Jeongyeon memperhatikan mobil-mobil yang lewat, bagaimana petugas lalu lintas menulis surat tilang untuk pengemudi yang mengamuk di jalan, bagaimana seorang wanita hamil menyeret balitanya yang menangis menjauh dari toko es krim, hingga bagaimana seseorang pria mengucapkan selamat tinggal pada seorang wanita yang pergi ke taksi sebelum berbalik untuk melihat wanita lain yang berjalan ke arahnya dan memberikan ciuman selamat tinggal.
Manusia sangat menarik menurut Jeongyeon. Bagaimana mereka berinteraksi, bagaimana mereka menghadapi emosi dan bagaimana mereka tertindak dalam kehidupan sehari-hari, itu sangat lucu dan terkadang mengganggu.
Manusia adalah makhluk yang indah dan terkadang jahat....bahkan gila seperti gadis yang ada di depannya saat ini.
"...maksudku kita bisa menikah setelah kita kembali dari Jepang. Aku akan membawa keluargaku untuk datang ke rumahmu dan mengurus semuanya. Kau tidak perlu melakukan apapun, biarkan aku mengurus semuanya. Bagaimana, apa kau setuju?" Mina berhenti, kalimatnya memudar saat dia menatap Jeongyeon yang terlihat sedang melamun.
"Apa kau tidak mendengarkanku?!" Jeongyeon melompat kaget dari tempat duduknya, ia berbalik untuk melihat Mina yang marah.
"Apa kau tidak bisa bicara baik-baik? Kau membuatku kaget!" Jeongyeon mengusap dadanya yang berdegup kencang karena terkejut mendengar suara tinggi Mina.
Mina mendengus kesal, dia sudah berbicara panjang lebar tentang rencana kelanjutan hubungan mereka kedepannya sejak tadi, tapi ternyata Jeongyeon malah sibuk melamun dan tidak mendengarkannya sedikit pun.
"Bisakah kau setidaknya berpura-pura mendengarkanku? Aku memberitahumu tentang rencana pernikahan kita. Ini sangat serius dan kau bahkan tidak mendengarkan bahkan tidak peduli dengan apa yang aku katakan!" gerutu Mina.
"Apa?!"kali ini Jeongyeon kaget bukan karena suara tinggi Mina tapi kaget mendengar apa yang di katakan Mina.
"Serius Jeongyeon?"
"Yah! Aku tidak pernah menyetujui pernikahan itu!" Jeongyeon menggelengkan kepalanya, jelas menolak rencana Mina.
"Kau harus! Dan tidak boleh menolak nya!" seru Mina frustasi.
"Orang tuaku sudah menyetujuinya, begitu pun dengan ibu dan Nayeon unnie. Jadi tidak ada alasan untuk kau menolaknya lagi!" Mina terus bersikukuh.
"Jawabanku tetap Tidak! Tidak dan tidak!!!"balas Jeongyeon tidak mau kalah.
"Ini hidupku dan bukan hidup Eomma atau pun nuna ku! Semua keputusan tetap ada di tanganku Mina dan kau sudah tahu jawabannya!!!" tambah Jeongyeon dengan tegas.
Jeongyeon sadar betapa seriusnya situasi saat ini. Mina menjadi semakin terikat dengannya, bukan hanya itu gadis itu bahkan menjadi semakin nekat dalam melakukan sesuatu.
Ini benar-benar menakutkan, Jeongyeon tidak terbiasa dengan semua itu. Dia menyadari betapa Mina mulai terus mengatur kehidupannya.
"Kau tidak bisa memaksa seseorang untuk menikahimu, Mina...." dia menyuarakan pendapatnya dengan percaya diri.
Jeongyeon menggenggam erat tangannya, menunggu jawaban yang akan diberikan Mina. Tapi jawaban Mina kali ini lagi-lagi kembali mengagetkannya.
"Kau benar. Kau tidak ingin itu terjadi, hanya aku yang menginginkan pernikahan ini. Aku tidak seharusnya memaksamu untuk menikahiku..."
Jeongyeon mengusap telinganya berulang kali, mencoba mencari tahu apakah semua ini hanya mimpi atau halusinasinya saja.
"Aku tidak akan memaksamu lagi...." Mina bahkan terseyum dan bicara dengan lembut dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girlfriend (Completed)
Fanfiction"Kau...kau pacarku sekarang!!!" "Sorry?" "You're my boyfriend now!!!"