Follow dan Vote dulu, jangan jadi pembaca gelap📌
"Mas Reynard!" Aneisha berteriak histeris saat darah mengucur keluar dari perut Reynard yang tertembak.
"Hentikan! Ku mohon jangan lakukan!" teriaknya lagi dan lagi. Melihat sang suami kini sudah tak sadarkan diri dengan darah yang sudah begitu banyak keluar dari dalam tubuhnya.
"Tembak sampai mati!" pekik Jessy yang tak memperdulikan teriakan Aneisha yang begitu tersiksa di sana.
'Dor!'
Kali ini bukan Reynard yang tertembak melainkan anak buah Jessy lah yang terkena peluru yang entah dari mana.
Aneisha diam, matanya berusaha mencari arah tembakan itu berasal.
'Dor!'
'Dor!'
'Dor!'
Timah panas langsung membinasakan seluruh pria yang tadinya menyiksa Reynard dengan Jessy dan Jenar yang mulai panik akibat kebingungan mencari arah tembakan misterius itu berasal.
Sedangkan Aneisha mengambil kesempatan saat keduanya lengah dengan berusaha melepaskan ikatan pada tangannya menggunakan pecahan kaca yang berada dekat di sebelahnya sebab ada jendela pecah yang kacanya berserakan di sana.
"Siapa itu?!" tanya Jessy yang berteriak.
'Dor!'
'Dor!'
Jessy dan Jenar tak luput dari tembakan timah panas tersebut yang melesat cepat mengenai kaki keduanya.
"Agrhh! Kakiku!" pekik Jenar kesakitan.
"Sial! Siapa di sana?!" murka Jessy yang kini keduanya hanya bisa memekik kesakitan akibat timah panas yang mereka.
"Ck! Begitu saja sudah tumbang," ujar Kevin yang muncul dari balik tembok gudang yang sebagian rubuh membawa sebuah senapan laras panjang.
"Wanita seharusnya tinggal di rumah dan mengurus suaminya, atau salah satu kalian tidak memiliki suami? Andai kata kalian bisa memberitahu kan kepadaku supaya aku bisa jadi suami mu," jelas Kevin yang masih saja bercanda di saat genting seperti ini.
"Kau malah bermain tembak-tembakan di sini? Sadar umur tidak?" tanya Kevin lagi.
"Diam kau! Beraninya kau merusak rencana ku!" sergah Jessy menatap tajam Kevin yang tengah menyeringai di sana.
"Cih! Andaikan kata kau bukan wanita?! Akan ku congkel mata mu yang berani melotot padaku!" ancam Kevin.
"Untung saja kau cantik," gumam Kevin yang melirik tajam Jessy dan Jenar.
"Tangkap mereka pak!" Dafin masuk bersama dengan Gion dan Candra serta beberapa anak buah Reynard lainnya.
"Baik!" Segera para polisi yang datang bersama dengan Dafin itu langsung menangkap Jessy dan Jenar dan tak lupa pula mengevakuasi jasad-jasad di sana.
"Agrhh! Lepaskan aku! Aku belum membuatnya mati!" ujar Jessy yang histeris.
"Aku tidak bersalah! Lepaskan aku! Aneisha gila! Suruh mereka melepaskan aku bodoh!" pekik Jenar.
"Diam!"
Polisi itu keluar bersama dengan Jessy dan Jenar yang terus memberontak ingin di lepaskan.
"Tolong lepaskan aku..., hiks..., tolong," lirih Aneisha yang melihat orang-orang kepercayaan suaminya datang menyelamatkan mereka.
Dafin berlari ke arah Aneisha melepaskan segera ikatan pada kaki dan tangan wanita itu. Setelahnya Aneisha berlari ke arah Reynard yang sudah terkapar kaku.
"Mas Reynard! Mas, Mas Reynard! Sadar Mas!" tutur Aneisha yang mengangkat kepala Reynard ke atas pahanya menatap wajah Reynard yang babak belur itu.
"Tuan!" Dafin menghampiri Reynard yang sudah terlihat tak bergerak itu.
"Apa yang kalian lakukan?! Cepat panggil ambulans!" perintah Aneisha dengan air mata yang tak henti-hentinya meluruh.
Candra segera merogoh ponselnya di sana memanggil ambulans untuk segera datang membawa Reynard.
"Sa..., yang?" gumam Reynard dengan nada bergetar. Kesadaran pria itu kembali saat Gion menekan luka tembak pada perutnya agar darahnya berhenti keluar.
"Mas! Iyah mas, ada apa? Mas bertahan yah," balas Aneisha.
Reynard tersenyum dan tangannya terangkat mengusap pelan pipi Aneisha yang basah karena air mata.
"Kenapa menangis? Aku kan sudah datang? Jadi tak usah menangis," balas Reynard dengan senyuman.
"Aku menangis karena kau terluka mas, jangan tersenyum seperti itu, ku mohon jangan tersenyum seperti itu," mohon Aneisha yang tangisannya semakin menjadi-jadi.
"Kenapa? Bukan kah aku terlihat tampan saat tersenyum," ujar Reynard dengan nada bergetar.
"Sebaiknya kita bawa Reynard engan mobil saja Aneishaa. Mungkin jika kita menunggu ambulans itu akan terlalu lama," usul Candra.
"Betul Aneisha, kita hanya akan terus menekan lukanya agar darah yang keluar tidak terlalu banyak," sambung Gion.
"Kalau begitu, lakukan segera!" balas Aneisha yang setelah nya mereka langsung mengangkat tubuh Reynard kembali ke dalam mobil.
Setelahnya Reynard langsung di bawa ke rumah sakit terdekat dengan Aneisha yang terus berada di samping suaminya itu tidak memperdulikan jika dirinya saat ini juga rentan keguguran akibat tangisan yang tak berhenti.
°°°
Dengan langkah seribu Kevin, Gion dan Candra mengangkat tubuh Reynard masuk ke dalam rumah sakit saat luka Reynard benar-benar sudah begitu banyak mengeluarkan darah.
"Suster!" teriak Dafin yang mengejutkan semua staff di sana hingga beberapa perawat pria dan suster wanita datang membawa brankar.
Segera ketiga nya meletakkan Reynard di sana dan perawat, suster itu segera membawa Reynard masuk ke dalam ruang UGD karena kondisi Reynard yang cukup parah.
"Maaf Bu, anda tidak bisa masuk! Silahkan tunggu di luar," ujar seorang suster.
"Tapi sus!" Belum juga Aneisha menyelesaikan perkataan nya Suster tersebut sudah menutup pintu ruang UGD.
"Hiks..., Mas Reynard! Hiks..., semua ini salahku!" ucap Aneisha yang langsung terjatuh ke lantai rumah sakit tersebut membuat keempat pria yang tadi bersamanya langsung terkejut.
"Nona!"
"Nona, tenanglah! Tuan muda akan baik-baik saja, kita harus mempercayai dokter," balas Dafin.
"Benar Aneisha, Reynard bukan tipekal orang yang lemah," sambung Kevin yang turut menguatkan Aneisha di sana.
"Kenapa anda duduk di lantai, bangkit lah Aneisha jika Reynard melihat ini maka dia akan langsung mengambil nyawa kami," sela Gion yang segera membantu Aneisha untuk duduk di dekat kursi tunggu di sana.
"Ini semua gara-gara aku, seandainya aku mendengarkan mas Reynard mungkin saja dia tidak akan seperti ini," isak Aneisha.
"Anda jangan berkata seperti itu nona, kuatkan diri anda," balas Dafin yang tak habis pikir bagaimana cara menenangkan Aneisha yang terus menerus menyalahkan dirinya.
"Ini sala...," Belum juga perkataan Aneisha selesai wanita itu sudah jatuh pingsan di sana. Ini karena terlalu banyak menangis membuatnya tertekan dan mulai berefek pada janinnya yang masih beberapa bulan itu.
"Nona muda!"
"Suster!" Kali ini bukan hanya Reynard yang tumbang tetapi juga Aneisha yang turut jatuh pingsan karena terlalu banyak menangis.
Segera mereka membawa Aneisha masuk pada sebuah rawat inap yang tak jauh di sana dan memanggil salah satu dokter untuk memeriksa keadaan Aneisha yang tiba-tiba jatuh pingsan. Tidak ada yang tahu jika Aneisha sedang mengandung sekarang ini. Entahlah apakah anaknya akan sama kuatnya dengan Ayah nya?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE, maybe? [BELUM DI REVISI]
Roman d'amour"Aku mencintaimu bahkan saat kamu enggan terbangun untukku," Aneisha Lestia Janitra. "Jangan berharap lebih dari ungkapan rasa mu padaku. Sebab kita berbeda dan tidak akan pernah bisa bersama!" Reynard Arbecio Kalingga. #1 Mafia dari 17,6 K (31-03...