Hari ini Halwa tidak keluar rumah sama sekali, Pakdenya melarang, Halwa pun tidak bisa protes. Namun lisan dan hatinya tidak berhenti berdoa agar Allah memberikan hidayah-Nya kepada Pakde Rudi. Ia sudah berusaha meminta pengertian dari budhenya, tetapi tidak mendapat tanggapan apapun. Sejak dulu, dia memang tidak terlalu dekat dengan budhenya itu, ibunya pun jarang mengobrol dengan Budhe Wati, ibunya kalau bicara dengan Budhe Wati hanya seperlunya saja.
Lagi-lagi Halwa pasrah. Entah bagaimana harinya akan dilalui, yang jelas pakdenya bilang bahwa hari ini Bimo akan datang lagi, hanya untuk menemui dirinya dan supaya ia mengenal Bimo sehingga mereka bisa segera menikah. Padenya benar-benar ingin pernikahan ini terjadi dan segera dilaksanakan.
Dengan lirih Halwa melantunkan istigfar, berharap semoga Allah Ta'ala mendatangkan kemudahan baginya. Ia juga berkali-kali mengucap dzikir agar hatinya merasa tenang.
Hasbunallah wa ni'mal wakil ni'mal maula wa ni'mal natsir.
Ia masih mengulang-ulang bacaan itu sampai rasanya air mata hampir keluar dari persembunyiannya. Ia tahan, ia tidak ingin menangis hanya karena ujian ringan seperti ini. Ia masih percaya bahwa pasti ada jalan keluar selain harus menikah dengan laki-laki yang tidak ia kenal.
Semalam Halwa mencari tahu tentang Bimo dari istrinya Tio, dia mendapat banyak info bahwa Bimo itu bukan laki-laki yang berakhlaq baik dan jauh dari kata santun. Ya, istrinya Tio yang benama Hana itu menjelaskan tentang Bimo dengan sebenar-benarnya dan sangat jujur. Dia tidak ingin Halwa mengikuti kemauan mertunya karena biar bagaimanapun Halwa adalah gadis yang baik. Hana merasa Halwa sangat tidak cocok jika bersanding dengan Bimo yang terkenal urakan dan suka membuat keributan. Kalau pernikahan itu sampai terjadi, rasanya dunia ini benar-benar tidak adil.
"Maaf ya, Dik... ini bukan lagi gosipin orang, kan, Dik? Tetapi ini demi kebaikan kamu." Hana menarik tangan Halwa kepangkuannya, "waktu zaman aku sekolah, masih kelas satu SMP aku melihat Si Bimo itu ikut teman-temannya ngerokok dan kalau ada organ tunggal di kampung dia itu ikut naik panggung dan joget bareng penyanyinya. Aku ndak habis pikir sama Bapak, kok laki-laki macam itu mau dinikahkan sama keponakannya yang shalihah ini!" Hana geram sendiri. "Aku juga bingung sama Pak Camat, kenapa harus kamu yang dipilih jadi mantunya, bukannya Bimo itu pacarnya banyak di luaran sana, kenapa ndak dinikahkan saja sama pacar-pacarnya itu."
Halwa merasa sedih mendengar semua itu. Apa dirinya tidak berharga sehingga hanya layak mendapat laki-laki tak bermoral seperti Bimo?
Ya Allah, akan jadi apa aku dan anak-anakku nanti kalau aku jadi menikah dengan laki-laki seperti itu? batin Halwa terenyuh. Setetes air mata meluncur lembut di pipinya.
Meski terpaksa, hari ini Halwa bersiap-siap menyambut kedatagan Bimo dengan tekat yang bulat. Ia sudah mempersiapkan kata-kata penolakan soal lamaran hari sebelumnya yang ditujukan untuk dirinya. Ia sudah memikirkan semua keputusannya ini sejak Hana menceritakan siapa sebenarnya Bimo itu, sejak semalam, sampai-sampai ia tidak bisa tidur.
Halwa kembali teringat pada ayah dan ibunya serta kakaknya, kalau mereka masih ada di dunia ini dan hidup bersamanya, mungkin ia tidak akan melewati hari-hari membingungkan seperti saat ini. Halwa mengusir pikiran itu dari kepalanya, ia tidak boleh berandai-andai, kesannya seperti tidak menerima takdir yang sudah digariskan Allah. Tentu, Tuhan Yang Maha Esa jauh lebih tahu daripada dirinya.
Halwa menarik napasnya dalam-dalam, ia berusaha tenang.
Sore hari saat pakdenya pulang ke rumah, ia membawa kabar buruk baginya tetapi baik bagi Halwa, Hana dan Tio.
"Bimo tidak jadi kemari hari ini." Ucap Rudi dengan penuh kekecewaan, terlihat jelas di wajahnya. Ia segera masuk ke dalam kamar dan tidur, padahal setengah jam lagi waktunya shalat Maghrib. Tio mengajak bapaknya pergi ke mushalla terdekat, namun yang ada Tio malah dibentak dengan suara lantang. "Kau ganggu Bapak istirahat saja. Bapak sedang capek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HALWA (Novel Religi)
SpiritualTAMAT Setelah sekian lama, ribuan purnama, jutaan hari, miliyaran detik... akhirnya aku kembali membuat FIKSI ISLAMI untuk pembacaku tersayang. Semoga suka dengan cerita ini, terhibur, jadi teman metime. Follow akun ini. Vote tiap bab Comment hal-ha...