15. Tergelincir

65 37 57
                                    

"Dulu, kalau aku melakukan kesalahan sedikit aja, Papa pasti mukulin aku dan ngunciin aku di kamar mandi. Lampunya juga dimatiin." Bobi mulai dengan ceritanya.

Chelsea masih berusaha menyembunyikan rasa takutnya agar Bobi tidak buru-buru melakukan hal yang nekat padanya. Ia harus menemukan pintu keluar dari rumah Bobi, tapi kalau dia lari sekarang, Bobi mungkin akan mengejarnya seperti tokoh psikopat di drama thriller.

"Lalu kamu mau putus dari aku? Kamu mau kayak Mama ku, ninggalin aku sama Papa ku begitu aja?" tanya Bobi dengan mata menyalang.

Apa yang dikatakan Bobi itu terdengar menyedihkan. Tapi apakah Bobi tidak tahu, jika Chelsea juga merasa menyedihkan. Papa, Mama, dan Kakaknya tidak pernah punya waktu untuknya atau bahkan menanyakan bagaimana perasaannya. Chelsea juga merasa hampa hingga dia menemukan Bobi yang ia pikir bisa menyembuhkan kehampaannya.

"Kalau kamu tetap mau putus, aku akan melukai diriku sendiri sama pisau ini." Bobi mengarahkan pisau lipat itu ke pergelangan tangan nya.

"Seharusnya kamu tahu kenapa aku mau putus dari kamu. Kamu enggak sadar ya, kalau kamu itu suka mukul aku," Jelas Chelsea. Bobi teringat dengan apa yang telah ia lakukan pada Chelsea. Memang benar, dia selalu bertindak di luar kendali dengan mengangkat tangannya dan memukul Chelsea.

Drama di pikirannya pun berakhir saat dia mendengar suara seseorang membuka pintu rumah nya dan berlari masuk tanpa mengetuk pintu. Saat itu, Chelsea melihat Celia berlari menghampirinya, lalu mengambil pisau lipat secepatnya dari tangan Bobi.

"Jadi selama ini kamu sering dipukulin sama Bobi?" tanya Celia. Chelsea terkejut dengan pertanyaan Celia, kakaknya itu bahkan mengetahui nama cowok yang ingin melukai dirinya sendiri itu.










== 🍭🍭🍭 ==


Cuaca yang dingin dan es krim yang mendinginkan mulutku, bukan perpaduan yang cocok. Atau memang dia sengaja membuatku terkena batuk dan pilek setelah makan es krim ini.

"Aku punya pertanyaan, Dy. Kamu tahu nggak, kenapa aku sering marah-marah tiap lihat muka kamu yang jelek itu?" tanya Glen.

"Kenapa?" tanyaku yang tidak tahu mengapa.

"Karena aku bisa lihat arwah-arwah penasaran yang mengelilingi kamu. Muka mereka sangat jelek. Dan mereka menuntut balas sama apa yang pernah kamu lakukan ke mereka," jawab nya.

Aku menatapnya dengan tidak percaya. Lelucon apa yang sedang dia katakan? Arwah penasaran? Itu sungguh konyol. Seharusnya dia mengatakan itu pada dirinya sendiri, karena muka dia sendiri lebih horor dari arwah penasaran. Dasar Eunwoo galak!

Matanya yang sipit, kulitnya yang putih, dan alisnya yang tebal itu sedikit mirip dengan Cha Eunwoo. Aku baru menyadarinya sekarang. Tapi masih jauh lebih tampan an Cha Eunwoo. Lagian Cha Eunwoo tidak akan se-galak dia.

"Aku melakukan apa, sampai aku dikelilingi arwah penasaran?" tanya ku dengan agak tertawa. "Memangnya aku percaya dengan lelucon halu kamu itu," lanjut ku.

Dia menarik sudut bibirnya. Lalu berdiri dan berjalan ke arah tempat sampah, dia membuang bungkus es krimnya dan mencuci tangan di wastafel umum. Kemudian kembali duduk di kursi yang menghadap ke arah ku.

"Lelucon? Kamu pikir aku ini sedang bercanda? Kamu nggak tahu ya, aku ini indigo." Dia melanjutkan ceritanya lagi. Wajahnya memang terlihat tidak meyakinkan, tapi aku cukup mulai mempercayainya. Tengkuk ku mulai merinding.

Aku teringat saat pertama bertemu dengannya. Dia mengatakan aku mirip penyihir, oh apa aku dikelilingi dengan arwah penyihir? Dan saat dia menumpahkan kopinya ke bajuku tanpa meminta maaf, apa kopinya itu untuk mengusir arwah penyihir yang mengikuti ku?

Nerd Girl Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang