Part ini tidak digabung dengan part yang lain, tadinya aku mau nambahin ini adegan ini, tetapi ada suatu hal yang menurutku ini gak perlu diambil, deh! Semoga suka, yah❤
.
.
.Semua tidak ada gunanya, aku tidak berhasil menemui Bu Silvia. sekarang aku dan Gandum yang malah diam dan berjalan di tepi jalan. Tiba-tiba sesuatu melesat bagai angin yang menembus badanku, hingga bulu kuduk meremang, tubuhku dingin sekilas.
Aku menatap ke belakang, melihat sosok yang berhasil menubrukku. Aku liat dia juga berpapasan dengan Gandum yang notabenenya sesama makhluk astral. Saat melihat ke belakang sosok itu adalah seorang pria paruh baya berjas hitam ala kantoran, dia juga berhenti berlari dan menatapku, kemudian menatap Gandum dan terpaku di sana.
Sekali lagi mendadak seseorang menabrakku dari belakang hingga aku tersungkur ke jalan trotoar, aku menahan badanku dengan tangan, walau tahu akan tetap jatuh juga.
"Aduh! Siapa, sih?" keluhku, lalu menatap orang yang berani-beraninya menubrukku.
Terlihat orang itu juga jatuh tersungkur, sedikit-sedikit dia meringis karena pantatnya terbentur keras sepertinya. Tatapan kita bertubrukan, aku mengenal laki-laki itu, ya, dia sangat terkenal siapa yang tidak mengenal orang yang paling populer di MAN Al-Faraz. Dia adalah kak Daris.
Dia berdiri dengan tangan masih memegang pantatnya. Aku juga ikut beringsut dan mengibas celana jeans kulotku, aku menatap sengit pada kak Daris, masa bodo dia kakak kelasku. Beraninya dia menabrakku!
"Emang gak liat aku di sini, main tubruk aja!" omelku.
"Sorry, gue gak sengaja," ujarnya dengan wajah tak berdosanya.
"Apa? Gak seng--"
"Lo masih bantuin hantu?" potongnya.
Sekarang aku sadar ternyata kak Daris sama denganku bisa melihat makhluk tak kasat mata, aku curiga kalau beberapa hari yang lalu dia melihatku mengantarkan bang Andreas.
"A-apa, sih ..."
"Tenang aja, kita sama," ungkapnya.
Aku mengernyit dahi. "Ma-maksudnya?"
Dia menunjukkan oleh arah matanya, aku paham dan langsung melihat ke arah sosok pria paruh baya yang masih ada di tempat, dia menatap Gandum terus menerus, sedangkan Gandum dia mematung dengan air muka menandakan kemarahan.
Aku tidak mengerti, mengapa kedua makhluk astral ini? Mereka seakan memberi tatapan permusuhan, seketika aku melihat tubuh Gandum di penuhi asap hitam. Apakah itu sisi jahat Gandum?
Tak lama Gandum berpaling dan berlari menjauhi aku dan roh pria paruh baya. Sosok makhluk astral berjas kantoran itu berlari mengejar Gandum. Samar-samar aku mendengar dia memanggil, "Dareen!"
***
Kita sampai di sebuah jalanan yang sepi, wajar karena di sini berada tepat di depan makam Kramat, menambah kesan mistis. Setelah berlari mengikuti Gandum bersama dengan kak Daris, pada akhirnya dia berhenti di sini, sedangkan seorang awrah paruh baya itu masih tetap mengikuti dan mendekat pada Gandum. Apa sebenarnya yang terjadi?
Saat Gandum berhadapan langsung dengan laki-laki itu, terasa bahwa dia mengeluarkan sebuah energi jahat. Kepulan asap hitam terus bermunculan di tubuhnya. Kenapa ini bisa terjadi?
"Dareen!" teriakku sekencangnya, takut terjadi apa-apa pada Gandum.
Gandum tetap menatap marah pada arwah pria berjas kantoran itu.
"Dareen, papa mau ngomong sama kamu," ucapnya dengan getir.
Papa?
Apakah ini adalah arwah ayahnya Gandum. Napasku tercekat setelah mendengar penuturannya, aku pikir beliau sudah pergi ke alam lain, tetapi ternyata masih bergentayangan. Tanpa sadar aku mengepalkan tangan, ada rasa marah padanya. Kenapa dia harus bertemu dengan Gandum setelah membunuhnya, walaupun pada akhirnya mereka saling bunuh membunuh.
"Kenapa Papa masih ada di sini?!" Energinya semakin kuat.
Aku menggigit bibir bawah, takut terjadi sesuatu. Sebetulnya tidak masalah ada perkelahian antara kedua arwah itu, yang jadi masalahnya takut ada arwah lain yang menonton dan melihatku bisa melihat hantu, bisa-bisa mereka semua meminta bantuan padaku apalagi di makan kramat seperti ini.
"Kak, gimana, dong?" tanyaku kepada kak Daris di sampingku.
"Biarin aja, biarin dia selesain masalahnya," ucapnya.
"Bukan itu, tapi kita ... Kalau ada arwah lain tahu, bisa jadi kita di kejar."
Kak Daris menatapku. "Gak bakal, kita berdo'a aja."
Aku mengangguk pelan, bagaimanapun dengan berdo'a adalah cara yang paling bagus dengan itu juga aku bisa terlindungi. Ya, aku percaya itu, sangat percaya.
"Dareen, walaupun ini sia-sia, papa ingin minta maaf sama kamu," lirih ayahnya Gandum.
"Apa? Setelah meninggal, baru minta maaf? Emang berkata maaf bisa ngembaliin semuanya? Apa bisa gue hidup lagi? Bisa kembali lagi sama mama?" sembur Gandum menggebu-gebu.
Terlihat ayahnya Gandum menunduk, dia menangis. "Iya, papa menyesal. Papa gak akan maksa kamu buat maafin ... Tapi setidaknya papa sudah ketemu sama kamu."
"Gak! Gue gak bakalan ngasih papa ketenangan, gue gak bakal maafin papa, setelah nyiksa mama, terus mukul aku sampai meninggal, emang masih ada celah buat tenang?"
"Iya, papa salah papa menyesal ..." Tubuhnya ambruk, dia terduduk di jalanan.
Aku masih terus melafalkan dzikir di dalam hati, sejujurnya aku sedih melihat mereka berdua. Tidak ada perlakuan yang baik antara ayah dan anak mereka seakan menjadi musuh. Aku cukup kasihan pada ayahnya Gandum, dia meninggal dalam keadaan tidak baik, sekarang dia sendiri yang tidak tenang.
"Sekarang papa pergi dari sini, arwah seperti papa gak harusnya di sini!" tekan Gandum.
"Papa gak bisa ninggalin mama kamu," ungkapnya.
Aku terbelalak saat sadar bahwa mungkin saja ayahnya Gandum sudah tahu keberadaan istrinya lebih dulu. Aku merasa dongkol, untuk apa dia menceraikan dan memberikan kekerasan pada istrinya sendiri dulu. Setelah meninggal baru dia menyesal.
"Gak! Jangan pernah lagi papa deket sama mama! Papa harus pergi, papa tahu, 'kan semakin lama papa berada di sini papa akan semakin cepat menjadi roh jahat, jadi cepat pergi dari sini!"
"Kau sendiri akan menjadi roh jahat Dareen, jadi kau harus pergi juga," timpal ayahnya Gandum.
Aku menatap kak Daris di sampingku. "Kak kenapa kakak bisa ketemu sama ayahnya Dareen?"
"Gue gak sengaja ketemu sama dia, dia tahu kalau gue bisa liat bahkan dia ngikutin gue kalau gak bantu."
"Terus kenapa bisa di sini?"
Kak Daris mengembuskan napas. "Sebenarnya sudah lama dia di sini, berkeliaran di sekitar sini, tapi untuk hari ini dia minta gue buat nyari anaknya, gue gak tahu ternyata anaknya ada di Lo."
"Sebenarnya aku gak nyangka ternyata ayahnya sama bergentayangan."
Aku kembali menatap interaksi kedua orang itu, mereka sama-sama tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mengingat pertemuan ini tidak akan ada gunanya.
"Iya, papa akan pergi, asal berikan kesempatan untuk papa bisa memelukmu, Nak." Dia berdiri seakan meminta permohonan.
Terlihat Gandum enggan memeluk bahkan hanya sekedar berjabat tangan. Aku tidak tahu akankah ayahnya bisa mendapatkan itu?
"Dareen, sekali saja," lirihnya.
Gandum mengembuskan napas berat, dia berlari kepada ayahnya dan memeluknya erat. Aku tidak tahu apa yang dia rasakan, tetapi aku sangat kagum padanya. Jikalau aku berada di posisinya akan kutendang dan pergi meninggalkannya. Gandum berhati besar.
Gandum melepas pelukannya. "Papa pergi." Dia berlari padaku.
Apakah masalahnya sudah selesai?
Ayahnya Gandum menatap anaknya dengan sendu, walau perlakuannya sangat buruk. Aku yakin di setiap hati ayah ada kasih sayang walau sebesar biji jagung. Apakah aku bisa seperti Gandum?
.
.
.28/06/22<3

KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Galau
Tienerfictie[End] [Complete] #1 teenfintion 21/05/22 #3 teentlit 14/06/22 #1 Dareen 22/06/22 #1 keluarga 07/06/23 #1 ngakak 07/06/23 #1 arwah 07/06/23 #3 tertawa 08/06/23 #3 remaja 08/06/23 Nashita kesulitan menjalankan aktifitas di sekolahnya gara-gara dia bis...