Hari Minggu. Bagiku hari Minggu bukan hari untuk liburan, hari Minggu saatnya aku bersih-bersih di kamar, setelah beberapa hari aku tidak membereskan kamarku yang sudah seperti kapal pecah. Aku baru sadar segitiga Bermuda milikku berserakan di kolong ranjang, menyebalkan ini seperti kandang babi!
Tanpa pikir panjang aku membersihkan semuanya di mulai dari mengumpulkan segitiga Bermuda yang berada di kolong ranjang, membereskan tempat tidurku yang bau ompol. Iya, kemarin malam aku bermimpi dikejar zombie karena terlalu takut, tanpa sadar aku mengompol di kasur, aromanya sangat harum seharum ketiak kak Nashrul.
Aku berlanjut membersihkan buku-buku di meja belajar, tak sengaja aku menjatuhkan salah satu buku pelajaran. Segera kuambil buku yang tergeletak di lantai. Saat meraba buku yang berada di bawah meja belajar, ternyata aku menjatuhkan dua buku.
Saat dilihat, salah satu buku itu bukan milikku. Buku bersampul hitam itu terlihat asing.
"Punya siapa, nih?" gumamku kala membolak-balikkan buku itu.
Buku ini tebal dan seperti buku diary. Ini seperti ciri khas buku laki-laki.
"Oh, mungkin ini punya kak Nashrul." Aku menyimpan buku itu di meja belajar, akan kukembalikan kepada pemiliknya. Namun, aku kembali terdiam. "Kenapa buku, kakak ada di sini?"
Aku terdiam memikirkan buku itu, lalu tak lama menggeleng pelan. "Udahlah, mungkin gak sengaja kebawa," ucapku tak peduli.
"Nashita!"
"Nash! Woy!"
Aku menggeram saat mendengar teriakan si bujang gondrong itu. Ngapain teriak-teriak coba! Aku keluar kamar dan mendapati Kak Nashrul berjalan ke arahku.
"Apaan, sih!"
"Heh, Lo rusakin janda gue, yah?" tanya Nashrul dengan wajah yang memerah.
Aku mengernyit, ngomong apa coba?
"Janda apaan, sih. Kakak 'kan belom nikah," jawabku.
"Jangan pura-pura, yah. Ada bekas kaki rorombeheun di lantai belakang, Lo kan yang rusakin janda bolong gue?"
Aku terbelalak, aku baru ingat kalau waktu itu tak sengaja menginjak bunga mahal milik kakak dan aku lupa untuk membereskannya. Matilah aku!
"Kenapa Kakak, yakin banget aku yang rusakin. Emang kakak ada bukti?" Lawanku.
Kakak membuka sesuatu di ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto jejak kaki. "Nih, siapa lagi yang punya jejak kaki rorombeheun, selain Lo."
Aku berkacak pinggang. "Eh, mana ada. Masa kaki gue mirip kaki Ariana grande gini, disebut rorobeheun!"
Kakak tertawa. "Kaki mirip Ariani Grandong aja bangga!" Setelah mengucap itu kak Nashrul kabur.
"Kakak durhaka!" Aku membawa raket potong dan langsung mengejar kakak.
***
"Siapin tanahnya!"
"Yang padet dong!"
"Jangan sampe bolongnya robek!"
"Awas jangan sampai rusak!"
"Hati-hati dua juta itu."
"Minta tai kambingnya ke tetangga!"
Aku melempar sendok tembok. Tanganku sudah penuh dengan tanah dan peluh sudah bercucuran saja di dahiku, tetapi si bujangan gondrong itu malah seenaknya menyuruhku mencangkul tanah hanya untuk mempercantik daun yang katanya janda bolong. Bahkan dia tidak sedikitpun membantu, malah tumpang kaki dan menyeruput minuman Marimas rasa jeruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Galau
Teen Fiction[End] [Complete] #1 teenfintion 21/05/22 #3 teentlit 14/06/22 #1 Dareen 22/06/22 #1 keluarga 07/06/23 #1 ngakak 07/06/23 #1 arwah 07/06/23 #3 tertawa 08/06/23 #3 remaja 08/06/23 Nashita kesulitan menjalankan aktifitas di sekolahnya gara-gara dia bis...