Selamat menjalankan ibadah di Bulan Suci Ramadan, bagi yang menjalankan
Ada kabar baik buat kalian yang suka cerita religi
Sebulan ini insyaAllah aku akan post fiksi religi di wattpad dan karyakarsa, semoga bisa menemani hari-hari kalian
Akan tayang setiap hari khusus bulan ini!
Matur suwun bestie online-ku
...
Bagian 1
Gadis berjilbab biru itu sibuk di dapur membantu para khadimah, mereka sedang menyiapkan hidangan untuk tamu Pak Kyai yang datang dari Balikpapan. Tamu itu tak lain dan tak bukan adalah besan Pak Kyai sendiri, alias keluarga besar Kyai Hadi yang merupakan mertua dari putri pertama Pak Kyai Hasan dan Bu Nyai Sarah, bernama Shafiyah Firdaus. Mereka sudah berbesan sekitar dua tahunan. Tamu yang datang hanya lima orang, yaitu Pak Kyai dan Bu Nyai Hadi, satu anak bungsunya serta dua santri laki-laki yang mereka ajak berkunjung kemari, namun hidangan yang dibuat cukup banyak dan beraneka macam kue-kue.
"Wa, kamu sudah masukan gula ke tehnya?" tanya seorang khadimah bernama Nuri, usinya tiga puluh tahunan.
Gadis yang di panggil menjawab sambil menganggukkan kepalanya. "Sampun, Mbak. Katanya tidak usah terlalu manis, Pak Kyai Hadi tidak suka yang kemanisan," sahutnya santun.
"Ya, sudah, kalau gitu bawa nampan ini dulu ke depan, mumpung masih anget." Kata Nuri pada Halwa.
Gadis itu kaget, menatap Nuri tidak percaya. "Lho, kok aku Mbak?"
"Aduh, semua lagi pada repot, Wa. Nanti Bu Nyai juga ngerti kok, ndak bakal marahin kamu karena bantu bawa tehnya ke depan. Kalau Bu Nyai sampai negur kamu, nanti aku bantu jelaskan. Sekarang bawa ini ke depan saja ya..." Nuri menyerahkan nampan berisi wedang dan beberapa gelas kepada Halwa. "Eh, jangan lupa senyummu itu jangan di tahan, senyum itu sedekah lo, Wa." Suruhnya sambil mengedipkan mata, Nuri memang suka guyon pada santriwati di sini.
"Kalau aku senyum terus nanti ada yang naksir gimana, Mbak?" kata Halwa bercanda.
"Yo wis, artinya senyummu itu senyum maut, Wa. Eh, jangan coba-coba memikat hati Gus Malik yo. Dia itu sudah mau di calonkan dengan putri tunggal Kyai Solih yang dari Wonogiri."
Halwa berhenti sebentar, menatap wajah Nuri yang ramah. "Duh, Mbak... nggak berani aku mimpi jadi menantunya Bu Nyai dan Pak Kyai. Aku iki sopo kok bisa-bisanya ngarep jauh sekali. Sudahlah, jangan bahas masalah itu lagi. Aku ini bumi dan mereka itu langit, Mbak." terang Halwa, detik berikutnya ia tertawa pelan.
"Ya, kalau kita lihat dari surut pandang manusia memang begitu adanya, Wa. Seperti nggak ada yang bisa dirubah. Tapi, ingat, Wa... di Mata Allah kita semua sama!" terang Nuri seraya tersenyum. "Tapi, Gus Malik iki gantenge kok pol tenan (cakepnya kebangetan). Aku sampe susah kedip kalo lagi papasan sama beliau, Wa. Andai saja... oh, andai saja lah pokonya..."
Halwa hanya menggeleng mendengar penuturan khadimah yang sudah lama bersama keluarga bu Nyai ini.
Dalam lubuk hati yang terdalam ia pun tidak bernai memimpikan perihal itu. Gus Malik, anak ketiga Pak Kyai Hasan memang sangat memesona bagi semua santriwati di pesantren ini, para warga di sekitaran pun berniat menjodohkan anak-anak putri mereka dengan Gus Malik, namun rupanya Pak Kyai sudah punya calon pilihan untuk anak terngahnya yang baru pulang dari Yaman itu.
Halwa melangkah hati-hati, dengan sedikit rasa gugup akhirnya ia sampai di ruang tamu rumah Pak Kyai Hasan. Ia meletakkan nampan dengan hati-hati, merapikan teko dan gelas-gelas bening di atas meja besar yang terbuat dari kayu jati yang kokoh. Bu Nyai menatapnya heran, dalam hati beliau bertanya, kenapa Halwa sampai membantu di dapur lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
HALWA (Novel Religi)
SpiritualTAMAT Setelah sekian lama, ribuan purnama, jutaan hari, miliyaran detik... akhirnya aku kembali membuat FIKSI ISLAMI untuk pembacaku tersayang. Semoga suka dengan cerita ini, terhibur, jadi teman metime. Follow akun ini. Vote tiap bab Comment hal-ha...