7

262 37 3
                                    

Saat bel pulang sekolah berbunyi, Ivan langsung merapikan barang-barangnya. Saat dia keluar kelas, dia melihat Ayu yang menunggunya di depan pintu kelas dan langsung menghampirinya.

"Tadi gimana ujiannya? Bisa gak?" tanya Ayu tak sabar.

"Gue gak mau terlalu berharap sih," Ivan berhenti. "Tapi?" Ayu menunggu Ivan melanjutkan.

"I feel really good about it," lanjut Ivan, "Gue gak bakal dapet 100 atau pun dapet nilai sebagus lo, tapi gue yakin kali ini lebih baik dari biasanya." Ivan tersenyum.

"Itu tetep bagus!" Ayu tersenyum, "Kira-kira lo bakal tau nilainya kapan?" tanya Ayu.

"Minggu depan," jawab Ivan.

"Kayaknya kita hari ini bisa istirahat deh," ucap Ayu. Ivan menatapnya dengan bingung dan menunggu Ayu menjelaskan maksud dari kalimatnya.

"Kan lo baru aja ujian dan lo udah kerja keras banget tadi malam belajar untuk itu, you deserve a day off," Ayu menjelaskan.

"Okay, berarti lo bakal ajak gue jalan-jalan untuk merayakannya dong?" 

Ayu menggelengkan kepalanya, "Enggak lah, kan kita belum tau nilai lo berapa."

"Tapi lo bilang gue pantes untuk libur dan gue pengen jalan-jalan bareng lo," kata Ivan sambil mengerutkan kening.

"Kenapa gak pergi sama temen-temen lo?" 

"Oh iya. Good idea, gue udah lama gak kumpul sama mereka. See you!" Ivan melambaikan tangan dan berlari ke tempat teman-temannya berada.

"Siapa yang lagi gak sibuk?" Ivan bertanya ketika dia tiba di depan teman-temannya.

"Kita berdua," Wendi menjawab untuknya dan Ruben.

"Gue gak ada tutoring hari ini. Ayu bilang gue berhak dapet day off karena semalem gue udah study hard untuk ujian matematika hari ini," ucap Ivan.

"Ayu baik ya!" kata Ruben.

"Iya, jadi kalian mau pergi makan atau apa?" tanya Ivan.

"Ayo pergi makan! Udah lama kita bertiga gak hang out," kata Wendi. "Lo yang bayar kan?" tanya Ruben kepada Ivan.

"Ih, gue gak ngomong apa-apa," kata Ivan.

"Tapi kan lo yang nyaranin untuk hang out," ucap Wendi. "Lagian lo belakangan ini ninggalin kita mulu untuk tutoring sama Ayu."

Ivan menggaruk kepalanya, "Ya maaf."

"Ya gak apa-apa, kita mengerti kan lo butuh tutoring and sekarang Ayu kan temen baru," kata Ruben sambil menepuk bahu Ivan.

"Iya kita ngerti kok, gue tadi cuman bercanda," Wendi tersenyum.

"Yaudah, gue yang bayar deh," ucap Ivan.


-


Ketika mereka sedang makan dan mengobrol, mereka melihat Ayu dan teman-temannya melewati mereka, jadi Ivan memanggilnya dan menawarkan Ayu dan teman-temannya untuk bergabung dengannya tetapi Ayu menolak tawaran itu dan pergi ke meja kosong yang tidak jauh dari meja Ivan.

"Kok lo nolak tawaran si Ivan sih?!" Wenda bertanya, melebarkan matanya. Ada kesempatan bagi Wenda untuk akhirnya berbicara dengan Ruben lebih dari 5 kata tetapi Ayu malah menolak tawaran itu.

"Dia lagi have fun sama temen-temennya, gue yakin dia udah muak melihat wajah gue hampir setiap hari," ucap Ayu yang sedang fokus membaca menu.

Natasya langsung menghela nafas, "Stop being delusional, kan tadi dia yang ngajak untuk satu meja," katanya. "Tuh liat si Wenda ngambek karena dia pengen ngobrol sama Ruben," Natasya menunjuk ke arah Wenda yang sedang cemberut. Ayu hendak mengatakan sesuatu tetapi handphonenya bergetar, menandakan bahwa dia mendapat pesan baru. Ketika dia melihatnya, ternyata itu adalah pesan baru dari Ivan.


Ivan

Ayuu

Iya??

Ayo gabung aja!

Lo kan lagi sama temen-temen lo.

Terus kenapa? Lo juga lagi sama temen-temen lo.

Kita bisa barengan.

Gue gak mau ganggu.

Mereka yang nyuruh gw ajak lo dan temen-temen lo untuk gabung.

Please.

Don't beg, it doesn't suit you.

Yaudah makanya sini gabung aja.

Alright, kita gabung tapi kita bakal bayar makanan kita sendiri ya.

Okay!


-


"Ivan barusan chat gue, dia suruh kita gabung. Kalian mau, kan?" Ayu bertanya pada teman-temannya.

"Of course we do!" Wenda langsung berdiri, membuat Ayu menggelengkan kepalanya tak percaya.

Mereka bertiga berjalan menuju meja Ivan dengan canggung. "Hai," Ayu menyapa mereka dengan malu-malu.

"Hai! Ayo duduk!" Ivan tersenyum, menepuk kursi kosong di sebelahnya.

Secara mengejutkan, ternyata tidak butuh waktu yang lama bagi mereka berenam untuk berbaur bersama, terutama karena Ivan terus mencari topik dan tidak membuat satu orang pun merasa diabaikan. Mereka sangat berisik tetapi Ivan menikmati setiap detiknya, menurutnya ini adalah hal yang menyenangkan. 

Ruben melihat betapa bahagianya Ivan setiap kali dia berbicara dengan Ayu. Dia sedang berpikir sangat dalam ketika Wendi tiba-tiba menyikutnya, "Kenapa lo liatin Ivan sama Ayu kayak gitu?" tanya Wendi.

Ruben memalingkan wajahnya dan menatap Wendi, "Ivan keliatan bahagia," ucapnya.

"Gue tau lo senang ngeliat Ivan bahagia karena gue juga seneng, tapi stop ngeliatin mereka kayak gitu."

"Kayak apa?" tanya Ruben.

"Kayak bapak yang lagi khawatir, takut anaknya terluka," jawab Wendi.

"Berisik deh lo." Ruben memutar matanya sementara Wendi menertawakan reaksinya.

The ValedictorianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang