20. Panti Asuhan

69 25 39
                                    

"Ternyata kamu beneran bukan Celia ya?" tanya Reza dengan menggaruk tengkuk belakang nya. Aku memandang mukanya dengan masam. "Sorry, Dy. Udah pernah bikin kamu malu di pesta ulang tahun ku. Kalau kamu mau balas, tampar aku sekarang nggak apa-apa," ucapnya dengan duduk berlutut di kaki ku.

Apa yang sedang dia lakukan? Tatapan semua orang kini mengarah padaku. Bibir mereka menggunjing dan membisikkan sesuatu ke teman-teman mereka. Kalau kalian mengira ini adegan romantis, tidak, ini memalukan.

Celia memandang kami dengan tatapan matanya yang ragu. Dia seperti sedang menonton adegan drama musikal yang mengecewakan. Oh, tidak, tidak, ini adalah drama musikal terburuk bila dipentaskan. Aku membayangkan penonton melempari ku gumpalan kertas dengan bersorak "huuuuuuu."

Oh, sahut up! Pikiran ku mulai membuat drama yang tidak tidak.

"Cepet kembali duduk atau orang-orang akan melempari kamu pakai botol minuman?" gerutu ku sambil menahan malu.

Dia kembali duduk di kursinya dan membuatku bernapas lega. Itu lebih baik daripada melihat nya berlutut seperti akan melamar ku. Melamar? Apa yang sedang ku pikirkan? Pikiran ku makin memburuk, apa mungkin tadi pagi kepalaku terbentur dinding kamar mandi?

"Kayaknya aku harus nyiram muka kamu pakai es buah lagi Za. Tapi enggak, walau aku sangat ingin melakukannya," kata Celia.

Reza menelan ludahnya, dia merasa sedikit bersalah setelah mendengar penjelasan Celia tentang pesta ulang tahunnya dan kekalahannya bermain truth or dare atau nama lain dari permainan kejujuran atau tantangan.

"Aku tahu kenapa Kelvin ngusulin dare untuk minta kamu nolak aku di depan tamu pesta ulang tahun kamu saat itu. Dan nyiram aku pakai es buah. Itu karena Eveline suka sama aku dan dia nolak Kelvin. Kelvin sempat mau mukulin aku juga di halaman belakang sekolah. Oh, itu sangat amat masuk akal," jelas Reza.

Baiklah, aku tidak tahu-menahu dengan drama pertemanan sekolah menengah mereka yang cukup rumit, namun setidaknya, Reza tahu kalau aku bukan Celia. Dan lihat tatapannya itu, apakah itu tatapan perasaan bersalah, atau dia mulai mencintai ku. What? Apa yang sedang ku pikirkan, tatapannya itu membuatku sedikit risih.

"Sekarang apa? Kamu masih menganggap aku Celia? Dan, aku pantas dipermalukan di pesta ulang tahun kamu?" tanyaku meliriknya tajam.

"I'm so sorry, Dy," jawabnya dengan nada yang dibuat-buat, kedengarannya itu amat menjijikan di telinga ku. "Tapi, kenapa kalian agak mirip? Maksudku, ya, sepupu mungkin," lanjutnya.

"Itu yang aku mau bicarain sama kamu, Dy. Kebetulan kita ketemu disini," sambar Celia. Aku tahu saat ini Asyila dan Fay menatapku selidik, seperti aku sedang menyembunyikan sesuatu dari mereka.

"Aku nggak tahu apa yang kamu maksud," kataku dengan menatap Celia bingung.

Celia mengeluarkan kertas-kertas yang tertata rapi dengan penjepit kertas berwarna ungu yang merapikan kertas-kertas tersebut dalam satu bandel.

"Panti asuhan Pelita," kataku dengan membaca barisan kalimat yang tertangkap di indera penglihatan ku pertama kali.

"Ya. Aku bukan anak kandung mama dan papaku. Di dalam dokumen ini tertulis, kalau aku punya saudara kembar. Mama dan papa ku mengadopsi aku saat aku berumur enam tahun," jelas Celia kemudian menatapku. Lalu apa hubungannya dengan ku.

"Saudara kembar?" tanya Asyila.

Celia mengangguk. Matanya fokus padaku. "Dy, kamu juga merasa kita mirip, kan? Itu artinya, saudara kembar ku itu kamu."

Oh, apa yang Celia katakan, itu terdengar seperti lelucon yang tidak lucu. Dia seperti sedang bercanda dengan matanya yang serius. Mirip katanya? Semua juga tahu kalau aku dan dia masih lebih unggul dia. Terserah, tapi aku memang insecure dengannya.

Nerd Girl Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang