Chapter 18 A

207 20 0
                                    

WELCOME TO THE DARKNESS!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WELCOME TO THE DARKNESS!

Jika terdapat kata atau adegan yang kurang pantas mohon untuk tidak di contoh.

Noted: sebelum mulai membaca mohon untuk memberikan dukungan dengan vote dan comment positive dicerita ini. Terimakasih.

***

Bulan sudah berganti tugas dengan matahari, sayup-sayup terdengar suara seseorang yang sedang menyiapkan sesuatu di atas nakas disamping ranjang. Dengan berat Valesha membuka matanya perlahan-lahan hingga dirinya menangkap Rana dengan balutan piyama yang sedang menata semangkuk bubur juga susu putih. Tanpa bertanyapun ia sudah tau bahwa saat ini tubuhnya sedang terbaring nyaman di kamar tidur milik sahabat kecilnya itu. Bahkan kamar itu penuh dengan foto maupun polaroid mereka berdua sejak kecil hingga sekarang. Mereka berdua layaknya anak kembar berbeda ibu, bagaimana bisa kedua perempuan yang sama-sama memiliki paras cantik itu memiliki ikatan batin layaknya saudara, walaupun diantaranya tidak pernah berucap apapun tapi mereka bisa saling merasakan. Rana dan Valesha adalah dua remaja yang tidak akan pernah bisa dipisahkan. Terkecuali maut.

"Udah bangun?" tanya Rana yang membangunkan Valesha dari lamunan masa kecilnya.

"Thanks Ran."

"Hm. Sekarang lo makan terus mandi abis itu langsung siap-siap ke dokter." titah Rana membantu sahabatnya untuk bersender di kepala ranjang. Sepanjang malam cewe itu terjaga karena suhu tubuh Valesha yang benar-benar sangat panas, belum lagi melihat cewe itu yang meracau memanggil bundanya di iringi isakan kecil.

"Dokter?" beo Valesha yang hanya di balas anggukan kepala singkat saja.

"Gue gabutuh dokter Ran. Hari ini gue mau ke rumah Omah." ucap cewe itu tanpa melihat lawan bicaranya.

Rana tidak menjawab apapun selain mengambil semangkuk bubur yang ia berikan kepada Valesha untuk dimakan selagi bubur itu hangat. Cewe itu menghembuskan nafasnya dengan kasar setelah menempatkan posisinya dipinggir ranjang.

"Mau sampai kapan lo pura-pura kuat Va? sampai lo mati?" sarkas Rana yang membuat Valesha membeku.

"Lo boleh bilang kalau lo lagi sakit Va. Lo boleh bilang kalau lo lagi sedih. Bahkan lo boleh bilang kalau lo udah nyerah. Jangan sakitin diri lo semakin dalam." lanjutnya yang semakin membuat cewe itu tidak bisa berkata-kata. Rana bisa melihat mata Valesha yang mulai berkaca-kaca dari sudut matanya.

Bahkan untuk biarin air mata lo jatuh aja, lo tahan Valesha. batin cewe itu menyeri sakit.

Rana bangkit dari duduknya dan membenarkan posisi Valesha agar nyaman. Sejak cewe itu memberikan sedikit nasihat, sahabatnya itu tidak memberikan respon apapun tetapi malah melamun. Rana sangat tau apa beban yang sedang dipikul oleh Valesha, bahkan dirinya tau seberapa berat beban itu. Dan anehnya, Valesha selalu berusaha untuk tidak melibatkan dirinya.

KILL the PAST [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang