Follow dan vote dulu, jangan jadi pembaca gelap📌
Hari ini tepat di mana Reynard telah di perbolehkan pulang dari rumah sakit tentunya mendengar hal itu membuat Aneisha sangat senang.
"Hati-hati mas," ujar Aneisha.
"Kau yang seharusnya hati-hati, duduk lah dulu. Jangan terlalu lama berdiri," tutur Reynard yang menuntun Aneisha duduk di sofa.
"Aku baik-baik saja, diam dan amati saja. Okey?"
"Hmm, Iyah mas," jawab Aneisha yang kemudian hanya bisa memerhatikan Reynard yang begitu mandiri merapikan barang-barangnya di sana.
Setelah itu mereka langsung bergegas kembali ke kediaman di saat Dafin sudah datang menjemput mereka.
"Ayo sayang, pegang pergelangan tanganku. Jangan jauh-jauh dariku, Dafin yang akan mengurus semua barang-barang itu," jelas Reynard yang memegangi Aneisha baikan anak PAUD yang ingin menyebrang jalan.
"Kenapa?" tanya Aneisha.
"Jangan banyak bertanya dan terus pegang tangan ku, jangan coba-coba untuk melepaskan nya," balas Reynard.
Dafin yang melihat dan mendengar itu pun hanya bisa tersenyum diam-diam saat Reynard begitu posesif memerhatikan Aneisha yang tengah hamil sekarang ini.
°°°
"Selamat datang tuan dan nona muda," sapa Levi dengan semua pelayan yang berbaris menyambut kedatangan majikan mereka yang kini telah pulang dari rumah sakit.
"Welcome to the home Rey!" seru Kevin, Gion dam Candra.
"Ini untuk bumil kami," ujar Kevin yang menyodorkan sebuket bunga mawar putih pada Aneisha.
"Terima kasih," balas Aneisha yang menerima bunga tersebut dengan senang.
"Cih, jangan tersenyum padanya," sahut Reynard yang menatap sinis Kevin yang tengah berdiri di depan mereka.
"Cepat menikah sana! Jangan terus menggoda istriku!" sambung Reynard dengan tatapan sinis.
"Well? Kalau ada calon sih, gas! Tapi sekarang tidak ada satupun wanita yang mendekati ku, apakah kau mau mencarikan satu untukku? Yah paling seperti istrimu inilah," jelas Kevin yang langsung membuat Reynard menjitak dengan keras kepala Kevin.
"Hanya aku yang bisa memiliki wanita seperti Aneisha! Pergi sana!" usir Reynard yang kemudian langsung melenggang pergi dari sana.
"Eh..., maafkan Mas Reynard, Kevin. Jangan masukkan dalam hati perkataan kasarnya tadi, aku permisi dulu yah!" Aneisha langsung menyusul Reynard yang terlihat marah setelah meminta maaf pada Kevin.
Gion dan Candra hanya bisa menggeleng dengan tingkah kekanak-kanakan Kevin yang acapkali memancing emosi Reynard setiap mereka bertemu.
Aneisha masuk ke dalam ruang kerja pribadi Reynard yang tak jauh dari sana. Wanita itu nampak kagum dengan ruang kerja suaminya yang begitu bersih dan rapi serta buku-buku yang berada di beberapa rak yang menarik perhatian nya.
"Mas?" panggil nya dengan pelan melihat Reynard tengah berdiri mencari sesuatu di salah satu rak buku.
"Eh sayang, kenapa kemari? Ayo duduk dulu," pinta Reynard segera yang langsung menghampiri istrinya. Padahal tadi dia begitu marah dan langsung pergi setelah berkata kasar pada Kevin. Dasar bunglon.
"Mas mau cari buku apa?" tanya Aneisha.
"Emm, lagi cari buku ini nih," ujar Reynard yang memperlihatkan sebuah buku pada Aneisha.
"Boleh mas bacakan?"
"Tentu sayang, kenapa tidak. Ayo duduk lah dulu," ucap Reynard yang menarik Aneisha duduk bersama di sebuah single sofa.
"Bagaimana cara duduknya? Ini hanya muat untuk satu orang saja mas," balas Aneisha melihat Reynard yang sudah duduk di sana.
"Kau duduk di pangkuan ku, mau kan?"
Aneisha mengerutkan keningnya, "Bagaimana bisa? Aku berat loh mas."
"Kau tidak berat sayang, ayo!" Reynard menarik pelan tubuh Aneisha duduk di atas pangkuan Reynard.
"Ehh..., mas," panggil Aneisha yang di buat nervous.
"Apa sayang, sekarang dengarkan mas membacakan buku ini. Mungkin sedikit membosankan tetapi semoga saja kau suka."
Reynard mulai membacakan buku tersebut dengan senang hati pria itu memangku istrinya yang sedang berbadan dua tanpa merasa keberatan.
Hingga beberapa menit kemudian Reynard menghentikan aktifitas membacanya saat Aneisha mulai kembali bertanya padanya.
"Mas nanti mau anak laki-laki? Apa anak perempuan?" tanya Aneisha yang membuat Reynard langsung menutup bukunya dan fokus memandangi istrinya yang sangat dekat dengannya.
"Kau ingin anak apa memangnya?" tanya Reynard balik.
Aneisha tersenyum. "Aku ingin anak perempuan," jawabnya yang mengelus pipi suaminya itu.
"Tidak, bagaimana dengan anak laki-laki? Akan jauh lebih baik jika anak kita laki-laki bukan?" balas Reynard yang membuat senyuman Aneisha pudar.
"Kenapa? Apakah anak perempuan merepotkan? Lagi pula akan sangat menyenangkan jika kita punya anak perempuan terlebih dahulu," ujar Aneisha yang cemberut.
Tangan Reynard terangkat mencubit gemas pipi Aneisha dengan gemasnya.
"Aku punya alasan sayang, bukannya anak laki-laki itu lebih baik dari anak perempuan tetapi aku hanya ingin ada satu wanita yang berada di hatiku, membagi cinta pada anak perempuan sulit untukku," ujar Reynard yang membuat senyuman Aneisha langsung kembali apalagi rona merah langsung terpancar pada kedua pipinya.
"Kau bisa saja mas, diakan juga anak mu bagaimana pun kau harus mencintai dan menyayangi nya," balas Aneisha.
"Memang anakku, tetapi cinta dan kasih sayangku telah habis untuk mu, bagiku hanya kau wanita satu-satunya yang bisa mengisi hatiku ini.
" Jangan mulai deh mas! Gombal mulu kerjaanya," sahut Aneisha.
"Ngegombal sama mencintai kamu itu udah jadi makan sehari-hariku sayang," balas Reynard yang mengecup bibir manis Aneisha.
"Dasar tukang gombal!" Aneisha langsung memukul pelan dada suaminya itu membuat Reynard hanya bisa tertawa pelan.
Sedangkan Radit kini tengah begitu gusar dan marah setelah mendengar kabar jika Jenar di penjara atas tuduhan pembunuhan berencana dengan temannya.
"Ayo Yah, kita jenguk Jenar. Anak kita pasti tertekan di sana," ajak Desi yang selesai bersiap.
"Kau saja yang pergi, aku malas melihat putri yang tidak cukup bersyukur seperti Jenar," balas Radit.
"Apa yang kau katakan Yah? Bagaimana pun dia putrimu," sahut Desi tak terima.
"Putri macam apa itu, yang sudah membuat malu keluarga kita. Cih! Lebih baik aku tidak usah punya putri saja!" pekik Radit yang membuat Desi terpancing dan turut marah dengan sikap Radit.
"Ayah ini kenapa sih?! Jenar itu putri kita! Tidak seharusnya kita meninggalkan dia di saat seperti ini!" jelas Desi setengah berteriak pada suaminya itu.
"Ck! Kau bercanda?! Aku lebih tertekan dari pada kalian semua! Kalian yang menyebabkan semua kekacauan ini! Kau tahu itu?! Aku muak Desi!" murka Radit yang sedari dulu dirinya tahan kini dia luapkan pada Desi.
"Raditya! Kau tahu! Aku ini istri dan ibu anak anakmu! Kau sadar tidak?!" sergah Desi.
"Cih! Perempuan sialan! Kau yang sebenarnya sadar atau tidak?! Kau itu hanya pengganti istriku pertama ku saja! Jika bukan paksaan orang tua, aku juga tidak akan mau menikah dengan mu!" balas Radit yang membuat Desi langsung terdiam begitu saja menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca.
"Kenapa kau berkata seperti itu Yah! Aku ini masih istri mu!" balas Desi yang menahan air matanya agar tak tumpah.
"Baiklah! Mulai hari ini, kau ku talak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE, maybe? [BELUM DI REVISI]
Romance"Aku mencintaimu bahkan saat kamu enggan terbangun untukku," Aneisha Lestia Janitra. "Jangan berharap lebih dari ungkapan rasa mu padaku. Sebab kita berbeda dan tidak akan pernah bisa bersama!" Reynard Arbecio Kalingga. #1 Mafia dari 17,6 K (31-03...