Ekstra Part Singkat

194 15 5
                                    

Pemuda itu dengan santai memakan kuah soto di hadapannya, terlihat seperti orang yang tidak makan selama satu abad. Dia bahkan tidak merasa terganggu dengan tatapan Nashita, sadangkan lagi-lagi Nashita menggaruk kepalanya yang tak gatal karena kejadian janggal seperti ini.

Nashita bahkan tidak memedulikan soto yang ia pesan beberapa menit yang lalu. Pemuda itu berhasil menghabiskan satu mangkuk soto, lantas menatap Nashita dan makanannya. Dia menyeringai jahil.

"Lo gak makan sotonya?" Dia merenggut satu mangkuk soto milik Nashita. "Buat gue aja, mubazir kalau Lo gak makan."

Nashita memberengut, tidak dimakan bukan berarti dibuangkan. "Ih, punya gue itu!"

"Kalau mau, bisa pesen lagi. Ini udah gue makan, Lo gak mau kan makan bekas gue."

Nashita mengepalkan tangan kuat dan merutuk pemuda menyebalkan di hadapannya itu. Dia menjauhkan mangkuk soto dari pemuda itu, lalu menatap tajam. "Kita di sini bukan cuman makan, gue mau minta klarifikasi dari Lo!"

Pemuda itu tertawa sembari merebut lagi makanan dari tangan Nashita. "Kayak netijen aja Lo minta klarifikasi, emang gue selebritis?"

Kesabaran Nashita setipis tisu, dia memukul meja hingga gebrakan nyaring terdengar oleh pelanggan lain, dia pun tidak memedulikan tatapan orang. Fokusnya hanya kepada pemuda yang mirip sekali dengan orang yang sudah meninggal.

Perlahan Nashita menghela napas dan mengembuskannya kembali, berusaha mengambil kembali kesabarannya yang sempat hilang. "Oke, gue mau tanya sama Lo ..."

"Iya, gue juga mau tanya sama Lo ..." ucap pemuda itu.

"Oke, Lo dulu," putus Nashita.

"Lo dululah."

"Eh, Lo yang harus banyak ngejelasin ke gue." Nashita tak mau kalah.

Pemuda berdecak kesal. Jika begini terus tidak akan selesai-selesai masalah ini. "Oke, gue ngalah ..." Dia mengembuskan napas. "Jadi kenapa Lo tahu nama gue Gandum?"

Nashita mengernyit. "Ya, Lo mirip banget sama orang yang gue kenal, namanya gandum kirain emang Lo temen gue."

"Gak bakalan ada nama gandum lain selain gue dan kembaran gue," timpal pemuda itu.

Nashita terbelalak, dia menyadari sesuatu. Seingatnya juga Gandum pernah bercerita bahwa dia juga memiliki kembaran yang di bawa oleh ibunya. Apakah ini yang dimaksud gandum akan bertemu orang yang mirip dengannya? Lalu kenapa namanya sama gandum.

"Terus kenapa Lo, di makam itu?" tanya Nashita.

"Itu makam kakak gue, saudara kembar gue yang bernama Dareen alis Gandum," jelasnya.

"Apa?!"

Fakta yang diberikan pemuda yang mengaku saudara kembar Gandum itu membuat Nashita tercengang,  menjadikannya harus mengingat kembali memori lama bersama arwah penasaran di rumah barunya.

Otaknya berputar mengikat-ngingat bahwa gandum juga pernah menyebutkan nama saudara kembarnya itu. Hingga Nashita terpaku pada sebuah nama Dareen dan ...

"Lo, Lo, na-nama Lo Daveen?"

Pemuda di hadapan Nashita juga ikut terbelalak, disaat ada orang asing yang tahu nama aslinya, dia curiga bahwa orang ini adalah pengagum rahasianya.

"Lo stalker gue yah, kok Lo tahu nama gue!"

Nashita menjentikkan jarinya, tebakkannya sangat tepat sekali. "Oke, terus kenapa Lo bisa di panggil Gandum, sedangkan saudara Lo juga namanya Gandum."

Pemuda itu melepas tas ranselnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana. Biskuit dengan merk sari gandum dia perlihatkan pada Nashita.

"Ini, kita sama-sama suka biskuit ini, jadi kakak gue disebut Gandum dan gue Gandum kuadrat, orang yang suka sari gandum ada dua jadi sebutan gue adalah Gandum kuadrat."

Nashita terbahak dengan penjelasan lucu Daveen. "Bisa-bisanya dapet ide nama kayak gitu!"

"Oke, terus Lo kenapa Lo bisa datang ke makam itu?"

Nashita berhenti tertawa, kini dia kesulitan menjawab pertanyaan Daveen. Tidak mungkin dia harus menceritakan yang sebenarnya. Jelas sekali pasti dia tidak akan percaya.

"Eemm, ceritanya panjang. Intinya dia temen gue," ungkap Nashita.

"Gak mungkin." Matanya menyipit seakan mencari kejujuran di wajah Nashita.

"Udah gue bilang ceritanya panjang!" timpal Nashita.

"Gue belum puas sama jawaban Lo, coba ceritain sedetail mungkin."

"Panjang ceritanya ..."

"Ya, udah kalau gitu persingkat saja."

"Gak bis–"

"Ceritanya panjang Bang, belum tentu selesai dalam setahun." Tiba-tiba seorang remaja lelaki memotong ucapan Nashita.
Anak SMA dengan seorang perempuan sebaya dengannya, hendak membeli soto. Dia menatap Nashita dan Daveen secara bersamaan.

"Ceritanya panjang sampai cocok buat dijadiin buku novel, Bang, Abang harus jadi penulis dulu." Lanjut anak remaja itu.

"Eh, Jun jangan ganggu orang aja, bantuin gue bawain ini buat anggota OSIS!" ucap perempuan yang bersamanya tadi.

"Apaan sih, ganggu aja Lo. Sama pergi!" usir Daveen.

Remaja itu mengerlingkan matanya. "Iya, iya, bang gue pergi, nih."

Daveen menatap dua remaja itu sampai mereka pergi menjauh, anak zaman sekarang memang kurang sopan santun.

"Terus Lo, kenapa bisa sampai di sini? Lo masih kuliah?" tanya Nashita hingga Daveen memutus tatapan dari anak remaja itu.

"Iya, gue masih kuliah, lebih tepatnya lanjut S2."

Nashita tersanjung, pemuda semuda ini jarang sekali memiliki semangat melanjutkan pendidikannya. Terlihat jelas dari penampilannya yang berbeda dari pemuda kebanyakan.

"Wih, apa Lo mau jadi pengusaha?" puji Nashita.

"Ya, gue penerus perusahaan papa gue!"

Ternyata keluarga Gandum sangat kaya raya, hanya saja sangat disayangkan dia malah pergi meninggalkan privilege yang luar biasa. Di sini Nashita mendapat pelajaran bahwa harta sebanyak apapun tidak akan pernah bisa menyogok malaikat maut, jika sudah jatuh tempo kematian akan tetap datang.

Nashita berharap semua manusia meninggalkan dunia ini dalam keadaan baik.

______

Gimana?

Semoga cerita singkat ini membunuh rasa penasaran kalian, yah. ( ◜‿◝ )♡

Aku juga pingin banget lanjutin cerita Nashita sama Daveen.

Tapi bingung banget, ini otak kelamaan gak dipake jadi berkarat dan macet huhu •́  ‿ ,•̀

Btw, di sini Juna numpang promosi cerita barunya. Mohon dimaklum ya guys ya(≧▽≦)

Tetap ikuti dan baca karya-karyaku.

Terima kasih yang sudah bertahan bersama Nashita.

See you again ...

Hantu GalauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang