4

322 39 2
                                    

Ivan masuk ke dalam kelasnya dan menghela nafas, dia dalam masalah. Sejak kemarin, dia tidak bisa berhenti memikirkan Ayu. Wendi dan Ruben segera menghampirinya ketika mereka melihat Ivan duduk. "Guys, maybe I'm in trouble," gumam Ivan.

Ruben langsung menghela nafas, "Masalah apa lagi sih?" Dia bertanya.

Ivan menggaruk kepalanya, "Bukan masalah yang bakal bikin lo marah sih," ucapnya. 

"Jadi masalah apa?" tanya Wendi.

Ivan menghela nafas sebelum menjawab, "Ayu is really cute."

"Lo kemaren tutoring lagi ya?" tanya Ruben.

Ivan mengangguk, "Iya, kita ngobrol dan dia manis banget," ucap Ivan. Wendi tertawa, "LO BENERAN SUKA SAMA DIA," teriaknya. Ivan langsung menutup mulut Wendi dengan tangannya, "DIEM!"

"Inget gak waktu itu lo bilang lo gak akan coba untuk pacaran sama dia?" tanya Ruben, dia menatap Ivan dengan tidak percaya, baru 2 hari yang lalu Ivan mengatakan itu, dia begitu cepat berubah pikiran.

"Itu sebelum gue dan dia bener-bener ngobrol dan kemaren dia ketawa karna jokes gue, dan gue ketemu temen-temennya," Ivan menjawab, mencoba membuktikan bahwa alasan dia berubah pikiran itu valid.

"Lo udah ketemu temen-temennya? Sekalian aja langsung jadian," ucap Wendi menggoda Ivan.

"Stop, gue gak mau coba untuk pacaran sama dia karena dia terlalu baik dan nilai gue gak bisa mengambil resiko." Ivan menghela nafas.

Ruben menatapnya dengan kagum, "Wow, lo kedengeran dewasa dan bodoh pada saat yang sama," ucap Ruben.

Ivan memutar matanya, "Gue gak akan pernah bisa menang sama lo."


-----


Ayu sedang belajar ketika dua temannya memutuskan untuk mengganggunya. "Bisa kita ngobrol tentang Ivan sebentar?" Ucap Natasya sambil menarik kursi untuk duduk di samping Ayu.

"Enggak," Ayu langsung menjawab.

"Jadi, ini menurut gue," Natasya memulai. "Dia sama kerennya seperti yang dikatakan semua orang, dia juga baik banget, dan dia juga suka sama Ayu," ucap Natasya. Wenda mengangguk setuju, "Tadinya gue siap untuk gak setuju tetapi Natasya bener."

"Dia gak suka sama gue dalam hal yang lo maksud."

"Mungkin sekarang enggak, tapi dia sedang menuju ke sana," ucap Wenda. "Kemaren tuh kayak ada hati di mata dia setiap kali lo ngomong," tambah Natasya.

Ayu menggelengkan kepalanya, "Kita semua tau Ivan cuman bersikap baik dan mungkin punya barisan cewek yang menunggu untuk jadi pacar dia," kata Ayu, "Dia gak akan mau pacaran sama gue," tambahnya, mulai merasa insecure.

Wenda melihat bahwa Ayu mulai merasa insecure sehingga dia segera berkata, "Yu, dia bakal beruntung banget kalau bisa dapetin lo."

Ayu memberi mereka senyuman, "Thanks, tapi stop ngomongin ini, okay?" Ayu semakin tidak nyaman dan kesal dan untungnya teman-temannya mengerti, jadi mereka segera mengganti topik pembicaraan.


-----


"Ayu!" Ivan memanggilnya. Ivan sedang berjalan kembali dari kantin ketika dia melihatnya. "Ayu!" Ivan mengulangi dengan keras saat dia mulai berlari untuk mengejarnya.

Ayu tidak melambat tapi Ivan berhasil menangkap lengan Ayu.

"Hei," sapa Ivan, sedikit terengah-engah. Ivan tersenyum namun dengan cepat terhenti ketika Ayu hanya menatapnya dengan dingin. "Lo gak denger dari tadi gue manggil lo?" Ivan bertanya.

The ValedictorianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang