Mendengar ibunya sempat dirawat di rumah sakit karena tekanan darah rendah membuat Ali memutuskan untuk segera pulang ke Jakarta. Waktu kepulangannya bertepatan dengan masa libur kuliah, jadi Ali masih punya banyak waktu tinggal di Indonesia dan menemani ibunya yang baru kembali dari rumah sakit dua hari lalu.
Dia dan ibunya sudah bisa bicara seperti dulu, sudah ada kehangatan yang terasa dalam hati masing-masing. Bu Dewi sudah tidak lagi menggungkit-ungkit masalah perceraian anaknya dengan Halwa. Lagipula sudah lama Bu Dewi tidak mendengar kabar Halwa, sejujurnya dia rindu berat pada anak itu namun keberadaan anak itu sampai saat ini masih belum terungkap. Terakhir kali Bu Dewi sempat menanyakan pada Lia, tetapi tidak mendapat petunjuk apa-apa. Kini dia menyusul anaknya yang sedang duduk di beranda rumah. Ia duduk sambil menyaksikan tukang kebun memangkas rerumputan liar dan menanam bebungaan yang indah. Sementara itu ia melihat Ali nampak agak sibuk dengan ponselnya sendiri sampai akhirnya menyadari bahwa ibunya ada di sampingnya, Ali segera meletakkan ponselnya dan mengajak mengobrol ibunya.
Awalnya hanya perbincangan ringan-ringan saja, sampai akhirnya Ali meminta izin pada ibunya untuk menjenguk Ilyas yang sedang sakit karena kecelakaan. Mendengar hal itu Bu Dewi turut prihatin dan memperbolehkan anaknya pergi ke Semarang. Bu Dewi hendak ikut tetapi Ali tidak memberi izin sebab khawatir dengan kondisi ibunya yang belum stabil. Sebenarnya Ali punya tujuan lain selain menjenguk Ilyas, sahabatnya. Dia berharap bisa bertemu dan berbicara baik-baik dengan Halwa di sana. Ali sangat yakin bahwa Halwa sedang berada di Semarang, di rumah sepupunya. Selama ini Ali sudah tahu keberadaan Halwa dari seorang teman SMA-nya yang pernah menghadiri pernikahan mereka, dia tahu Halwa ada di Bandung dan kemungkinan besar saat ini Halwa pulang ke kampungnya untuk berziarah ke makam keluarganya. Teman SMA Ali itu ternyata salah satu pelanggan setia dari produk-produk buatan Halwa, ia hampir tahu semua hal tentang Halwa dari karyawati yang bekerja di toko busana muslimah Halwa di Bandung.
Jadilah besoknya Ali berangkat menuju Semarang dengan sebuah pesawat terbang. Dari bandara Ahmad Yani ia langsung menuju kampung halaman Halwa, ia jelas tahu alamat sepupunya Halwa yang bernama Tio. Dia dan Tio pernah mengobrol banyak hal sewaktu di Jakarta, bahkan Tio pernah menyuruhnya mampir ke rumahnya di Semarang saat pernikahan itu benar-benar sah dilakukan.
Saat itu Ali hanya membawa satu ransel yang berisi tiga setel baju dan celana, sarung dan sebuah mushaf. Ia tidak membawa banyak barang karena niat awalnya hanya sebentar saja berkunjung ke Semarang. Tak disangka, ia malah harus menginap dulu di rumah Tio karena Halwa baru akan sampai esoknya. Dia sempat ditolak oleh Tio karena dirinya sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan adik sepupunya. Tapi Ali menegaskan bahwa semua itu dia lakukan demi kebaikan Halwa, ia juga menjelaskan bahwa sebenarnya Halwa tidak akan pernah mencintainya sebab ada satu laki-laki yang mungkin sampai detik ini masih Halwa kenang sebagai kasih yang tak sampai. Ali benar-benar meyakinkan Tio, hingga akhirnya ia diizinkan bertemu dengan Halwa.
"Semoga apa yang kamu katakan benar, Ali." Dengan tegas Tio berkata pada Ali.
Ali pun mengangguk yakin.
***
Sebuah mobil Avanza terparkir di depan rumah Tio, seorang perempuan bercadar dan berjilbab biru keluar dari pintu pengemudi. Di pintu lain keluar perempuan muda, namun ia tidak mengenakan cadar.
"Gina, tolong bantu aku bawa barang dari bagasi." Ujar perempuan bercadar itu kepada perempuan muda yang mengenakan gamis cokelat.
"Yang ini bukan, Mbak?" tanya Gina.
Perempuan bercadar itu mengangguk, lalu berjalan menuju pintu rumah Tio yang sudah terbuka, penghuninya sedang duduk-duduk di ruang tamu dengan seorang pemuda.
"Assalamu'alaikum!"
Tio dan pemuda itu langsung menoleh sambil menjawab salam hampir bersamaan. Tio tersenyum hangat, sementara pemuda disebelahnya diam seribu bahasa, lisannya mendadak kaku. Pemuda itu tahu siapa sosok dibalik cadar biru tersebut. Dari sorot matanya ia bisa menebak siapa perempuan yang kini hampir mematung di pintu rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALWA (Novel Religi)
SpiritualTAMAT Setelah sekian lama, ribuan purnama, jutaan hari, miliyaran detik... akhirnya aku kembali membuat FIKSI ISLAMI untuk pembacaku tersayang. Semoga suka dengan cerita ini, terhibur, jadi teman metime. Follow akun ini. Vote tiap bab Comment hal-ha...