3

309 36 2
                                    

Waktu menunjukkan pukul 9.30, saatnya istirahat. Ayu dan teman-temannya sedang makan. Tiba-tiba Ayu mendapat chat dari Ivan.

Ivan

Heyy
Heyyy ayuuu

Iya?

Gimana kalau hari ini kita belajar di cafe? Boleh kan??
Btw seberapa sering kita bakal tutoring? Gue hanya berasumsi kita akan ketemu lagi hari ini.

Kenapa cafe? Dan gimana kalau tiga kali seminggu?
Kita tetap tutoring hari ini tapi minggu depan kita tutoring Senin, Rabu, dan Jumat.

Ini bakal kedengeran aneh tapi gue gak bisa fokus di perpustakaan, terlalu hening.
Nanti gue traktir di cafe! Senin, Rabu, dan Jumat is okay for me!

Boleh di cafe selama lo bener-bener belajar.

Gue pasti belajar! Gue gak akan membuang waktu lo seperti itu.

Okay.

Plus kita bisa main game arcade setelahnya.

Huh??!?

See you later!

-

Ayu hanya bisa menatap ponselnya tak percaya, "Apa yang baru saja terjadi?" dia berkata dengan keras, menyebabkan teman-temannya melihat ke arahnya. "Wenda kalah taruhan dan harus bawa gue ke arcade sepulang sekolah!" kata Natasya.

Wenda menghela nafas, "Dia curang, gue gak tahu gimana tapi dia curang," ucap Wenda, tidak menerima bahwa dia kalah taruhan dari Natsya.

Mendengar itu, Ayu langsung menatap teman-temannya, "Oh? Kalian mau ke arcade yang mana?" tanya Ayu polos.

Natasya menatapnya, "Tunggu, kenapa lo peduli?" dia bertanya.

"Tiba-tiba gue gak boleh penasaran dengan kehidupan kalian?"

"Enggak gitu, tapi lo kan biasanya gak peduli sama game arcade," ucap Natasya. "Iya, waktu itu kita coba ajarin lo main dan lo kesel karena kalah mulu," ucap Wenda.

"Kan ada yang lain selain permainan di arcade," ucap Ayu.

"Like what?" Natasya mengangkat sebelah alisnya.

"Makanan," jawab Ayu. "Jadi, lo mau ikut kita untuk makan?' Wenda bertanya.

"Umm, gue gak bisa. Gue harus ngajarin Ivan."

"Jadi, lo nanya karena Ivan?" Natasya memberinya senyum menggoda. "Dia bilang dia mau belajar di cafe terus pergi ke arcade hari ini." Ayu berusaha sekuat tenaga untuk tidak tersenyum.

"Jadi, lo mau tau kita bakal ke arcade yang sama atau enggak?" Wenda bertanya. Ayu mengangguk, "Iya."

"Okay, kalau gitu kita akan ikutin lo ke cafe," kata Natasya sambil menyeringai.

Ayu tampak ketakutan, "MAKSUD GUE GAK GITU."

-----

Ayu sedang berjalan dengan Ivan menuju cafe dekat sekolah mereka. "Are you okay?" Ivan bertanya sambil menyesuaikan tas di bahunya. Dia sudah berganti seragam lagi kali ini, tapi dia masih terlihat berantakan di sebelah Ayu. "You seem distracted," tambah Ivan sambil melirik Ayu lagi.

Ayu berkedip sekali sebelum bertemu dengan tatapan Ivan. Dia memberikan senyum kecilnya yang sopan sebelum berkata, "Maaf. Gue cuman khawatir sama temen-temen gue."

"Oh, kenapa?" Ivan bertanya dengan rasa ingin tahu.

"Umm," Ayu ragu-ragu, rona merah menghiasi pipinya, "temen-temen gue bilang mereka bakal ikutin kita ke cafe, mereka pengen ketemu sama lo."

Tidak dapat menahan diri, Ivan langsung tertawa. Dia berdiri di tengah trotoar dan membungkuk karena tertawa begitu keras. Dia melihat Ayu yang terlihat sangat malu, jadi Ivan dengan cepat berkata, "Lo ngeliat mereka gak?" Dia membuat pertunjukan melihat sekeliling, menggunakan tangannya untuk menghalangi matahari, "Gue gak liat siapa pun dari sekolah kita," ucap Ivan.

"Gue juga gak melihat mereka sekarang," jawab Ayu pelan.

"Bilang aja ke mereka kalau mereka bebas gabung sama kita di cafe," kata Ivan padanya dengan senyum cerah. "Tentu aja kalau kita udah selesai belajar," dia memastikan untuk menambahkan. Senyum Ayu kali ini lebih ke arah malu daripada sopan, dan Ivan langsung berseri-seri melihat perbedaan kecil ini. "I love meeting people," Ivan menjelaskan saat mereka mulai berjalan lagi. "I think it's really fun."

"Gue terlalu pendiam untuk bertemu orang baru," jawab Ayu, dan saat Ivan menoleh ke arahnya, Ayu langsung menatap kakinya.

Ivan sedikit mengernyit sebelum menabrak bahunya. Ketika Ayu menengadah, Ivan memberinya senyum lebar dan berkata, "They don't know what they're missing out on."

"Lo aja gak kenal gue," balas Ayu, tetapi dia tersenyum senang sekarang.

Ivan terus tersenyum dan menjawab, "I know that you're a valedictorian yang cukup baik untuk mengajari seorang anak bodoh. Itu cukup bagi gue untuk mengetahui kalau lo setidaknya adalah orang yang baik."

Mereka berjalan dalam diam sebentar sampai Ayu bergumam, "Lo gak bodoh." Ivan tersenyum mendengar Ayu mengatakan itu.

Mereka belajar matematika dan sedikit biologi sampai teman-teman Ayu datang dan bergabung dengan mereka. Mereka berbincang cukup lama tapi akhirnya Ivan mendapat telepon dari ayahnya yang menyuruhnya pulang karena ada acara keluarga yang mendadak. Ivan pamit dan meminta maaf karena tidak jadi membawa Ayu untuk bermain arcade hari ini. Dan tentu saja, seperti janjinya, Ivan yang membayar semuanya sebelum dia pergi.

The ValedictorianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang