Chapter 6

457 49 0
                                    

WELCOME TO THE DARKNESS!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WELCOME TO THE DARKNESS!

Jika terdapat kata atau adegan yang kurang pantas mohon untuk tidak di contoh.

Noted: sebelum mulai membaca mohon untuk memberikan dukungan dengan vote dan comment positive dicerita ini. Terimakasih.

***

Bell istirahat sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu tetapi tidak ada niat sedikitpun dari Valesha untuk bangkit dari tempat duduknya. Permasalahannya dengan Rana sudah selesai sejak cewe itu meminta maaf pada saat ulangan berlangsung.

Tidak seperti hari biasanya Valesha sangat malas melakukan apa-apa. Rasa lapar pun rasanya tidak ada,

"Lo berdua beneran kaga mau ikut ngantin nih?" tanya Rafka sejak tadi yang jawabannya masih tetap sama hanya gelengan kepala Valesha.

"Lo duluan aja Raf. Gue tunggu ni anak ada niat baik buat makan." jawab Rana yang hanya di balas anggukan kepala saja oleh cowo itu dan setelahnya mereka, Rafka dan Agra menyusul sahabat-sahabatnya yang sudah berkumpul di kantin. Dan lebih anehnya sejak masuk tadi sikap Agra sangatlah berbeda, ia lebih banyak diam. Bicara hanya karena di tanya.

"Si Agra kenapa si perasaan diem aja dari tadi, lo ngerasa ga Va?" tanya Rana kepada Valesha yang sedang melamun, "Valesha gue tanya lo bangsat." lanjut Rana mendorong tangan cewe itu yang sedang menopang kepalanya sampai terjatuh dan membentur meja cukup keras.

"ANJ--" ucapnya terpotong karena tangan Rana sudah membungkam mulutnya lebih dulu untuk meredam teriakan cewe itu.

"Gausah teriak berisik kasian si Siti lagi belajar."

"Ya lo ngapain lagian begitu, sakit bego." sewot Valesha mengusap keningnya yang memerah dan menunjukkan tanda-tanda akan benjol.

"Lo juga ngapain gue tanya malah bengong aja dari tadi, utang lo banyak? apa susah ngabisin duitnya?" balas Rana tidak kalah sewot.

"Lagi males ngomong." Valesha tidak berniat untuk melanjutkan percakapan yang pastinya tidak akan ada akhirannya. Ia sedang butuh waktu menyendiri, mentralkan segala isi pikiran dan ketakutannya dengan beranjaknya dia dari tempat duduk untuk pergi ke sebuah tempat yang selalu menjadi saksi bisu kesakitan cewe itu.

Rana yang melihat sahabatnya melengos begitu saja semakin dibuat kesal, "Heran gue. Kenapa bisa si gue sahabatan sama manusia modelannya begitu? Seenggaknya bales kek walaupun satu kata." dumelnya tak ayal ia juga mengikuti langkah kaki Valesha yang terbilang tidak santai.

"Mau kemana coba tu anak. Bukannya ke kantin kita makan, isi perut terus kenyang malah ngajak olahraga." meski masih marah-marah tidak jelas Rana tetap setia mengikuti sahabatnya itu.

Tujuannya kali ini adalah ruang musik yang begitu sunyi dan menenangkan. Tapi sebelum ia membuka pintu berwarna coklat itu langkah kakinya berhenti sejenak dan menunggu seseorang dibelakang tubuhnya lebih dekat,

KILL the PAST [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang