28

342 40 5
                                    

Hari ini adalah hari acara talent show sekolah. Ivan dan Wendi merasa bahwa hal ini lebih menegangkan daripada kompetisi basket mereka.

"Gue gugup banget, gue mungkin bakal muntah," kata Wendi dengan nada panik.

"Jujur, sama," Ivan menghela nafas. "Tapi jangan sampai muntah! Lo gak boleh muntah, apalagi kalau nanti lo sama Natasya bakalan ciuman sepulang sekolah," goda Ivan.

"IVAN!" Wendi setengah berteriak, menutup mulut Ivan dengan tangannya.

Ivan tertawa sambil melepaskan tangan Wendi, "Made you less nervous didn't it?"

"I hate you," ucap Wendi.

"Ini semua akan berjalan dengan lancar! Semua temen kita udah tau rencananya dan gak akan ada yang mengacaukan rencana ini," Ivan meyakinkannya.

"Tapi gimana kalau dia gak mau pacaran sama gue?" Wendi mulai panik lagi.

"Ya kalau gitu lo harus pindah kota atau negara buat nahan malu tapi tenang aja, gue dan Ruben akan pergi sama lo," Ivan menjawab sambil tertawa.

"Setidaknya gue gak akan mati sendirian," bisik Wendi.

"Tapi ya kalau dia enggak mau pacaran sama lo, kita semua bakal awkward selamanya karena Ruben pacaran sama Wenda jadi pasti lo dan Natasya bakal ketemu terus tapi setidaknya lo bakal tau perasaan dia," kata Ivan sambil tersenyum.

Wendi memutar bola matanya, "Gila, you suck more at comforting than I thought you would," keluh Wendi.

"Setidaknya gue udah mencoba menghibur lo!" Ivan berpendapat.

"Gue tau tapi semua yang keluar dari mulut lo itu gak membuat gue merasa lebih tenang," ucap Wendi dengan jujur.

"Kalau begitu gue bakal diem dan pergi," ucap Ivan yang mencoba meninggalkan Wendi sendirian tapi Wendi memegang tangannya dengan erat, "Lo gak boleh pergi!" ucap Wendi sambil memelototinya sementara Ivan hanya bisa menghela nafas. 


-----


Ivan tampil sebelum Wendi. Penting bagi Ivan untuk tampil terlebih dulu sehingga dia bisa memastikan semuanya berjalan lancar untuk Wendi, tetapi harus tampil duluan benar-benar menegangkan meskipun dia memiliki Rossa di sisinya. Ivan sangat gugup, tapi dia tidak terlihat gugup dimata penonton yang melihatnya berjalan ke atas panggung bersama Rossa.

Dengan cahaya terang yang fokus pada dirinya dan Rossa, dia hampir tidak bisa mengenali siapa pun yang ada di kursi penonton, tapi entah bagaimana, dia berhasil menemukan Ayu. Ivan tersenyum saat dia mulai memetik gitar. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik Ayu sesekali.

Ketika Ivan selesai tampil dan balik ke belakang panggung, dia merasa senang dan bangga pada dirinya sendiri, jadi ketika Ayu berlari untuk memeluknya, Ivan hanya bisa tertawa terengah-engah.

"You were amazing!" Ayu memberitahunya saat dia menarik diri. Ayu terus memeluk Ivan dan terus menatap Ivan dengan takjub. "Aku gak percaya kamu bisa main gitar kayak gitu! Tadi kamu keren banget!"

"Thanks," Ivan tertawa, masih setengah linglung dari penampilannya dan setengah kewalahan oleh lengan Ayu di bahunya.

"Oh iya, aku juga punya sesuatu untuk kamu!" kata Ayu. Dia melepaskan Ivan untuk menggali tasnya. Ayu mengeluarkan kotak dan mengulurkannya dengan senyum cerah. "I realized I still owed you from that bet on your basketball tournament, and I figured what better time is there than to congratulate you on your amazing performance!"

Ivan mengambil kotak itu dengan hati-hati dan membukanya dengan perlahan. Di dalam terdapat sebuah arloji hitam.

"Do you like it?" tanya Ayu.

Ivan tidak tahu harus berkata apa lagi selain terima kasih sambil memeluk Ayu dengan sangat erat. Ketika Ivan menarik diri, dia tetap dekat dengan wajah Ayu. Akan sangat mudah untuk menciumnya sekarang, tapi Ivan harus menahan diri karena mereka berada di sekolah dan mereka tidak lebih dari sekedar teman.

Ayu dan Ivan terus saling menatap tetapi tiba-tiba Wendi yang panik datang berlari ke arah mereka dan berdiri di tengah-tengah mereka lalu berkata, "Kalian ngapain?! Gue bakal naik ke panggung dalam waktu kurang dari sepuluh menit!"

"Oh iya," gumam Ivan. Dia melirik Ayu dan menghela nafas pada dirinya sendiri. Mungkin masih ada waktu lain di mana mereka sendirian dan tidak di sekolah untuk Ivan mengungkapkan perasaannya pada Ayu.

Ruben, Ivan, Wenda, dan Ayu semua ada di belakang panggung untuk membantu Wendi. Saat Wendi hendak naik ke atas panggung, handphone Ayu dan Wenda bergetar, dan mereka tahu itu adalah Natasya yang mencari mereka bahkan sebelum mereka melihat siapa yang mengirimkan mereka pesan.


luvs ❤️

Natasya:

Eh, kalian berdua ada di mana?

Ayu:

Sorry, gue masih di backstage sama Ivan!

Bentar lagi gue balik.

Wenda:

Gue masih di toilet!

Natasya:

Hurry! Now I'm the weird girl sitting alone.

Ayu:

Udah tunggu aja, jangan kemana-mana!

Wenda:

5 menit lagi gue balik, you're so impatient.

Natasya:

Just hurry!!

Tunggu, kok mereka bilang setelah ini Wendi yang tampil? Kok Wendi gak kasih tau gue ya?

Kalian di mana???

WAIT WHAT IS GOING ON? 

OH MY GOD!

WHAT IS HAPPENING?!


-----


Entah bagaimana, semuanya berada di tempat yang tepat dengan tulisan yang dibuat Wendi, yang bertuliskan 'Will You Be My Girlfriend?'. Lebih bagusnya lagi, Natasya langsung mengiyakan dan memeluk Wendi di depan murid-murid yang lainnya.

"You guys knew," Natasya menuduh dua sahabatnya

Wenda dan Ayu nyengir, "Iyalah kita tau!" ucap Ayu.

"The confetti?" tanya Natasya.

"Itu idenya Ivan," Ayu menjawab.

"The ridiculous number of roses?"

"Itu idenya Ruben," Wenda menjawab sambil tertawa.

Natasya hanya bisa tersenyum pada teman-temannya dan menarik mereka berdua untuk berpelukan. "Makasih!" ucap Natasya dengan nada lembut.

"Anything to see our best friend happy," ucap Wenda.

Natasya melirik ke arah Wendi yang sedang berbicara dengan Ivan dan Ruben lalu tersenyum. "Mungkin suatu saat kita juga bisa melihat sahabat kita yang satu lagi bahagia," kata Natasya kepada Ayu.

"Mungkin," Ayu mengangguk dengan senyuman penuh rahasia yang membuat Wenda dan Natasya penasaran. Ayu hanya tersenyum lebih lebar dan meraih tangan kedua temannya untuk mengantar mereka ke pasangan masing-masing. "Gue punya firasat yang bagus kali ini," ucap Ayu.

Wenda dan Natasya balas tersenyum padanya dan melingkarkan lengan mereka di sekitar Ayu dan tersenyum. "Good!" kata Wenda. "That's great to hear!" ucap Natasya.

The ValedictorianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang