Aku masuk ke butik itu, netraku bertubrukan dengan seorang wanita dewasa berpakaian rapi. Apakah itu pegawai butik ini? aku disambut dengan ramah oleh wanita itu. Aku merasa bukan masuk ke butik, tapi masuk ke hotel pelayanannya sangat bagus.
"Selamat datang di Silvia Mangata Colection." Dia menyambut dengan senyuman ramah.
Aku kelabakan di sini, sejujurnya tujuanku bukan untuk berbelanja. Aku ingin menemui seseorang. Akan kucoba tanya pada kakak ini.
"Mohon maaf, Kak. Aku mau ketemu sama ... Bu Silvia," ucapku ragu takut salah menyebut orang, aku pikir itu sebutan majikan dia. Semoga saja dugaanku benar.
"Oh, apa sebelumnya sudah ada janji?" tanyanya.
Aku termenung, bingung harus mengatakan apa lagi. "Be-belum, tetapi ada hal khusus yang harus aku sampaikan kepada ibu Silvia."
Wanita itu bergeming, lalu menyipitkan mata seolah mencari kejujuran lewat wajahku. Aku merasa sedikit tidak enak.
"Iya, tetapi saat ini Bu Silvia sedang ada rapat, jadi tidak bisa diganggu," lontarnya.
"Tapi, ini penting Kak," imbuhku dengan memohon.
"Baiklah, jika ini penting kamu bisa tunggu dulu saja, yah." Dia berjalan beberapa langkah, lalu mengajakku ke sebuah tempat seperti ruangan khusus pertemuan. "Kamu bisa tunggu dulu di sini."
Dia mengajakku untuk duduk di sofa itu, aku duduk dan berterima kasih pada pegawai itu. Aku termenung merasakan kesunyian di sini, ruangan ini disekat oleh kaca besar menampilkan berjejer berbagai pakaian pengantin, ada gaun dan juga kebaya beragam model. Aku takjub melihat interior butik ini.
Aku menunggu sekitar tiga puluh menit, ini terlalu lama. Aku menatap Gandum dengan wajah masam.
"Dareen, lama banget ... Gue ragu ini bukan nyokap lo," keluhku.
Gandum yang tak lama duduk di depanku, menghembuskan napas berat. Dia barusan berkeliling butik ini, entah apa yang dia pikirkan.
"Bener, ini tempat nyokap gue." Dia menatapku datar.
"Tapi, lama Dareen!" Aku terus celingak-celinguk, berharap bisa bertemu pemilik butik ini.
Tak lama terlihat beberapa orang turun dari lantai dua, salah satunya ibunya Gandum. Ya! Aku melihatnya, lantas aku keluar dan berlari ke arah gerombolan itu. Saat melihat ada yang tidak beres di antara mereka, aku berhenti melangkah. Mereka terdengar bertengkar. Bahkan semua pegawai dan orang-orang yang ada di sana terdiam dan menunduk. Aku jelas tak berani menemuinya, harus tetap menjaga ke sopanan.
"Mohon pertimbangkan lagi, Buk. Investasi ini berpeluang bagus," ucap salah seorang pria paruh baya.
Orang yang dia ajak bicara tidak menanggapi ucapannya, dia hanya mengarahkan tangannya seolah memberi tanda tidak peduli. Aku berlari ke arah mereka, tetapi terhalangi oleh pegawai di sana, ibu yang bernama Silvia Mangata itu tidak mengenakkan orang-orang yang berbicara padanya, dia langsung saja pergi dari butik dan masuk ke dalam mobil.
Aku yang tak karuan berusaha untuk mendekat pada orang itu, tetapi nihil mobil sudah melaju meninggalkan butiknya. Aku berlari mengejar mobil itu. Sayang seribu sayang, tidak mendapatkan hasil apa pun hanya lelah yang kurasa.
"Ah! Cepet banget, sih majunya!" keluhku dengan napas tersengal.
Gandum yang berada di sampingku juga sepertinya kelelahan, aku baru tahu ternyata hantu juga bisa merasakan capek.
"Lo terbang, lah!" suruhku pada Gandum.
"Emang gue pocong bisa terbang?" tanyanya.
"Eh, emang pocong terbang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Galau
Dla nastolatków[End] [Complete] #1 teenfintion 21/05/22 #3 teentlit 14/06/22 #1 Dareen 22/06/22 #1 keluarga 07/06/23 #1 ngakak 07/06/23 #1 arwah 07/06/23 #3 tertawa 08/06/23 #3 remaja 08/06/23 Nashita kesulitan menjalankan aktifitas di sekolahnya gara-gara dia bis...