Tiga hari lagi Ratih lomba. Dia semakin sibuk saja belajar, sedangkan Firly dia sudah tidak di rumah sakit lagi, tetapi belum bisa sekolah. Aku semakin khawatir tentang Firly bahkan dia pernah mengabariku bahwa kemungkinan besar dia tidak akan melanjutkan sekolahnya. Terlihat jelas rasa putus asanya dan aku tidak mau Firly berhenti sekolah.
Aku mengembuskan napas, di ruangan sunyi ini cocok sekali denganku yang ingin menyendiri. Ya, di dunia nyata aku sendiri padahal ada satu sosok tak kasat mata menemaniku.
Gandum berdeham. "Lo ada di perpus tapi gak baca buku."
Aku menghela napas. "Gue gak terbiasa baca buku yang gak ada gambarnya."
"Dasar," celetuk Gandum. "Eh, Lo mau kenalan gak, sama temen gue?"
Aku mengerjap. "Temen? Emang Lo punya temen?"
"Iyalah, di sekolah ini bukan gue aja hantunya ... Tapi banyak, salah satunya temen gue," jedanya. "Mau gak?" tanya Gandum lagi.
Aku memenungkan ucapan Gandum, tak lama mengangguk setuju. Sepertinya tidak ada salahnya berkenalan dengan teman hantu lagi, aku berharap arwah itu baik. Gandum pun berteriak menyebutkan sebutan temannya itu.
"Bang gondrong!" teriak Gandum.
Tak lama muncul sosok tak kasat mata menembus dari rak buku perpustakaan di sampingku. Melihat arwah itu aku teringat kak Nashrul, rambutnya sama panjang dan tinggi badannya pun sama. Dia seperti arwah baru, telihat dari pakaiannya era sekarang.
"Nah, ini Abang Gondrong harusnya, sih seumuran gue, cuman dia matinya telat," celetuk Gandum.
Orang yang disebut Abang gondrong itu menjitak kepala Gandum. "Durjana!"
"Hai," ucapku menyapanya. "Aku, Nashita."
"Salam kenal, yah." Arwah itu tersenyum padaku.
"Nama aslinya siapa?" bisikku berjaga agar tidak ada orang yang melihatku berbicara sendiri.
"Panggil aja bang Andreas."
"Kok, gue gak tahu nama asli lu?" sela Gandum.
"Lo gak nanya, sih!" jawab bang Andreas.
"Ya, harusnya Lo kasih tempe, dong."
"Tahu, pe'a!" celetuk bang Andreas.
Aku cengengesan melihat pertengkaran dua hantu ini, seperti adik dan kakak. Walau pada kenyataannya bisa saja mereka berdua seumuran kalau masih hidup, ternyata mereka akan seakrab ini dalam dunia lain. Gandum melihatku, mungkin dia sadar hanya aku yang melihat kericuhan mereka.
Gandum berdeham, lalu mencecah tangan bang Andreas dan membisikan sesuatu. Aku tidak mendengarnya tapi aku yakin pasti ada maksud Gandum memperkenalkanku dengan Bang Andreas.
"Nashita, gue ke sini ... Mau minta bantuan, boleh?"
Aku terperangah, bahkan kasus Gandum saja belum terselesaikan ditambah permintaan bang Andreas. Apakah aku bisa melakukannya?
"Tapi! Jangan khawatir ini gak berat, kok. Gak kayak si Gandum!" tandas bang Andreas.
"Beneran gak berat?" tanyaku memastikan.
"Iya, beneran gak berat, kok."
Aku mempertimbangkan keputusanku, sejujurnya aku takut ini akan sulit. Pasalnya masalah arwah di dunia ini adalah penyesalan, sesuatu yang belum terpenuhi semasa hidupnya, tetapi melihat wajah penuh harap bang Andreas membuatku iba.
"Oke, aku bantu," putusku.
***
Ternyata bang Andreas adalah seorang mahasiswa dan kampusnya juga sama seperti kak Nashrul mengenyam pendidikan. Aku jadi penasaran apakah kak Nashrul mengenal bang Andreas?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Galau
Teen Fiction[End] [Complete] #1 teenfintion 21/05/22 #3 teentlit 14/06/22 #1 Dareen 22/06/22 #1 keluarga 07/06/23 #1 ngakak 07/06/23 #1 arwah 07/06/23 #3 tertawa 08/06/23 #3 remaja 08/06/23 Nashita kesulitan menjalankan aktifitas di sekolahnya gara-gara dia bis...