Follow dan vote dulu, jangan jadi pembaca gelap 📌
Pagi harinya di hari yang cukup dingin untuk memulai hari yang baru.
"Levi, sarapannya sudah siap?" tanya Aneisha yang baru saja keluar dari dalam kamar pelayan.
"Sudah nona, eh tapi apakah anda tidak kedinginan memakai baju hanya selutut?" tanya Levi yang memandangngi Aneisha dari atas hingga bawah.
"Ini hadiah dari teman baruku, aku ingin memakainya hari ini, apakah terlihat jelek di badanku?" tanya Aneisha yang kembali memandangi dress yang dirinya pakai.
"Sangat cantik nona, pas sekali di tubuh mungil anda," puji Levi yang memang Aneisha terlihat cantik hari ini dengan rambut yang mungkin sengaja dirinya gerai.
"Oh iyah, kenapa mas Reynard masih belum datang?" tanya Aneisha yang mulai menatap sekeliling ruang makan.
"Saya akan naik memanggilnya nona...,"
"Nona muda! Nona!" potong Dafin yang memanggil Aneisha.
"Iyah Dafin, ada apa? Kenapa berteriak-teriak?"
"Tuan muda..., tuan muda sakit nona," ujar Dafin yang membuat Aneisha langsung terkejut.
"Apa?! Kenapa bisa, sudah kubilang jika harus memberikannya obat kan?!" Aneisha langsung pergi dari sana dan segera menuju kamar Reynard.
Aneisha masuk kedalam dengan tergesa-gesa melihat suaminya masih berada di atas ranjang dengan terus mengigau.
"Dingin..., dingin," Reynard terus mengigau dan mulutnya tak berhenti bergetar.
"Apa kau sudah menelpon Sadam?" tanya Aneisha pada Dafin.
"Sudah nona, Sadam dalam perjalanan kemari," jawan Dafin.
"Dingin...,di..., dingin,"
"Aku di sini mas, kau tidak akan kedinginan," ucap Aneisha yang menggenggam erat tangan dingin Reynard.
"Aku kedinginan...," ujar Reynard dengan nada bergetar dan mata yang masih terpejam.
"Iyah aku tahu mas, mas bertahan yah," balas Aneisha yang mengusap lembut rambut hitam legam Reynard.
Hingga tak beberapa lama kemudian Sadam sampai dan langsung segera memeriksa keadaan Reynard.
"Tuan muda terlalu banyak bekerja, apakah kau tidak memperhatikan nya Dafin? Sudah ku bilangkan, jika tuan muda harus tetap punya waktu untuk istirahat," jelas Sadam yang langsung menatap tajam Dafin. Dafin lagi Dafin.
"Mana mungkin aku mengatur-atur tuan muda Sadam, kau ingin aku mati lebih cepat?" balas Dafin dengan nada ketus.
"Aku akan menginfusnya supaya tetap ada cairan yang masuk ke dalam tubuh tuan muda," pungkas Sadam.
Setelah itu Sadam pun pergi tak lama di susul oleh Dafin yang harus menghendel semua pekerjaan Reynard yang harus tertunda karena sakit.
Tangan mungil Aneisha tak pernah lepas mengenggam tangan besar Reynard, tangan Reynard yang masih begitu panas.
"Senang rasanya mas bisa melihat wajah teduh mu lagi," lirih Aneisha.
Aneisha merebahkan kepalanya di tepi ranjang dan memakai tangan yang dia genggam sebagai bantalan untuk tidur.
Hingga malam tiba Aneisha masih saja tertidur dengan posisi tersebut membuat Reynard yang kesadarannya mulai kembali merasa tangannya berat sebelah.
"Egh...," Reynard menggeliat dan menatap ke arah sampingnya Aneisha yang tengah tertidur pulas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE, maybe? [BELUM DI REVISI]
Romance"Aku mencintaimu bahkan saat kamu enggan terbangun untukku," Aneisha Lestia Janitra. "Jangan berharap lebih dari ungkapan rasa mu padaku. Sebab kita berbeda dan tidak akan pernah bisa bersama!" Reynard Arbecio Kalingga. #1 Mafia dari 17,6 K (31-03...