34

262 32 3
                                    

Ivan berdiri di depan kelas Ayu dan menunggunya keluar. Ketika dia melihat Ayu keluar dari kelas, dia langsung menyapanya dengan senyum cerah dan melingkarkan lengannya di bahunya. "Jadi, aku gak bisa anter kamu pulang hari ini, tapi aku akan jemput kamu sekitar jam 6 untuk pergi ngedate," ucap Ivan dengan santai seolah mereka sudah merencanakan hal ini sebelumnya.

"Emangnya kita hari ini ada rencana pergi ngedate?" tanya Ayu dengan wajah bingung.

"Iya ada, kan dari kemaren kita gagal mulu pergi bareng," jelas Ivan.

Ayu mengangguk, "Okay kalau gitu, I'll see you later," kata Ayu.

Ivan berjalan ke mobilnya dan melihat teman-temannya sudah menunggunya, "Alright guys, saatnya siap-siap untuk promposal paling romantis yang pernah ada," ucap Ivan dengan penuh semangat.

"Emang perlu banget ya sewa cafe untuk promposal doang?" tanya Ruben sambil mengencangkan sabuk pengamannya.

"Yes, because it's me! I'm always extra! Tapi gue gak sewa satu cafe kok, cuman lantai duanya doang," ucap Ivan tanpa malu.

"Itu mah sama saja, now this makes me wonder what you'll do to propose to her," ucapan Wendi berhasil membuat Ivan membeku di tempatnya dan butuh Ruben untuk menggoyangkan tubuhnya agar dia kembali bergerak.

"Pemikiran lo udah terlalu jauh," Ivan menghela nafas.

"Iya emang masih jauh sih, tapi gue jadi penasaran aja hal berlebihan apa yang bakal lo lakuin," jawab Wendi.

"Okay, moving on from that heavy topic. Ayo fokus, banyak hal yang harus kita lakuin!" kata Ivan.

"Bukan kita, tapi lo yang punya banyak hal yang harus dilakuin," kata Ruben.

"Kalian berdua bilang bakal bantuin gue!"

Wendi mengangguk, "Iya, bantu jadi penghibur aja, bukan bantuin lo prepare promposal."

Ivan membalikkan tubuhnya dan memelototi Wendi yang duduk di kursi belakang, "Gue udah bantuin lo siapin promposal lo yang ribet itu ya! Dan gara-gara promposal lo, gue jadi keluarin banyak duit untuk bersihin noda es krim."

Wendi memutar bola matanya, "Okay, fair enough, gue akan bantuin lo," dia langsung berkata.

"Apa yang gue dapetin kalau gue bantuin lo?" tanya Ruben.

"Gila sih, lo nanya begitu padahal kita temenan udah bertahun-tahun, just help me with this promposal," kata Ivan dengan nada dramatis.

"Okay, dramatic ass, kita bakal bantuin lo," Ruben tertawa.


-----


Ivan, Ruben, dan Wendi mulai mempersiapkan promposal Ivan di lantai dua cafe yang Ivan pilih. Mereka meniup beberapa balon dan mencetak beberapa foto lucu Ivan dan Ayu, serta foto candid Ayu yang lucu. Wendi dan Ruben menggantung foto-foto itu di mana-mana dengan tali, sementara Ivan meniup beberapa balon huruf yang bertuliskan 'prom?'. Setelah berjam-jam mengatur tempat menjadi sempurna seperti yang direncanakan Ivan, mereka bertiga akhirnya duduk dan menghela nafas, "Selesai!" seru Ivan, kemudian dia tos kedua sahabatnya.

"We did a good job," kata Wendi sambil melihat sekeliling, semuanya sudah diatur dengan sempurna.

"Iya, sekarang lo tinggal pulang ke rumah untuk mandi terus jemput Ayu," ucap Ruben kepada Ivan sambil tersenyum.

Ivan mengangguk dan berdiri dari kursi, dia mengamati ruangan sekali lagi sebelum pergi, "Makasih ya kalian berdua udah mau gue repotin hari ini!" ucapnya dengan tulus kepada Ruben dan Wendi.

"Kita bakal selalu bantuin lo!"

"Beliin kita makanan aja sebagai ucapan terima kasih!"

"Kalian boleh pesen apa aja, nanti tinggal bilang Ivan yang bayar, kalian bisa pulang abis itu. Makasih ya, gue pergi dulu!" Ivan berkata sambil mengucapkan selamat tinggal kepada mereka.


-----


Setelah perjalanan panjang yang dipenuhi dengan canda tawa, akhirnya Ivan dan Ayu sampai di tempat tujuan mereka. Sebelum mematikan mobil, Ivan menoleh ke arah Ayu dan tersenyum curiga yang membuat Ayu menatap tak terkesan, "Apa?" tanya ayu.

Ivan meraih sesuatu di kursi belakang dan kemudian dia tersenyum, "kamu perlu pake penutup mata dulu," katanya.

Ayu langsung menghela nafas dan menggelengkan kepalanya, "Enggak mau, untuk apa?"

"I just really need you to wear it, it's for the surprise," jelas Ivan sambil mengulurkan penutup mata untuk dipakai Ayu.

Ayu menghela napas lagi, "What is up with you and blindfolds? Aku disuruh pake penutup mata mulu," ucap Ayu sambil mengenakan penutup mata.

"I don't know, maybe it's my kink," Ivan bercanda tapi Ayu malah memukul lengannya. "Aku bercanda, sayang," ucap Ivan sambil tertawa keras.

"Kapan sih kita turun dari mobil?" tanya Ayu yang sudah tak sabar.

"Sabar dong, tunggu ya ini aku mau keluar mobil untuk bukain pintu kamu," Jawab Ivan sambil mematikan mesin mobil.

Ivan dengan hati-hati membimbing Ayu keluar dari mobil dan masuk ke dalam cafe, "Ada tangga, I'll guide you, okay?"

"Okay."

Ketika mereka akhirnya mencapai lantai dua, Ivan melirik tempat itu untuk memastikan semuanya sempurna dan kemudian menghela nafas lega setelah dia yakin semuanya masih sempurna.

"Okay, kamu boleh buka penutup matanya sekarang!" ucap Ivan dengan semangat.

Ayu dengan hati-hati melepas penutup matanya dan mengedipkan matanya beberapa kali. Dia berjalan dengan kaget ketika dia melihat banyak balon dan banyak foto mereka menggantung di sekitar tempat itu, dan dia akhirnya berjalan lebih dekat ke balon dengan huruf-huruf besar yang bertuliskan 'prom?".

Ayu berbalik dan menatap Ivan dengan penuh kasih sayang, "Kamu yang nyiapin semua ini?" dia bertanya dengan suara yang lembut.

Ivan mengangguk dan tersenyum, "Iya, aku yang siapin ini, dibantuin Ruben dan Wendi juga," jawabnya.

"So, do you want to go to prom with me?" Ivan bertanya ketika mereka akhirnya berdiri berhadap-hadapan di depan tulisan 'prom?'

"Yes!" Ayu dengan antusias menjawab dan langsung memeluk Ivan, awalnya Ayu sedikit kesusah karena tinggi badan Ivan namun kemudian Ivan menurunkan tubuhnya agar mereka bisa berpelukan dengan nyaman.

"Suka gak sama promposal aku?" tanya Ivan.

"I love it!! Sedikit berlebihan but it's you so I'm not surprised," goda Ayu sedikit.

"Maksudnya berlebihan?" Ivan bertanya sambil cemberut.

Ayu tertawa dan mencubit pipi Ivan, "Aku gak bermaksud apa-apa, cuman kadang tuh kamu berlebihan. When you have an idea, you would go the extra mile to make it happen." Ivan cemberut yang membuat Ayu melanjutkan, "Being passionate about something is not a bad thing, you just need a reminder to not overdo it."

Bibir Ivan berubah menjadi senyuman, "That's why I have you, you'll tell me to stop before I overdo things," jawabnya membuat Ayu tersipu.

Ivan memegang tangan Ayu dan menuntunnya ke meja mereka, "Ayo kita liat menunya, aku tau kamu pasti udah laper," ucap Ivan sambil duduk di seberangnya.

"Ice cream afterwards?" Mata Ayu berseri-seri saat dia bertanya.

"Of course! Ice cream is always our thing," Ivan tersenyum. 

The ValedictorianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang