13. AKU DI SINI

32.2K 2.4K 36
                                    

Follow dan vote dulu, jangan jadi pembaca gelap📌


















Terang kini telah berganti petang, kondisi Aneisha masih sama sebelumnya. Belum sadarkan diri.

"Kenapa kondisi nona muda masih belum membaik, Sadam?" tanya Dafin pada Sadam yang tengah duduk di sofa kamar Aneisha.

"Yah begitu memang, kau kira aku dokter utusan Tuhan? Mana mungkin orang demam bisa sembuh dalam sehari saja, dasar bodoh kau!" pungkas Sadam.

"Kau ini kenapa emosian sekali, aku hanya bertanya saja. Yah jawab selayaknya dokter dong," balas Dafin tak mau kalah.

"Terserahlah! Nggak liat diri saja." Sadam langsung beranjak dari posisinya duduk berjalan ke arah Aneisha.

Sadam kembali memasang stetoskopnya dan memeriksa keadaan Aneisha lagi.

"Kenapa suhu tubuhnya tidak turun-turun? Padahal aku sudah memberinya obat? Aneh sekali," cetus Sadam. Dafin yang mendengar itu segera mendekat ke arah Sadam.

"Kau ini dokter apa? Masa kondisi seperti ini tidak tahu!" protes Dafin yang membuat Sadam langsung menoleh dan menatap tajam Dafin yang tengah berdiri di dekatnya.

"Diamlah Dafin, atau tidak kau yang akan menjadi pasienku selanjutnya," ancam Sadam.

"Egh..., Ibu..., Aneisha takut bu," tutur gadis itu dengan bibir yang bergetar karena mengigil.

"Nona? Nona muda?" panggil Sadam.

"Ibu..., Aneisha dingin bu." Keringat dingin terus mengucur dari wajah cantik Aneisha sembari memanggil ibunya.

"Kita harus memanggil tuan, Sadam. Melihat kondisi nona muda mungkin hanya tuan muda yang bisa mengatasinya," usul Dafin.

"Pergi saja, aku akui kau hebat jika bisa membawa tuan muda kemari," tukas Sadam.

"Baiklah, aku akan segera memanggil tua..., Tuan muda?" Langkah Dafin terhenti saat di depan pintu sudah terdapat Reynard.

"Bagaimana dengan kondisinya?" tanya Reynard yang mendekat ke arah Sadam dan Dafin.

"Belum menunjukkan perkembangan tuan, beliau terus mengigau memanggil ibunya," jelas Sadam.

Reynard berjalan mendekat ke arah istrinya yang terbaring lemah itu. "Ibu..., Aneisha dingin bu,"

"Siapa ibumu?" tanya Reynard yang memegang kening Aneisha untuk memastikan suhu tubuh gadis itu. "Panas sekali," ucapnya pelan.

"Ibu...," kata Aneisha yang menyadari adanya tangan hangat menyentuhnya dan langsung menarik tangan itu untuk dia genggam.

"Hey!" Reynard yang menyadari tangannya di tarik langsung terkejut.

"Ma.. Mas Reynard?" panggil Aneisha dengan kondisi setengah sadar, melihat seorang pria tampan sedang berdiri di hadapannya adalah Reynard suaminya.

"Tuan mohon jangan di lepaskan, biarkan beberapa detik atau menit saja tuan. Nona muda mungkin sedang benar-benar merindukan ibunya," pinta Sadam.

Reynard kembali menghela napas berat kemudian kembali menatap Aneisha yang sudah kembali tenang.

"Ambilkan aku kursi, apakah kalian ingin melihatku berdiri terus?" gumam Reynard yang langsung membuat Dafin segera berlari dan mengambil sebuah kursi meja rias Aneisha.

"Ini tuan," balas Dafin sembari meletakkan kursi itu sehingga Reynard langsung mendaratkan bokongnya di sana.

Reynard duduk menatap Aneisha yang terlihat nyaman saat memegang tangannya. Cukup lama pria tampan itu duduk di sana.

LOVE, maybe? [BELUM DI REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang