16

262 49 5
                                    

Hari ini adalah hari Jumat, sehari setelah Ayu selesai kompetisi sains. Ayu baru dua langkah masuk ke sekolah ketika dia hampir terjatuh.

"Congratulations miss valedictorian!" Ivan menyapanya dengan penuh semangat, lengan melingkar erat di bahu Ayu. Ivan menarik diri dengan senyuman yang lebar namun tetap dengan satu tangan memegang tangan Ayu dengan lembut. "Gimana rasanya menang 2 kompetisi akademis yang berbeda dalam waktu kurang dari 2 minggu?" 

"Gak ada yang istimewa," Ayu menjawab dengan jujur.

Ivan cemberut dan menarik-narik lengan Ayu sambil berkata, "Okay miss valedictorian, that's a boring answer." Kemudian Ivan tersenyum lagi dan menambahkan, "I'll fix that. Tunggu!" Ivan merogoh tasnya dan mengeluarkan bunga dan kotak yang dibungkus dengan buruk. Hidung Ivan mengerut ketika dia melihatnya, tetapi dia tetap memberinya kepada Ayu. "Sorry, udah jadi berantakan deh."

"Makasih," ucap Ayu sambil menerimanya. Dia membuka bungkusnya dengan hati-hati dan menemukan kotak makan dua tingkat yang berisi nasi goreng dengan telur mata sapi yang sempurna di satu nampan dan cookies di nampan kedua. "Ini lo yang masak?" 

"Of course!" jawab Ivan dengan senyuman bangga. "Gue bangun extra pagi hari ini untuk masak buat lo, tapi tentu aja yang bikin cookies bukan gue, mama gue yang bikin cookies."

Ayu terdiam lalu tiba-tiba dia memeluk Ivan, sama eratnya seperti Ivan memeluknya sebelumnya. "Thank you," bisik Ayu. Ketika dia menarik diri, pipi Ivan berubah warna menjadi merah cerah.

"Ngomong-ngomong, kita besok jadi pergi kan?" Ivan bertanya saat mereka mulai berjalan ke kelas.

"Iya dong, kan lo udah janji mau ajak gue pergi," Ayu mengangguk, "Kita besok mau ngapain?"

Ivan mengedipkan mata dan berkata, "It's a surprise."

"Tapi gue benci kejutan," rengek Ayu.

"Lo pasti bakal suka yang ini," Ivan meyakinkannya. Ivan menganggukkan kepalanya ke arah Ryan yang sedang berjalan ke arah mereka. Ivan tersenyum singkat lalu berkata, "See you later."

Ayu memikirkan hadiah dari Ivan dan usahanya selama sisa hari itu, berusaha keras untuk tidak membandingkan bagaimana bunga dan cokelat dari Ryan tampak tidak berarti jika disandingkan dengan bunga, nasi goreng, dan cookies dari Ivan.



-----



Akhirnya hari ini adalah hari Sabtu, waktunya untuk Ayu dan Ivan menghabiskan waktu bersama. Awalnya, Ivan mengajak Ayu makan siang lalu mereka pergi ke museum seni.

Sudah hampir malam ketika Ivan mengantarnya pulang, ketika mereka keluar dari mobil, Ivan menghentikannya untuk masuk karena dia masih punya hadiah untuk Ayu.

"Oke, satu kejutan lagi untuk hari ini," Ivan berbohong karena sebenarnya masih ada pesta kejutan yang sudah disiapkan oleh teman-temannya Ayu. Ivan menyuruh Ayu untuk berdiri dekat mobilnya dan mengatakan padanya, "Tutup mata lo."

Ayu menurut, meski agak enggan, dan Ivan membuka mobilnya untuk mengambil hadiah itu. Butuh banyak pemikiran, tetapi Ivan berpikiran kalau Ayu pasti bakal mengapresiasi hadiah darinya. Dengan tangan yang sedikit gemetar dan helaan napas yang gugup, Ivan meletakkan kado yang terbungkus berantakan itu ke tangan Ayu yang sudah menunggu.

"Makasih," kata Ayu ketika dia membuka matanya. Dia tersenyum dan mulai membuka bungkusnya, meninggalkan Ivan untuk menunggu. Ayu berhenti bergerak membuka bungkusan dan menatap Ivan dengan mata lembut. "Ini kan...."

"A custom journal," Ivan menyelesaikan untuknya, menunjuk ke arah tulisan Ayu Rosmalina yang diembos dengan warna emas di sampul buku kulit berwarna hitam yang halus. Kemudian Ivan menjelaskan dengan tergesa-gesa, "Gue selalu merhatiin kalau lo tuh selalu menggambar dan membuat sketsa di kertas, jadi gue pikir akan lebih baik kalau lo punya tempat untuk menggambar jadi gak berantakan. Kertasnya juga tebel, jadi lo bisa pake cat air atau spidol atau apa pun."

Ketika Ayu membuka jurnalnya, dia melihat sesuatu di sudut setiap halaman. Butuh beberapa saat, tapi dia akhirnya mengenali tulisan tangan itu.

"Oh iya," ucap Ivan sedikit terengah-engah, "Gue, uh, itu dari gue. Gue yang nulis kata-kata motivasi di setiap halaman karena lo gak pernah bilang kalau lo suka art, jadi gue pikir lo bakal suka kalau gue selalu ada untuk kasih lo semangat lewat kata-kata motivasi itu."

Ayu tidak mengatakan apa-apa untuk sesaat, dan Ivan khawatir dia melakukan kesalahan, tetapi kemudian Ayu menangis dan memeluknya. Ivan tentu saja langsung memeluknya kembali. Ayu menangis tapi dia juga tertawa, dan dia memeluk Ivan begitu erat sehingga Ivan tidak pernah ingin momen itu berakhir.

Momen itu berakhir saat Ayu menarik diri, menghapus air matanya.

"Kok lo gak pernah ngomong kalau lo tau gue suka gambar?" Ayu bertanya.

"Ayu," Ivan tertawa, "Gue gak bawa lo ke museum seni tanpa alasan. Gue selalu perhatiin lo. Gue selalu ngeliat gambar setengah jadi yang lo gambar di buku lo. You just seemed shy about it, so I didn't push for once." Kemudian Ivan tersenyum dan menambahkan, "Until now, because you're really talented and you deserve to know that."

Ayu sepertinya akan menangis lagi, jadi Ivan cepat-cepat berkata, "Lo tuh harus meninggalkan beberapa bakat untuk yang lain. Lo tuh udah pinter, cantik, dan ternyata jago ngegambar juga. Gimana kita bisa ngalahin lo kalau semua bakat ada di lo?"

Ayu tertawa, meski wajahnya tersipu dan terlihat senang. "Lo juga banyak bakat, lo kapten tim basket. Lo juga jago gambar, dan semua orang suka sama lo. Semua orang mau jadi pacar lo."

Hal itu membuat Ivan terdiam dan dia berkata dengan suara rendah tanpa berpikir, "gak semua orang mau."

"Lo ngomong apa? Gue gak denger."

Ivan dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Bukan apa-apa. Ayo masuk ke dalam rumah lo untuk makan malam dan nonton film."

Yang dimiliki Ivan hanyalah momen-momen seperti ini. Ivan harus mengingatkan dirinya sendiri kalau Ayu sudah berpacaran dengan Ryan sekarang.

Saat Ayu membuka pintu dan masuk ke dalam rumahnya, Ayu langsung disambut oleh teman-temannya yang berteriak, "SURPRISE!!"

"Ini apa?" tanya Ayu heran.

"Pesta kejutan untuk lo lah!" ucap Natasya sambil menunjukkan spanduk besar bertuliskan 'CONGRATULATIONS AYU FOR WINNING THE MATH AND SCIENCE COMPETITION!'

Ayu tersenyum pada teman-temannya dan berkata, "Thank you guys!" 

Wenda dan Natasya langsung memeluk Ayu dengan erat. 

Ayu yang merasa haus akhirnya pergi ke meja yang penuh dengan minuman dan dia langsung melebarkan matanya karena ternyata ada minuman beralkohol.

"Ini kenapa bisa ada alkohol? KOK KALIAN BISA DAPET INI?"

Mereka semua tetap diam tetapi mengarahkan jari mereka ke Wendi.

Ayu menghela nafas, "Wendi, lo gila? Orang tua gue bisa marah kalau mereka tau ada alkohol disini!" Ucap Ayu dengan nada kesal.

"Santai dong, jangan marah. Gue akan taro ini di mobilnya Ivan," ucap Wendi dengan tenang dan menyuruh Ruben dan Ivan untuk membantunya membawa botol-botol tersebut ke mobil Ivan.

"Hei, jangan marah gitu dong. Mereka semua punya niat baik, mereka mau kamu have fun aja. Udah jangan marah-marah gitu, ayo senyum lagi," kata Ryan sambil memeluk Ayu.

Ayu tidak bisa menahan diri untuk tidak membandingkan bagaimana berbedanya pelukan Ivan dan Ryan. Pelukan Ivan memberinya kenyamanan dan membuat Ayu merasa aman. Tapi pelukan Ryan berbeda, Ayu tidak merasakan kenyamanan yang dia rasakan seperti saat dia memeluk Ivan tapi Ayu tetap memeluk Ryan dan menikmati kehadirannya.

The ValedictorianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang