4. Si Pengetuk Pintu

193 170 61
                                    

Bulan purnama yang bersinar di atas rumahku seolah mempunyai bentuk wajah dan kedua mata yang melotot, sama seperti kedua mataku yang membalas tatapan melotot Glen. Papa mengajak Glen ke taman belakang rumah dan menunggu Mama yang berjalan dengan membawa setoples kue dan minuman di atas nampan.

Setelah berbincang dengan Papa, Glen mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Dan dengan lagak yang sedikit aneh, Mama dan Papa tiba-tiba izin pamit ke kamar mandi secara bersamaan. Tapi setelah ku tatap secara curiga, Mama mengganti alasannya dengan membuang sampah yang menumpuk di dekat dapur.

Oh, lagi-lagi buku puisi ini diberikan padaku. Buku puisi pemberian Reza yang kemarin terjatuh di dekat perpustakaan dan ditemukan Beni, sekarang Glen yang memberikannya padaku.

"Buku kamu ketinggalan di mobilnya Dino," ucap Glen dengan menggerak-gerakan buku puisi mini ku di depan muka ku.

"Terus kenapa kamu kembalikan padaku?" Pertanyaan bodoh yang terlontar begitu saja dari mulutku membuat Glen tertawa.

"Ya, jelas aku kembalikan ke pemiliknya. Kamu kan yang punya buku ini?" Glen memutar bola matanya dan meletakan buku puisi ku di atas telapak tangan ku.

Drrrt. Drrrt. Drrrt.

Handphone di saku kemeja Glen bergetar. Glen buru-buru mengambil ponsel pintarnya dan membaca chat yang baru masuk di handphone nya. Kedua alisnya menyatu, dahinya mengkerut, dan matanya melotot seperti baru memenangkan undian berhadiah.

"Ada apa?" tanyaku sambil mencuri-curi pandang ke arah layar ponsel Glen.

Glen mematikan layar ponselnya dan mendekap ponsel pintarnya. Ia mengangkat kepalanya dan melihat ke kedua mataku. Kedua bola matanya dingin dan wajahnya kaku.

"Aku lupa matiin kompor!" Glen memelototi ku. "Aku tadi bantuin Oma untuk bikin kue sama masak ikan. Gara-gara kamu aku jadi buru-buru mengembalikan buku puisi sialan itu!" Umpat Glen, lalu berdiri sambil memegangi kepalanya.

Glen berjalan mondar-mandir sambil memukul pelan kepalanya. Dia terus bertanya bagaimana padaku dan aku tidak tahu harus menjawab apa selain mengangkat kedua bahu ku.

"Awas ya, kalau sampai rumah Oma aku kebakaran!" Glen menatap tajam kedua mataku, kemudian berjalan keluar rumah dengan terburu-buru setelah berpamitan pada Mama dan Papa.

Aku berdiri di depan pintu rumah ku sambil memandangi mobil Glen yang mundur perlahan-lahan untuk mengambil jalan keluar dari halaman rumah ku. Kaca kemudi depan turun perlahan-lahan memperlihatkan wajah Glen yang kesal terhadap ku.

Aku menutup pintu dengan perasaan kesal. "Dia yang lupa matiin kompor, aku yang disalahin."

Tok tok tok

Aku tersulut rasa kesal lagi saat mendengar suara ketukan pintu dari luar. Apa ia kembali lagi ke rumahku untuk memberitahu kalau rumahnya sudah kebakaran?

"Kenapa?" tanyaku saat membuka pintu, namun bukan Glen yang berdiri di depan pintu, melainkan pria tinggi berkulit putih.

Reza.

"Diary Anastasia?" Tanya nya dengan menyebut nama panjang ku. Dia tidak menghafal nya, melainkan ia membaca nama ku dari kartu yang di pegang nya.

Kartu? Kartu tanda pengenal ku? Mengapa bisa ada padanya? Sungguh sial.

"Kartu Identitas kamu jatuh saat kamu numpahin minuman soda ke baju ku tadi siang," jelas Reza sambil mengulurkan kartu identitas ku dan menatap ku tajam.

Nerd Girl Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang