24. Suara Lembut itu, Dia

32 20 3
                                    

Duduk di Cafe dengan camilan kentang goreng dan segelas cappucino sangat cocok untuk bersantai setelah tragedi acak-acakan rambut di kampus tadi pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duduk di Cafe dengan camilan kentang goreng dan segelas cappucino sangat cocok untuk bersantai setelah tragedi acak-acakan rambut di kampus tadi pagi. Walau itu hanya berlangsung lima belas menit dan tak menghebohkan satu universitas.

Fay memberikan applaus nya padaku. Setidaknya saat ini dia yang mentraktir camilan dan minuman ini di cafe, sehingga aku dan Asyila dapat menghemat uang saku untuk jajan Minggu depan. Ku akui memang Fay yang paling kelebihan duit diantara kami. Itu mengapa Fay sering mentraktir kami berdua.

"Good job. Tadi pagi seru juga ya?" kata Fay sambil menatap aku dan Asyila bergantian. Aku memutar bola mata malas, ya untungnya tidak ada dosen yang melihat dan aku tidak sampai dikeluarkan dari kampus karena bertengkar dengan Stella.

"Tapi btw Stella bilang, kamu bikin Stella nggak bisa balikan sama Dino, memangnya dia sering lihat kamu jalan sama Dino ya?" tanya Asyila menatap ku hingga aku tersedak kentang goreng dan buru-buru minum. Masalah nya Asyila kan naksir Dino, aku jadi tidak enak menjawab pertanyaan nya. Tapi aku juga tidak sering jalan dengan Dino. Hanya beberapa waktu, dan itu kebetulan.

Lagian jalan sama cowok yang kita suka itu, nggak boleh ya?

"Aku nggak tahu pasti. Mungkin dia ngga sengaja lihat aku kebetulan lagi sama Dino. Atau pas aku nemenin Dino beli kado ulang tahun Reza," jawab ku dengan mengangkat kedua bahu. Asyila manggut-manggut, agaknya dia paham dengan jawaban ku dan tidak marah.

"Lagian kalau kamu beneran jalan pun sama Dino ya nggak apa-apa," ucap Asyila pasrah, nadanya terdengar lapang dan menerima. Aku hampir tidak percaya.

"Kamu udah nggak naksir Dino lagi?" tanyaku.

"Naksir. Dikit. Cuma ya, aku lihat-lihat Beni sama Glen lumayan ganteng juga. Dan barusan, tadi pagi, aku ketemu cowok ganteng di tempat print depan kampus," bisik Asyila kepada aku dan Fay.

Ku putar bola mataku dengan malas, begitu pun Fay yang malas mendengarnya. Asyila mudah jatuh cinta sama cowok cakep yang dia lihat di jalan. Katanya efek jomblo sih. Walau aku juga kadang begitu. Hehe

"Jadi kamu nggak marah ya kalau, misalnya, aku naksir Dino?" tanya ku hati-hati, takut menyinggung perasaan Asyila.

Asyila tersedak minuman nya mendengar pengakuan ku dengan membubuhkan kata "misalnya." Dia meletakan sedotan minumannya dan menatap ku sambil bertanya. "Serius? Kamu naksir Dino, Dy?"

"Entahlah," jawab ku dengan gugup.

"Tertarik ikut ke pesta dansa nggak?" Sahut Fay dengan memukul meja. Dia mulai merasa jadi kacang karena aku dan Asyila terus membicarakan Dino.

"Pesta dansa Wirawan Group yang trending di sosmed hari ini?" timpal Asyila. Aku bahkan baru tahu kalau iklan pesta dansa itu juga bermunculan di sosial media. Niat banget yang bikin iklan.

"Mau ikutan nggak?" tawar Fay.

"Tapi buat dapat tiketnya nggak mudah. Kita harus follow beberapa akun kan, sama komentar "ikut" dan mention dua teman disertai hastag wirawan group." Asyila menjelaskan dengan sangat detail.

Aku tidak percaya kalau syaratnya akan seribet itu. Ya lebih baik tidak datang sama sekali kalau ribet kan?

"Kalau tag tag pake komentar begitu, aku nggak ikutan deh. Ribet," keluh ku yang tidak suka dengan keribetan.

"Cuma komen doang, Dy. Nanti pesen tiketnya tinggal unduh di link yang disediain. Ya nggak ada salahnya ikut, buat seru-seruan. Kali aja ketemu Baekhyun disana," ucap Asyila yang masih suka ngehaluin idol-idol kpop. Sama sih, aku juga.

"Oke deh aku ikut," jawabku dengan malas. Asyila dan Fay saling adus tos dengan tangan mereka.

"Permisi pesanan tambahan kentang goreng nya satu porsi lagi?" ucap waiter Cafe dengan menyajikan pesanan Fay.

Kami tidak asing dengan suara itu, itu mirip suara "Beni?" Beni tersenyum dengan melambaikan tangannya pada kami.

"Awalnya aku cuma sebagai tukang cuci piring freelance disini, tapi karena ada waiter yang izin nggak masuk, jadi aku gantiin posisinya. Lumayan capek juga ya kalau banyak pengunjung. Tapi untungnya jam kerja ku hampir selesai, aku mau pulang dan beristirahat. Aku lagi nggak ada kelas di kampus hari ini," jelas Beni. Lalu berjalan pergi dengan membawa nampannya.

Kami tidak lupa kalau Beni pernah datang bersama Glen, Dino, dan Reza dengan menggunakan mobil sekeluarga. Bahkan Fay tahu kalau Beni anak dari guru tari nya beberapa hari yang lalu. Dia memang suka bekerja part time atau freelance walau tidak kekurangan uang. Ya maksudku, keuangan keluarganya sedang tidak buruk. Tapi dia tetap suka mencari pekerjaan.

"Kayaknya aku naksir Beni. Dia lucu nggak sih?" tanya Fay, meminta pendapat pada ku dan Asyila. Ya, Beni memang lucu, dan baik. Dan Fay menyukainya.

== o0o ==


Reza melempar beberapa camilan ke arah Dino yang sedang bermain piano di ruang musik. Tadi dia mampir ke minimarket setelah pulang dari kampus, sedangkan Dino saat ini sedang ambil cuti dari kantor tempat magang nya. Jadi mereka berdua punya waktu untuk berbincang di ruang musik saat ini.

"Stella kayaknya belum bisa move on dari kamu tuh. Masa dia gangguin Diary terus di kampus," ucap Reza dengan mengambil kursi di dekat pintu dan duduk sambil mengamati Dino bermain piano.

Dino yang semula tidak mempedulikan camilan yang dilempar Reza, ia mulai memungut camilan di atas ujung keyboard nya dan berhenti bermain piano. Telinga nya tidak salah dengar kan ya, Stella mengganggu Diary, karena dirinya?

"What?" tanya nya dengan menatap adik satu-satunya yang menyebalkan itu.

"Dari numpanih minuman ke Diary, bikin celana Diary kotor, sampe tadi pagi mereka tarik-tarikan rambut di lorong kelas," kata Reza.

"Kamu pasti bercanda ya. C'mon hey, ini bukan jaman SMA yang suka berantem-berantem alay. Mereka udah dewasa kali. Jadi nggak akan ada tuh adegan tarik-tarikan rambut begitu." Dino tidak percaya, karena dia tidak melihatnya secara langsung. Lagian Reza juga sering membual dan melebih-lebihkan cerita kalau ngadu ke Mamanya. Misalnya saja, saat dulu dia tidak dipinjami mobil-mobilan Dino saat usia mereka belum genap sepuluh tahun.

"Terserah percaya atau nggak, yang pasti hidup Diary nggak akan tenang kalau di gangguin mantan kamu yang belum move on itu." Reza beranjak dari kursinya.

== o0o ==

Ku parkiran motor ku di halaman rumah. Lumayan lelah juga ngobrol-ngobrol di Cafe sama Asyila dan Fay. Teringat pesta dansa itu, aku tidak yakin sama sekali pestanya akan bagus. Tapi ya karena paksaan mereka aku jadi harus memikirkan kostum yang cocok untuk dikenakan di pesta dansa itu.

"Dy," panggil orang yang tiba-tiba memegang tangan ku dari belakang. Tunggu-tunggu, apa Stella mengikuti ku hingga ke rumah dan mau melanjutkan adegan memalukan tadi pagi di kampus? Atau dia sudah menyiapkan minuman untuk menyiram ku?

Tangan siapa ini yang sedang memegang tangan ku? Haruskan aku berbalik dan melihatnya, lalu mendapat siraman air yang tak terduga. Oh ayolah, ini berlebihan jika dia mengikutiku sampai ke rumah karena ingin menyiram ku dengan minuman lagi. Tapi suaranya bukan seperti suara Stella, ini mirip suara ...

"Ini aku, Dy."

Aku berbalik dan melihat orang yang berdiri dengan memegang tangan ku. Itu memang dia. Suaranya mirip dengan nya. Karena si pemilik suara dan tangan lembut itu ..

Dia.

== o0o ==

see you on next chap

Nerd Girl Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang