02

7K 492 2
                                    

2 jam sudah berlalu. Tapi pintu ruang operasi itu belum terbuka juga, membuat keluarga Kim yang menunggu sangat khawatir akan keadaan nyonya Kim dan bayi yang sedang di lahirkan itu.

Tuan Kim mondar mandir di depan ruang operasi itu dengan pikiran yang kacau, memikirkan istri dan calon anaknya yang sedang berjuang di ruangan itu.

" Tolong selamatkan istri dan anakku Tuhan, aku tidak bisa hidup tanpa mereka" lirih tuan Kim sambil terus mondar mandir.

Penatua Kim yang melihat anaknya seperti kehilangan arah, hanya bisa menenangkannya saja walau dia sendiri pun merasa sangat khawatir dengan menantu dan calon cucunya itu.

"Jiyong-ah, duduklah nak tenangkan dirimu. Mereka akan baik baik saja."

" Appa ak- aku sangat khawatir dengan mereka" lirih tuan Kim.

"Ak- aku tidak apa kalau memang anakku tidak selamat, tap- tapi istriku harus tetap selamat Appa" lanjut tuan Kim.

" Apa yang kamu ucapkan jiyong-ah? Apa maksudmu dengan bilang seperti itu? Dia anakmu! Darah dagingmu!!!" Marah penatua Kim mendengar ucapan putranya itu.

" Aku tau appa, aku tau dia juga anakku. Tapi aku tidak bisa tanpa istriku Appa," lirih tuan Kim sambil menunduk. " Aku ikhlas kalau anakku tidak selam--"

Plaakk

Tamparan keras itu penatua Kim berikan untuk putranya, karena dengan mudahnya berbicara seperti itu.

" Apa kau sadar dengan apa yng kau ucapakan itu KIM JIYONG?!"tanya penatua Kim marah.

" Istri dan anakmu sedang berjuang didalam sana, dan kau malah berbicara seperti itu. Dimana pikiranmu haaa!!!"

Tuan Kim hanya bisa menunduk karena mendapatkan bentakan dan tamparan dari penatua Kim.

Ceklek

Pintu ruang operasi terbuka dan keluarlah dokter yang menangani nyonya Kim, membuat tuan Kim dengan cepat menuju ke dokter tersebut.

" Bagaimana keadaan istriku dokter?" Tanya tuan Kim.

Dokter tersebut merasa sedikit heran karena tuan Kim tidak menanyakan tentang bayi yang baru lahir itu.

" Nyonya Kim sudah baik baik saja tuan, dan bayi anda saat ini sed---"
Ucapan dokter tersebut terpotong oleh tuan Kim.

" Apa saya boleh melihat istri saya dok?"

" Nyonya Kim akan di pindahkan keruang rawat dulu taun, setelah itu baru boleh di jenguk. Untuk bayi tuan akan kami bawa ke inkubator, karena anak anda lahir sebelum waktunya tuan, jadi butuh perawatan intensif sampai keadaannya stabil" jelas dokter tersebut panjang lebar pada tuan Kim.

" Lakukan saja apa yang harus dilakukan untuk anak itu, dan berikan fasilitas terbaik untuk istriku"

" Ah baik Tuan Kim. Mmm jika tuan Kim ingin melihat bayi anda, anda bisa keruangan inkubator tuan." Beritahu dokter.

"Hmm" hanya di jawab gumaman saja oleh tuan Kim.

" Kalau begitu saya permisi dulu tuan Kim dan Presdir Kim." Pamit sang dokter sambil membungkuk pada tuan Kim dan penatua Kim.

" Ne, terima kasih dokter." Jawab penatua Kim.

Dokter tersebut langsung meninggal tuan Kim dan penatua Kim dengan perasaan heran, karena tuan Kim tidak membahas tentang bayinya yang baru saja lahir itu.

Penatua Kim memperhatikan anaknya yang ikut mendorong brangkar isrtrinya menuju ruang rawat VVIP, hanya bisa menggelengkan kepalanya karena sikap anaknya yang hanya fokus pada istrinya tanpa memikirkan anaknya yang baru saja lahir.

BACK or NOT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang