyeon pun akhirnya mengikuti Mina. Dia duduk berdekatan di samping Mina, terbungkus jaket ekstra wanita itu, syal, sarung tangan dan yang mengejutkan selimut yang mereka pakai bersama.
"Mari kita tunggu siang hari sebelum kita pergi mencari bantuan..." usul Mina saat melihat salju yang tak henti-hentinya menerpa jendela mobilnya.
"Ya, itu ide bagus..." Jeongyeon mengangguk setuju.
"Di luar sangatlah berbahaya dan juga gelap. Mari kita bermalam di sini atau menunggu badai reda..."tambah Jeongyeon memperbaiki selimut yang menutupi tubuh mereka.
Waktu pun terasa berjalan lambat sementara mereka berdua berharap sebuah mobil akan lewat untuk membantu dan menyelamatkan mereka.
Badai malah semakin parah, salju perlahan menumpuk di luar dan di atas mobil mereka. Mereka dengan praktis bisa mendengar angin menderu dan itu membuat mereka berdua takut.
Itu membuat mereka lebih takut dari pada melompati tebing karena tidak adanya kepastian dari siapa pun yang akan menemukan keberadaan mereka.
Tidak ada lagi penyelamat, tidak ada lagi petugas kesehatan dan tidak ada lagi bodyguard yang menjaga mereka. Yang tersisa hanya lah mereka berdua.
"Apakah hanya aku atau memang udara terasa semakin dingin?" Mina bertanya dan bergeser lebih dekat pada Jeongyeon.
Air di hidungnya mulai mengalir dan kedua tangannya mulai bergetar. Jeongyeon bergeser lebih dekat dan lebih dekat pada Mina. Mengambil tangan Mina ke tangannya dan menggosoknya bersama.
"Aku benar-benar minta maaf tentang apa yang aku katakan sebelumnya. Aku tidak bermaksud untuk mengatakan jika kau pembuat masalah...itu benar-benar salah...."sesal Jeongyeon membuang wajahnya, berusaha membuang rasa gengsi di dalam dirinya.
"Tidak apa-apa. Aku tahu...." Mina tersenyum setidaknya dia merasa jika Jeongyeon mulai merasakan sesuatu untuknya.
"Kau tahu...kau sangat berarti bagiku..."tambah Mina dengan senyum manis terlukis di wajahnya.
"Hmmm...." Jeongyeon hanya bersenandung sebagai jawaban.
Mina perlahan mengubur dirinya dalam pelukan hangat Jeongyeon. Jeongyeon memperhatikan bagaimana tubuh Mina semakin menggigil.
Dia pun memberanikan dirinya membuka syalnya untuk menyelipkan kepala Mina dilekukan lehernya.
Jeongyeon sedikit terkejut merasakan pipi Mina yang dingin saat pipi itu membuat kontak dengan kulitnya dan rasa aneh mulai terasa di perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girlfriend (Completed)
Fanfic"Kau...kau pacarku sekarang!!!" "Sorry?" "You're my boyfriend now!!!"