18. SURAT CERAI

37.7K 2.2K 8
                                    

Follow dan vote dulu, jangan jadi pembaca gelap📌


















Pagi kini telah menyambut bumi dengan sinar matahari yang hangat muncul dari balik tebalnya awan putih.

Aneisha menggeliat karena merasakan panas sinar matahari mulai membakar wajahnya. Dan membuat Aneisha tidak nyaman.

"Ehmmm...," Aneisha bangkit dan mengucek-ucek matanya yang masih dalam kondisi penglihatan rabun dan nyawa yang masih setengah.

"Lantai?" gumamnya pelan. Aneisha mungkin lupa sebentar jika tadi malam saat dia selesai menangis dia tertidur meringkuk di lantai.

"Ah..., iyah aku ingat," Aneisha bangkit dari sana lalu duduk di tepi ranjangnya sembari memegangi kepalanya yang terasa berdenyut.

"Hahaha..., lucunya kenapa aku menangis? Aku masih bisa membuat Mas  Reynard membalas cintaku, dasar b0d0h." Aneisha tertawa kecil di sana, seperti seorang wanita yang kehilangan akalnya.

Sedangkan Reynard baru saja menyelesaikan ritual mandinya dan masuk ke dalam walk in closet (tempat di mana semua baju dan aksesoris serta kebutuhan lainnya tersedia).

Dafin baru saja sampai membawa sebuah map berlapis kertas putih dan sebuah benda berharga di tangan lainnya.

Dafin melirik sebentar ke arah pintu kamar Aneisha melihat pintunya yang masih belum terbuka kemungkinan Aneisha masih belum keluar, padahal Dafin ingin membicarakan sesuatu.

"Apakah suratnya sudah siap?" tanya Reynard tiba-tiba yang muncul di depan Dafin.

"Eh..., iyah tuan. Suratnya sudah siap, ini," jawab Dafin yang menyodorkan surat tersebut.

"Bagus," Reynard tersenyum singkat menatap surat yang berada di tangannya itu dengan tatapan percaya diri.

Aneisha yang baru keluar dari kamarnya langsung di suguhkan pemandangan di mana suaminya Reynard sedang bersama dengan Dafin tepat di depan kamarnya.

Reynard menoleh menatap Aneisha yang baru saja keluar, ada tatapan tak suka melihat Aneisha lebih cantik di hari ini.

"Nona muda terlihat berbeda hari ini," ucap Dafin yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Reynard.

"Eh, aku ingin mengunjungi makam ibuku," jawab Aneisha.

"Berikan itu padanya, dan suruh dia tanda tangani lebih cepat," tutur Reynard.

"Ini nona," kata Dafin sembari menyodorkan surat itu  kepada Aneisha.

Aneisha menerima surat itu membaca sebentar kalimat yang tertera di depannya. 'Pengadilan agama kota I.'

Dengan tangan gemetar Aneisha membuka surat itu, berharap bukan benar-benar surat cerai

'Jlepp'

Hati Aneisha langsung di remukkan kembali melihat namanya tertera begitu jelas dengan nama Reynard.

"Apa ini mas?" tanya Aneisha dengan raut wajah kebingungan.

"Itu surat cerai, apakah kau buta?" ucap Reynard sinis.

"Cepat tanda tangani itu dan pergi dari rumah ku," kata Reynard yang membuat air mata Aneisha langsung jatuh begitu saja.

"Dafin, berikan uang kompensasinya." Dafin langsung mengeluarkan sebuah cek dari saku jas nya menyodorkannya pada Aneisha yang terlihat menangis dalam diam.

"Ini nona." Tanpa banyak bicara Aneisha langsung menerima cek itu, matanya kian membulat melihat jumlah yang tak terpikirkan olehnya.

"I triliun?" gumamnya tanpa sadar lalu kembali menatap suaminya.

LOVE, maybe? [BELUM DI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang