44. MENEPATI JANJI

22.9K 1.5K 11
                                    

Follow dan vote dulu, jangan jadi pembaca gelap 📌

















Aneisha tak berhenti-hentinya menganga saat semua barang yang di berikan kini sudah tersusun rapi di dalam walk in closet milik Reynard. Jajaran tas, baju, sepatu bahkan perhiasan pun ada di sana.

"Mas Reynard ini memang yah," Aneisha hanya bisa kesal sendiri saat mencoba menghubungi Reynard namun nomor lelaki itu malah tidak aktif.

"Awas aja kalau pulang," gerutu Aneisha yang hanya bisa terus mondar-mandir tak jelas bahkan seringkali mengacak-acak meja kerja Reynard.

"Cih! Bagaimana bisa Mas Reynard membaca kertas yang hanya tulisan saja? Apakah matanya tidak sakit? Mana tidak ada gambar lagi," oceh Aneisha yang sibuk membolak-balikan dokumen di atas meja kerja Reynard sangking gabut nya wanita itu.

Sedangkan di sisi lain Reynard yang tengah sibuk karena jadwal nya yang mulai bertabrakan akibat keseringan bolos bekerja karena terlalu banyak waktu yang dia sita hanya untuk Aneisha. Yah namanya juga bucin tingkat nasional.

Dafin masuk mendapati Reynard yang tengah fokus membaca semua dokumen kesepakatan dengan raut wajah yang datar menatap sang sekertaris yang baru saja tiba.

"Bagaimana?" tanya Reynard yang kembali fokus pada pekerjaan di depannya itu.

"Sesuai dengan perintah anda tuan, semuanya selesai dan cukup mengejutkan nona muda," jelas Dafin yang membuat Reynard menyinggung senyuman.

"Syukurlah, itu memang sebuah kejutan," balas Reynard yang turut membawa Dafin dalam suasana hati yang baik serta ikut tersenyum melihat bagaimana rasa sayang Reynard pada Aneisha yang amat begitu dalam.

°°°

Malam harinya.

Aneisha kini tengah berdiri memeluk kedua lengannya saat angin malam mulai masuk menerpa wajahnya karena Aneisha yang tengah berdiri di depan jendela kamar Reynard yang cukup besar.

Bulan malam ini nampak indah mendukung saat suasana wanita itu mulai berubah jadi lebih baik setelah seharian dibuat kesal oleh Reynard.

"Kenapa Mas Reynard masih belum pulang?" gumamnya saat menatap dari luar jalanan masih belum nampak mobil yang biasanya di tumpangi oleh Reynard.

Angin kembali berhembus, saat angin malam itu turut menerbangkan rambut Aneisha yang tergerai. Saat itu juga Aneisha langsung teringat dengan almarhumah ibunya. Huft rindu rasanya.

"Rindu rasanya sama ibu," gumam Aneisha pelan saat angin tak henti-hentinya menusuk permukaan kulitnya dengan dinginnya.

"Siapa yang kau rindukan, hmm?" tanya Reynard yang tiba-tiba saja datang dan memeluk Aneisha dari belakang dan menyandarkan kepalanya pada bahu istrinya.

"Loh Mas Reynard? Kapan pulang? Kok Aneisha nggak liat?" tanya Aneisha yang masih dengan posisinya saat Reynard semakin mengeratkan pelukan nya.

"Baru saja, apakah kau menantikan aku?" tanya Reynard yang mengangkat kepalanya dari sana hingga Aneisha bisa merasakan hembusan napas hangat suaminya itu.

"Kenapa aku tak melihat Mas datang?" tanya balik Aneisha.

"Aku tidak tahu, Sayang. Jangan menanyakan hal yang tidak penting, sekarang ini aku hanya ingin di peluk oleh mu," ungkap Reynard yang membalik badan Aneisha hingga menghadap padanya yang kembali memeluk istrinya itu.

"Entah mengapa baru saja sehari ku tinggal, aku sudah begitu rindu. Rasanya berat jika kau tak ada di sisiku," tutur Reynard.

Aneisha melepaskan pelukan Reynard menatap dalam sang suami hingga tangan mungilnya itu langsung menarik telinga Reynard dengan keras.

LOVE, maybe? [BELUM DI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang