Halwa harus menerima kenyataan bahwa dia tidak diizinkan ikut seleksi ke Universitas Diponegoro, padahal segala persiapan telah dilakukan. Alasan utamanya karena biaya. Halwa sudah menjelaskan dia akan mencari beasiswa, dia juga akan bekerja demi memenuhi kebutuhannya nanti. Namun sang pakde tetap tidak setuju, Halwa sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.
Hari ini harusnya ia melakukan seleksi tertulis ke universitas impiannya dan juga kedua orangtuanya. Dengan rasa sedih mendalam, Halwa terus meyakinkan diri bahwa mungkin ini jalan terbaik untuknya. Ia berniat menunda kuliahnya di sana dan mempersiapkan biaya dan juga persiapan materi untuk tahun berikutnya jika Allah menghendaki. Sungguh, ia ingin sekali mewujudkan cita-cita orangtuanya agar menjadi manusia bermanfaat bagi sesama yaitu menjadi seorang dokter atau pengajar seperti ayahnya yang juga seorang guru.
Sudah tiga hari Halwa tidak nafsu makan, ia tak selera sama sekali, ia makan sedikit sekali hanya supaya dia tidak sakit saja. Ia seringkali melamun sebab merasakan rindu pada pondok, pada para santri yang menjadi teman-temannya dalam menimba ilmu, rindu pada Bu Nyai dan Pak Kyai yang setiap tausiah atau nasihatnya selalu membuat hati bergetar dan terus semangat, ia juga rindu para khadimah yang sangat baik padanya, yang menganggap Halwa seperti adik sendiri.
Ia sendiri masih bingung, apa yang harus ia kerjakan sekarang, mencari kerja di mana dan sebagai apa? Beberapa orang memang meminta Halwa mengajar mengaji anak-anaknya, Halwa akan dibayar seperti guru agama pada umumnya, namun lagi-lagi pakdenya melarang dan menyuruh Halwa tetap berada di rumah. Ia tak tahan lagi, kali ini Halwa menemui kakak sepupunya yaitu anak pakde yang juga tinggal serumah dengannya. Semoga saja sepupunya itu bisa membujuk pakde supaya mengizinkan Halwa mengajar, supaya ilmu itu lebih bermanfaat jadinya.
"Aku juga ndak paham bapakku, Dik. Ndak tahu maunya apa. Padahal sesuai kesepakatan waktu itu harusnya kamu lanjut kuliah di kampus pilihanmu, biayanya juga sudah disiapkan dari harta peninggalan ayah dan ibumu, Dik." Ucap sepupunya jujur. Hal ini membuat Halwa sedikit terkejut.
"Masih ada tho, Mas? Bukannya sudah dipinjam Pakde semua buat modal beli sawah, modal untuk nanem padi dan lainnya?" tanya Halwa heran.
"Dik, ada atau tidak, harusnya uang itu dikembalikan untukmu. Itu kan hakmu sepenuhnya, Pakde tidak ada hak mengambilnya." Tio merasa kasihan pada adik sepupunya itu. "Yang dipinjam Pakde hanya sebagian yang kamu tahu saja, sisanya aku juga kurang paham berapa jumlahnya."
Halwa terdiam. Ia masih punya sepucuk harapan jika pakdenya mau mengerti keinginannya. Sayang, Pakdenya memang terlihat serakah, sejak dulu sifat serakahnya belum berubah. Uang hasil menjual rumah orangtua Halwa sudah ludes digunakan untuk membeli sawah dan untuk bermain judi, padahal rumah sederhana itu sangat berharga bagi Halwa, semua kenangan dia dan keluarganya ada di sana. Kini, semua kenangan hanya tersimpan dalam hati dan ingatan.
Halwa tidak tahu betul kenyataan pahit ini, sepupunya pun merasa malu untuk menceritakan keadaan sebenarnya. Sekarang Pakdenya itu sedang terlilit hutang dengan beberapa orang di kampungnya, dia sendiri sedang mengalami kerugian besar karenan panen padinya tiga kali gagal. Alhasil uang milik Halwa tidak kembali sepeserpun.
Halwa menarik napas dalam-dalam. "Mas, kalau begitu izinkan saya mengajar saja. Saya kalau di rumah terus jadi malah merepotkan kaluarga Mas dan Pakde tho?"
"Mau mengajar apa kamu ini?" sepupunya sedikit terkejut.
"Kemarin ada salah satu TPA cabang madrasah Al-Huda yang memungkinkan saya menjadi guru ngaji anak-anak di sana. Ada juga ibu-ibu yang meminta saya mengajar les di rumah mereka. Dengan begitukan ilmu saya juga bermanfaat bagi yang lain, Mas." Jelas Halwa.
"Duh, Dik... sebenarnya Mas justru tidak tega melihat kamu bekerja begini, Harusnya kamu sibuk mengurus keperluan kuliahmu. Maafkan keluarga Mas ya, Dik."
KAMU SEDANG MEMBACA
HALWA (Novel Religi)
SpiritualTAMAT Setelah sekian lama, ribuan purnama, jutaan hari, miliyaran detik... akhirnya aku kembali membuat FIKSI ISLAMI untuk pembacaku tersayang. Semoga suka dengan cerita ini, terhibur, jadi teman metime. Follow akun ini. Vote tiap bab Comment hal-ha...