19. Sepatu Pink

48 22 28
                                    

Gadis dengan sepatu pink itu, yang ku tahu dia keluar dari kampus yang sama dengan ku dan dengan langkah kakinya yang mungil itu dia menyebrangi jalan dan masuk ke dalam mobil hitam yang menepi di depan Cafe. Lalu aku masih memandangi mobil itu melaju hingga aku sadar jika yang ku lakukan hanya membuang-buang waktu.

Fay dan Asyila memandangiku dengan heran dengan isyarat yang keluar dari mulut Asyila seperti mengatakan are you okay? Namun seperti yang ia lihat, rambutku basah karena tumpahan minuman cewek tadi. Aku dapat melihat kalau Asyila sangat ingin memarahi gadis itu, tapi gadis itu sudah masuk ke dalam mobil dan berlalu meninggalkan cafe.

Dan, apa yang sedang Asyila lakukan tadi? Mengetuk-ngetuk pintu mobil cewek itu dan mengejarnya dengan perasaan kesal. Asyila sahabat yang sangat baik, hingga melakukan hal yang sia-sia itu untukku.

"Dy." Langkah ku terhenti saat tangan seseorang menyentuh siku ku. Dan makin terkejut lagi saat aku melihat wajah orang yang memanggilku itu. Reza? Apa yang dia lakukan disini? Dan memanggilku?

Mengingat dia juga mahasiswa di kampus yang sama dengan ku, ya apa lagi yang dia lakukan disini selain mengikuti kegiatan kampus seperti diriku dan seperti yang lainnya. Maksudku, apa yang dia lakukan dengan memanggil ku? Bila hanya membahas kalau aku ini Celia, sudah aku tak ingin mendengarnya lagi.

"I'm sorry, but .. " Apa yang dia lakukan dengan mengambil sapu tangan di sakunya dan mengusapkannya ke muka ku. Dia pikir muka ku ini meja kotor yang perlu di lap? Dan juga mengusap rambutku dengan lembut.

Dia pikir ini masa-masa SMA, saat dia mengusapkan sapu tangannya ke muka ku aku langsung terbawa perasaan. Oh, ayolah, pikiran ku telah berubah. Yang ia lakukan saat ini padaku, mengusap muka ku dengan sapu tangannya, hanya akan membuatku berpikir kalau dia hanya kasihan padaku. Hanya kasihan. Apa aku selalu tampak menyedihkan di matanya?

"Kamu nggak ada kerjaan lain ya selain ngusap muka aku kayak muka aku ini meja yang berdebu," kataku dengan menepis tangannya yang memegang sapu tangan.

"Muka kamu itu bukan kayak meja yang berdebu, tapi muka kamu itu berminyak makanya aku bersihin pakai sapu tangan," jawabnya yang justru membuatku melotot. Dia mengatakan muka ku berminyak?

Ini aneh. Sangat aneh. Yang aneh adalah, dulu aku memandangnya sebagai cowok paling romantis di dunia ku, namun sekarang aku tahu kalau dia bisa membuat orang kesal juga ya? Well, mungkin aku baru sembuh dari penyakit cinta yang saat SMA menyerang otak ku. Akhirnya aku sembuh juga, dan menyadari kalau dia bukan cowok paling sempurna.

"Yang tadi itu namanya Stella. Mantan pacarnya Dino. Mungkin dia pernah lihat kamu jalan sama Dino, makanya dia sengaja numpahin minumannya ke kamu. Ku rasa sih, dia belum bisa move on dari Dino," jelas Reza.

Stella? Mantan pacarnya Dino? Dia pernah melihatku jalan dengan Dino? Ku pikir-pikir lagi, kapan aku jalan berdua dengan Dino? Apa saat aku menemani Dino ke mall untuk membeli kado ulang tahun Reza?

"Dy!" Panggil Asyila di seberang jalan. Asyila sudah menungguku dengan lambaian tangan disana. Lalu mengapa aku masih melamun disini?






== 🍭🍭🍭 ==

Stella menyemprotkan antiseptik ke kedua telapak tangannya, lalu menyimpan botol berisi cairan antiseptik nya ke dalam tas nya. Dia menyandarkan punggungnya ke kursi sambil memasang earphone ke telinganya.

"Kamu punya masalah apa sama cewek tadi? Ekstrim banget sampe nyiram minuman. Dia nggak melawan lagi," sahut cowok di sebelah Stella yang dengan berani menarik earphone Stella hingga terlepas dari telinganya.

"Memangnya cowok perlu tahu urusan cewek ya?" tanya Stella dengan ketus.

Stevan menarik sudut bibirnya saat mendengar jawaban Stella. Apa ini ada hubungannya dengan foto-foto yang masih di pasang Stella di kamarnya. Foto Stella dan Dino saat kencan makan malam. Dan cewek itu, apa dia pacar barunya Dino.

"Cewek yang penampilannya biasa aja itu pacar barunya Dino?" tanya Stevan dengan tidak percaya. Stella mengangguk dengan tersenyum. Dia merasa dirinya jauh lebih keren saat Stevan mengomentari penampilan cewek itu.

"That's right. Penampilan nya biasa aja, enggak keren," setuju Stella.

Stevan mengembalikan posisi duduknya dengan menyandarkan punggungnya di pintu mobil. Muka pacar barunya Dino sepertinya tidak asing. Dia pernah melihatnya, tapi dimana ya? Cewek itu pernah makan es krim dengan Glen. Dia mulai ingat. Ada hubungan apa dia dengan Glen, mantan sahabatnya itu. Apa dia perlu mencari tahu tentang hal itu.

"Wirawan Family mau ngadain pesta dansa. Aku denger kabar itu dari Om Haris. Kita semua diundang. Dan itu kesempatan kamu untuk ketemu Dino. Kalian bisa jadi pasangan dansa," ucap Stevan.

Kedua mata Stella berbinar. Menjadi pasangan dansa Dino? Oh well, itu sangat menarik. Dia harus melihat-lihat pakaian pesta yang elegan setelah ini. Dia harus mempersiapkannya mulai sekarang.







== 🍭🍭🍭 ==


Asyila dan Fay menatap malas ke arah cowok yang sedang membawa nampan berisi empat minuman dingin dan menyajikannya di atas meja. Oh ya, tentu aku tidak tahu harus merespon apa lagi setelah mengusirnya berkali-kali namun dia masih tidak mau pergi. Dia menceritakan siapa cewek dengan sepatu pink yang memasuki mobil hitam di depan kafe tadi.

Stella. Nama yang ku dengar sepuluh kali saat dia menceritakan tentang mantan Dino yang bernama Stella. Asyila memukul meja dengan pelan sambil menatap muka Reza. Ya, bagaimana tidak terkejut, kalau mendengar cewek tadi mantannya Dino, cowok yang sedang ditaksir Asyila saat ini. Dan Reza baru tahu hal itu hari ini.

"Sedikit informasi, Dino nggak suka sama cewek yang agresif, apalagi sampe nelponin dia puluhan kali," jelas Reza.

"Aku nggak pernah nelponin Dino sampe sepuluh kali," kata Asyila membela diri, dia yakin Dino juga akan suka padanya.

"Good kalau begitu," respon Reza.

"Nggak puluhan kali, cuma sembilan kali aja aku nelponin dia dalam sehari," lanjut Asyila mengoreksi perkataannya yang tadi.

Reza menggeser gelasnya dan ingin mengucapkan kata-kata lebih panjang lagi, namun urung saat mendengar suara seseorang yang datang menghampiri meja kami dan menyapa dengan suaranya yang lembut.

"Celia?" Respon Reza dengan mimik paling tidak percaya diantara kami saat melihat Celia berdiri menyapa dengan seulas senyumnya.







== 🍭🍭🍭 ==

Tinggalkan vote dengan mengklik tombol bintang di bawah ya,

Dan ajak teman-teman kalian untuk baca cerita ini untuk baca cerita Cinderella Gadungan ya

Komen di bawah supaya author semangat melanjutkan bab selanjutnya

See you di bab selanjutnya

Nerd Girl Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang