Follow dan vote dulu, jangan jadi pembaca gelap 📌
Seorang gadis yang begitu lesu tengah beristirahat di bawah pohon yang cukup rindang di pinggir jalan siapa lagi jika bukan Jenar. Sudah begitu lamanya Jenar melamar pekerjaan namun tak seorang pun kan mau menerima dirinya sebagai pegawai.
"Huft! Kenapa aku masih belum ada yang menerima! Apa aku seburuk itu?!" gerutu Jenar yang hampir menyerah.
"Ini semua gara-gara Aneisha j4l4ng itu! Cih! Pasti dia sedang menikmati harta kekayaan Reynard sekarang," oceh Jenar yang terus mengutuk Aneisha yang tidak memiliki salah dalam hal ini.
"Andaikan saja dulu aku yang menikah dengan Reynard pasti aku tidak akan menderita mencari uang seperti ini! Huh! Menyebalkan!" pekik Jenar.
"Kenapa takdir seperti tidak mau berpihak padaku!"
Jenar terus mengoceh di sana. Hingga seorang wanita menghampiri Jenar yang tengah menggerutu di sana.
"Apakah kau kenal Aneisha?" tanya wanita itu.
"Cih! Jangan menyebut namanya di depan ku! Ada urusan apa memangnya?!" balas Jenar dengan ketusnya.
"Aku punya tugas untuk mu, kau akan mendapatkan dua hal. Yang pertama uang dan juga...,"
"Setuju! Sudah lama aku menantikan momen ini."
Sedangkan Radit dan Desi yang masih berada di rumah memikirkan hal apa yang selanjutnya dia lakukan untuk memenuhi kebutuhan mereka setelah menjual rumah mereka yang mereka tempati selama bertahun-tahun untuk mencukupi kehidupan masing-masing.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang Yah? Ibu benar-benar tidak bisa berpikir sekarang ini, mana Jenar belum menerima pekerjaan," keluh Desi dengan wajah yang menekuk.
"Ayah pun pusing bu, ayah benar-benar tidak tahu apa yang harus kita lakukan kedepannya. Ayah benar-benar sudah gagal menjadi kepala keluarga," balas Radit.
"Apa kita minta bantuan Aneisha saja? Kita sudah tahukan jika Reynard menantu kita sudah sembuh, mungkin dengan meminta bantuan padanya akan memberikan kita sedikit solusi," usul Desi.
"Tidak, bagaimana mungkin aku meminta bantuan pada anak durhaka itu?! Cih! Aku tidak sudi!" balas Radit yang egonya serta kebenciannya pada Aneisha masih kokoh membentuk benteng dalam hatinya.
"Radit dengarkan aku! Jika bukan Aneisha putri kandung mu yang membantu kita siapa lagi? Apakah sekarang kau memiliki aset lain? Tidak kan?! Jadi hentikan dulu itu egomu dan minta lah bantuan pada putrimu," jelas Desi.
"Kau saja! Jangan mencoba memaksaku Desi!" Radit langsung pergi dari sana masuk ke dalam kamar yang tak jauh dari ruang keluarga itu.
Desi hanya bisa menghela napasnya dengan kasar menatap punggung suaminya yang tak lagi nampak di sana.
'Dasar suami tak berguna, bukannya meminta bantuan pada putrinya yang sudah kaya itu malah mementingkan egonya!' gerutu Desi dari dalam hatinya mengutuk Radit yang baginya sudah tak berguna lagi setelah jatuh miskin.
"Mana Leon dan Reni sudah mempercayai kami lagi! Bagaimana lagi aku harus mencari uang?!"
Tak lama setelah nya Jenar kembali dengan raut wajah bahagia dengan menentang sebuah amplop berwarna coklat di tangannya sembari terus bersenandung.
"Ibu!" panggil Jenar setengah berteriak memasuki kontrakan mereka.
"Kenapa kau berteriak! Kenapa juga kembali? Apakah kau sudah mendapatkan pekerjaan?! Jangan kembali jika kau belum mendapatkan hasil apapun," tanya Desi yang memberikan pertanyaan beruntun pada Jenar yang terlihat santai.
"Tenang saja Ibu, aku sudah mendapatkan pekerjaan besar dan tentunya aku sudah mendapatkan uang sekarang ini jadi kita tidak perlu melarat lagi," jawab Jenar yang memperlihatkan amplop coklat tersebut.
"Pekerjaan?! Benarkah?! Apa yang kau kerjakan Jenar? Kenapa kau bisa mendapatkan uang sebanyak ini?" tanya Desi yang langsung merebut amplop coklat itu dari Jenar.
"Ibu tidak perlu tahu dari mana aku mendapatkan uang ini, yang terpenting sekarang kita tidak akan memikirkan uang sekarang ini. Ibu simpan uang itu dengan baik-baik dan jangan lupa beritahu kan ayah," jelas Jenar yang segera pergi dari sana.
"Dasar anak ini!"
"Aku hanya perlu membuat Aneisha menghilang maka kekayaan akan datang padaku," gumam Jenar yang memasuki kamarnya dengan perasaan bahagia.
°°°
Kembali ke kediaman Reynard dan Aneisha.
"Mas Reynard?!" panggil Aneisha yang tahu jika Reynard pulang lebih awal setelah mendapatkan kabar dari Levi.
Reynard yang merasa namanya di panggil langsung menoleh saat dirinya sedang bersama dengan beberapa patner bisnis nya yang kebetulan berkunjung.
"Mas Reynard!" Mata Aneisha menangkap tajam pada Reynard yang tengah berbincang-bincang dengan wanita yang seumuran dengannya. Cih!
"Apa sayang?" tanya Reynard yang membuat tekan bisnis Reynard langsung saling menatap mendengar kata 'sayang' keluar dari mulut Reynard.
"Sini!" kata Aneisha yang menarik tangan Reynard menjauh dari sana menatap tajam wanita yang tengah tersenyum padanya.
Wanita yang mendapatkan tatapan tajam Aneisha hanya bisa menggeleng seraya tersenyum. Kekanak-kanakan sekali.
Para rekan bisnis Reynard hanya diam menatap pasutri itu yang terlihat sangat menggemaskan.
"Ada apa sayang? Kenapa berteriak-teriak?" tanya Reynard yang mereka sudah agak jauh dari sana. Tepatnya saat mereka hampir memasuki ruang makan.
"Kenapa pulang nggak ngabarin Aneisha? Kalau Aneisha tahu pastinya Aneisha nggak akan keluar, atau Aneisha bisa cepat-cepat pulang," jawab Aneisha yang kesal andaikan saja dia tidak pergi untuk ke sebuah acara temannya.
"Mas tahu kamu sedang ada acara dengan teman-temanmu jadi Mas tidak tega jika harus menelpon mu dan membuatmu kembali lebih awal," ujar Reynard yang menangkup kedua pipi Aneisha.
"Toh kami juga hampir selesai sekarang ini, jadi kay tak perlu repot-repot lagi," sambung Reynard.
"Ck! Alasan, kenapa harus ada wanita di sana? Kenapa juga kalian terlihat akrab?" tanya Aneisha.
"Sayang? Hey, dengarkan Mas dulu. Dia adalah rekan kerja Mas, hanya rekan bukan siapa-siapa kami memang akrab dan sedang membahas kerja sama. Kau bisa mengerti kan? Hanya kau satu-satunya wanita yang bisa mengisi hatiku, tidak ada yang lain. Kau percaya kan?" pungkas Reynard.
Aneisha menghela napasnya, lagi-lagi sifat cemburu nya mengendalikannya lagi. Entah mengapa beberapa hari ini Aneisha benar-benar gagal mengontrol emosi nya sehingga Reynard sedikit kewalahan jika harus menangani Aneisha.
"Baiklah, aku akan naik ke atas. Awas saja jika kau dekat-dekat dengan wanita lain," ancam Aneisha pada Reynard.
"Iyah Sayang ku, baik. Tunggu aku yah, aku akan segera menyelesaikan meeting ini," ujar Reynard yang menc*um sekilas kening Aneisha hingga membuat Aneisha sedikit luluh.
"Hmm." Aneisha langsung pergi dari sana bersamaan dengan itu Reynard kembali saat melihat para rekan kerjanya sudah menunggu nya.
"Maaf, tadi istriku sedikit salah paham. Kalian boleh melanjutkan nya," ujar Reynard.
"Tuan Reynard benar-benar sangat menyayangi istrinya yah," puji mereka.
"Hmm sangat," jawab Reynard dengan senyuman. Lelaki kejam berdarah dingin itu benar-benar sudah berubah sekarang ini. Hal yang jarang sekali terlihat saat lelaki tampan itu tersenyum dengan sangat bahagia. Baginya Aneisha adalah matahari dan semangat sekarang ini dan selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE, maybe? [BELUM DI REVISI]
Romance"Aku mencintaimu bahkan saat kamu enggan terbangun untukku," Aneisha Lestia Janitra. "Jangan berharap lebih dari ungkapan rasa mu padaku. Sebab kita berbeda dan tidak akan pernah bisa bersama!" Reynard Arbecio Kalingga. #1 Mafia dari 17,6 K (31-03...