Pukul 09.30 harusnya Ilyas sudah bergegas pulang, namun hujan belum juga reda. Ilyas menunggu di masjid Nurul Iman sambil membaca salah satu mushaf Quran yang ada di sana. Sudah satu juz lebih ia mengaji, hujan nampaknya makin deras. Seorang jamaah mendekat padanya, duduk bersilah dan berkata. "Ustadz mau mampir ke rumah saya sebentar?" tawarnya.
"Ada apa ya, Pak?"
"Maksud saya sambil menunggu hujannya reda. Tadi memang sempat gerimis seperti mau berhenti, tapi deras lagi. Sudah lama juga di sini tidak hujan, jadi hujan awet seperti ini rasanya berkah sekali, Ustadz." Jelas bapak-bapak itu.
"Alhamdulillah kalau gitu. Nggih, Pak, hujan ini semoga membawa berkah." Ilyas tersenyum kepada bapak yang baik hati itu, ia lalu menolak niat baik si bapak karena ingat dengan janjinya pada umminya. Ia harus segera pulang. Kalau menunggu hujan benar-benar berhenti akan semakin lama dan semakin siang saja. Lagi pula Ilyas juga tidak membawa HP, ia tidak bisa mengabari umminya kalau di sini masih deras. Alhasil ia memaksakan diri untuk pulang dalam keadaan hujan lebat seperti sekarang ini.
Dalam perjalanan pulang Ilyas sempat melewati persawahan dan jalanan yang tidak rata, ada banyak lubang dan kubangan air. Ia bisa mengendarai motornya dengan baik dan tenang, namun sayangnya ada segerombolan anak-anak muda yang sedang kebut-kebutan sambil bermain air hujan. Kubangan air mereka terjang begitu saja sampai Ilyas terkena air genangannya yang kotor. Ia istigfar berkali-kali, semoga anak-anak muda itu Allah jaga dan beri hidayah.
Tak sampai lima menit di depan sana nampaknya ada pohon tumbang, jalanan jadi macet parah dan Ilyas harus mencari jalan alternatif lain. Ia belok kiri seperti kebanyakan orang, ia terpaksa harus melalui jalan yang belum pernah ia lalui, medannya agak licin dan berkelok. Lagi, ia bertemu dengan anak-anak muda yang tadi kebut-kebutan. Kali ini anak-anak muda itu seperti sedang beratraksi, ada yang mengendarai motornya sambil berdiri, Ilyas memanggil-manggil salah satunya—yang berjarak dekat dengannya—untuk memperingatkan supaya berhati-hati. Anak itu malah meludah ke sisi kiri, Ilyas mengelus dada, ludah itu tak sampai kena ke baju atau motornya. Ilyas berhasil menghindar dari gerombolan motor anak-anak muda di depannya, namun sayang hal itu membuat ia keluar dari jalur seharusnya. Tak disangka dari arah berlawanan ada sebuah angkot berjalan dengan ngebut, Ilyas kaget dan segera menghindar namun ia justru menabrak sebuah pembatas jalan dari beton. Ia dan motornya tersungkur di sana, Ilyas nampak tidak berdaya. Sementara itu hujan justru semakin deras.
Orang-orang yang melihat kejadian itu segera menghentikan kendaraannya, mereka menepi dan berniat menolong Ilyas. Anak-anak muda itu kabur dengan menambah kecepatan karena takut dikejar oleh warga. Ilyas merasakan sakit disekujur tubuhnya, ia nyaris pingsan tetapi masih kuat bertahan, kesadarannya terus menurun tapi lisannya tak henti mengucapkan istigfar berkali-kali. Angutan umum yang tadi ikut berhenti kini menjadi kendaraan Ilyas menuju rumah sakit terdekat.
Sampai di rumah sakit Ilyas diantar ke ruang UGD, ia mendapat penanganan dengan cepat. Luka disekujur tubuhnya segera dibersihkan dengan alat khusus. Darah yang mengalir dari dagu yang sedikit robek perlahan berhenti. Dua orang perawat sangat berhati-hati membersikan luka-luka itu. Lengan kanan Ilyas pun mengalami luka yang tidak ringan, baju koko Ilyas sampai robek dan terlihat darah segar di balik bajunya.
Sepasang suami istri yang menemaninya ke rumah sakit segera bertanya tentang keluarganya. Mereka kaget ketika mendengar nama Kyai Hasan disebutkan, si bapak tidak menduga bahwa anak muda yang ditolongnya adalah salah satu putra Kyai Besar pemilik pondok pesantren di Mijen. Dengan segera bapak tersebut menghubungi nomor pesantren yang terkenal itu. Ilyas berharap semoga saja umminya tidak pingsan mendengar kecelakaannya tersebut.
Lama kelamaan dada Ilyas rasanya sakit, napasnya sesak dan entah bagiamana kelanjutannya, ia akhirnya pingsan. Dokter segera datang demi memeriksa keadaan Ilyas.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALWA (Novel Religi)
SpiritualTAMAT Setelah sekian lama, ribuan purnama, jutaan hari, miliyaran detik... akhirnya aku kembali membuat FIKSI ISLAMI untuk pembacaku tersayang. Semoga suka dengan cerita ini, terhibur, jadi teman metime. Follow akun ini. Vote tiap bab Comment hal-ha...