30. ATURAN BARU

27.9K 2.2K 9
                                    

Follow dan vote dulu, jangan jadi pembaca gelap📌

















1 bulan berlalu setelah kejadian yang menimpa Aneisha hingga dirinya kini hampir benar-benar sembuh. Begitu pula dengan Reni sesekali datang dan menginap menemani menantunya yang juga membuat Reynard harus bersandiwara lebih sering.

"Kemana Reynard? Kenapa belum datang?" tanya Reni pada Levi yang juga kini sudah sembuh total.

"Maaf nyonya, tetapi pagi-pagi sekali tuan muda sudah pergi ke kantor katanya ada urusan mendesak," jawab Levi segera.

"Apa?! Dasar anak itu! Lalu di mana menantuku?" tanya Reni yang kebetulan hari ini hanya datang mampir.

"Nona muda..., ah itu dia nyonya," ucap Levi yang baru saja melihat Aneisha keluar dari dalam kamarnya.

"Loh kok keluarnya dari situ? Masih belum naik ke atas sama Reynard?" tanya Reni bingung pasalnya Reynard mengatakan jika mereka memilih kamar bawah di banding kan kamar utama. Entah apa alasannya, padahal itu semua hanya lah sebuah kebohongan belaka.

"Aneisha masih belum mau naik ke kamar utama sama Mas Reynard ma, mungkin nanti malam baru naik," jawab Aneisha bohong.

"Oh begitu, ya sudah ayok kita sarapan dulu!" tutur Reni segera.

Mereka pun memulai sarapan pagi mereka tanpa kedua suami mereka yang mendampinginya.

°°°
Reynard begitu sibuk akhir-akhir ini bahkan dirinya hampir tak pulang selama satu hari dan memilih tinggal di kantor, entah mengapa Reynard tidak ingin melihat wajah Aneisha beberapa hari ini yang membuat nya ingin melakukan sesuatu yang tentu nya tak ingin dirinya katakan.

"Bagaimana? Siapkan rapatnya dalam waktu 5 menit! Jika saja tidak ada yang siap maka mereka telah memutuskan untuk berhenti bekerja di perusahaan ku," jelas Reynard.

"Baik tuan," balas Dafin segera dan langsung pergi dari meminta para pengawai tim pemasaran bersiap untuk rapat dalam 5 menit.

Tiba-tiba saja ponsel Reynard berdering namun nama si penelepon tidak ada di sana alias nomor yang tidak di kenal.

📞📞

"Halo Reynard? Apakah kau masih mencari-cariku?" tanya Ferdian yang di akhiri kekehan.

"Ck! Berani juga kau menelpon ku Ferdian, apakah kau tahu jaman sekarang orang bisa tahu keberadaan kita hanya dengan menggunakan ponsel saja," jelas Reynard.

"Hmm aku sudah tahu tentang itu Reynard, apa kau kira aku ini orang yang ketinggalan jaman? Tentunya tidak," ujar Ferdian.

"Yah siapa yang tahu, jelas seorang mafia b0doh sepertimu mana mungkin tahu hal-hal seperti itu, kau hanya tahu bagaimana caranya berkhianat!" hina Reynard.

"Wah! Wah! Tenang Reynard, jangan sampai kau terkena stroke di situ hanya karena mendengar suaraku," ejek Ferdian.

"Kau tahu Ferdian, kau adalah orang yang akan ku buat m4ti mengen4skan! Akan ku sobek mulut yang berani mengejek ku itu terlebih dahulu sebelum ku hancurkan mayatmu agar tak akan ada orang yang mengenalimu dan tidak ada yang memakamkan mu dengan layak!" ancam Reynard yang sedikit membuat bulu kuduk Ferdian merinding.

"Hahahaha! Sebelum kau melakukan itu aku yang akan terlebih dahulu menghancurkan mayatmu Reynard! Ingat? Karenaku kau hampir tidak bangun untuk selamanya!" pekik Ferdian.

"Akan ku buat kau menghadap sang Pencipta terlebih dahulu Reynard!"

"Kau!...,"

'Tuttttttt'

📞📞

Ferdian langsung menutup telpon secara sepihak sebelum Reynard membalas ucapan dari Ferdian.

"Tuan, rapatnya sudah siap!" ucap Dafin yang memasuki ruangan Reynard.

"Batalkan!"

"Cari tahu nomor ponsel yang baru saja menelpon ku itu! Ku beri waktu 20 menit! Cepat!" perintah Reynard yang darahnya begitu mendidih dan ingin sekali merob3k mulut Ferdian.

"Baik tuan!" Segera Dafin pergi dari sana meninggalkan Reynard.

20 menit berlalu Reynard dengan gusar masih menunggu kedatangan Dafin. Pintu ruangannya terbuka lebar menampakkan Dafin yang tengah berdiri dengan wajah gelisah.

"Maaf tuan, nomor yang barusan menelpon anda itu tidak menunjukkan informasi apapun, sepertinya itu nomor bajakan," jelas Dafin yang menunduk takut menatap Reynard yang begitu marah bahkan hawa ruangan menjadi begitu gerah.

"Si4l! Dasar Ferdian si4l4n!"

"Akan ku buat kau membayar semuanya Ferdian! Aku janji itu!" gumam Reynard yang makin hari makin bertambah pula dendamnya pada Ferdian.

°°°
Kediaman Reynard.

"Mantuku sayang?" panggil Reni yang tadinya  sedang sibuk menonton televisi kini beralih mencari keberadaan menantunya yang masih belum dirinya lihat beberapa menit yang lalu.

"Iyah Ma! Aneisha di sini," ujar Aneisha yang segera mendekat ke arah Reni yang tengah duduk di ruang keluarga.

"Kita keluar yuk! Kita jalan-jalan," ajak Reni yang langsung berdiri menghadap sang menantu.

"Bisa kok...,"

"Mau kemana lagi?" potong Reynard yang pulang lebih awal dan pas mendengarkan ajakan sang Mama kepada istrinya.

"Punya urusan apa toh kamunya? Bukannya sibuk cari uang yah, kok baru ingat pulang," ujar Reni yang seolah-olah berbicara dengan orang asing bukan putranya.

"Jangan pergi! Dafin! Antarkan wanita paruh baya ini kembali ke rumahnya," perintah Reynard yang membuat mata Reni langsung membulat. 'Wanita paruh baya?'

"Baik tuan!"

"Hey Reynard! Anak durhaka yah kamu! Kalau bukan mama juga kamu nggak akan punya istri kayak Aneisha!" ujar Reni marah.

"Terserah deh Ma, Reynard lagi nggak mood untuk bertengkar dengan Mama sekarang ini. Lebih baik Mama pulang, karena dia juga perlu istirahat," pungkas Reynard.

"Mari nyonya," ajak Dafin.

"Huft! Awas saja kau Reynard! Dasar!" Reni langsung pergi dari sana dengan perasaan marah di ikuti oleh Dafin sedangkan Reynard yang wajahnya masih tak berekspresi beralih menatap sang istri yang turut melihat kepergian mertuanya.

"Sana masuk kamar! Awas saja kalau kau ketahuan keluar," kata Reynard.

"Iyah mas tapi apa Mas tidak keterlaluan sama Mama tadi?" tanya Aneisha.

"Keterlaluan apanya! Kamu mau keluar dengan keadaan begini? Mau tambah sakit, untung-untung patah tangan mu hampir sembuh coba kalau kau pergi tadi, akan ku patahkan tangan mu yang satunya lagi," pungkas Reynard

"Eh Iyah..., maaf,"

"Sana masuk, istirahat. Awas saja kau jika melanggar. Dan yah mulai hari ini kau akan tinggal kembali di kamarmu, berhenti jadi pelayan dan fokus pada kesembuhan mu dulu," jelas Reynard.

"Apakah...,"

"Jangan kegeeran dulu, aku bukannya menerima mu sebagai istriku, hanya saja aku juga seorang manusia yang memiliki nurani. Mana mungkin aku mempekerjakan seseorang yang sakit. Selama kau tidak menganggu kehidupan pribadi ku maka aku juga tidak akan ikut campur dalam urusan kehidupan mu sendiri," potong Reynard yang membuat senyuman Aneisha luntur seketika.

"Iyah mas, Aneisha mengerti. Kalau begitu Aneisha masuk dulu," balas Aneisha segera sebelum dirinya dibuat down kembali dengan pengakuan Reynard padanya.

Aneisha masuk ke dalam kamarnya mendekat ke arah tepi ranjangnya dan duduk di sana. Tangan gadis itu terangkat menarik laci nakas di sana.

Tangan Aneisha masuk kedalam sana menarik sebuah kertas yang paling dirinya takuti selama ini. Surat perceraiannya dengan Reynard.

'Benarkah tidak ada rasa sedikitpun padaku mas?'

LOVE, maybe? [BELUM DI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang