BAB 1

25.3K 427 1
                                    

Happy reading!

Jangan lupa klik bintang yaa🧡

🌷🌷🌷🌷

AR Company

Arzan tengah mengerjakan pekerjaan kantornya. Akhir-akhir ini ia disibukkan oleh pekerjaan kantor yang menumpuk.

Tok ... tok ... tok ....

"Masuk!" perintah Arzan dari dalam ruangannya.

Di ambang pintu, berdiri seorang lelaki dengan setelan jas yang membalut tubuhnya. Dia adalah David asisten pribadi sekaligus sahabat Arzan.

"Ini beberapa berkas yang harus lo tanda tangani," ujar David menaruh beberapa tumpuk kertas di atas meja kerja Arzan.

Jika hanya ada dirinya dengan Arzan, keduanya memang menggunakan kosakata Gue-Lo. Begitupun dengan Arzan.

Arzan memandang kertas tersebut dan David bergantian. "Ada lagi?"

David mengangguk. "Gimana persiapan nikah lo?" tanya nya.

Arzan mengangkat bahunya acuh. Ia menghela nafas sebelum menjawab, "Lo tau sendiri kalau gue cinta sama Rika bukan sama dia."

David mengangguk. "Gue tau, tapi apa lo gak mau buka hati lo buat dia? Bagaimanapun juga dia nantinya akan jadi istri lo."

"Liat aja nanti."

"Gue harap lo cepet sadar Ar."

Arzan mengernyit bingung. "Maksud Lo?"

"Ck! Perlu berapa berapa kali gue bilang kalau Rika itu gak tulus cinta sama lo. Dia–"

"Stop! Gue gak mau denger itu, gue yakin kalau Rika gak akan seperti itu."

"Terserah lo deh, capek gue bilangin orang yang di butakan sama cinta," ujar David menekan kata cinta.

"Mending lo keluar dari ruangan Gue kalau lo cuman mau jelek-jelekin Rika." usir Arzan menatap tajam David.

Davud menyerah. percuma saja ia membela diri ujung-ujungnya Arzan pasti tak akan mempercayainya.

🌷🌷🌷🌷

Di lain tempat, Naya tengah fitting gaun pengantin di temani dengan Via, calon mertuanya.

"Sayang kamu udah nemu belum gaun pengantinnya?" tanya Mamah menghampiri menantunya itu.

Naya mengangguk seraya tersenyum. "Sudah Mah"

"Yang mana?"

"Yang ini Mah," ujar Naya sembari memegang gaun yang ia pilih.

"Yaudah coba kamu cobain dulu gaunnya."

Naya menuju ruang ganti dan mencoba gaunnya. Setelah selesai ia menghampiri Via–calon mamah mertuanya yang sedang menunggunya.

"Mah."

Via menoleh. "Masya Allah sayang, kamu cantik sekali pakai gaun ini padahal kamu belum dandan loh. Mamah yakin Arzan terpana melihat kecantikan kamu."

Naya tersenyum malu. "Mamah bisa aja"

Mamah membalasnya dengan kekehan kecil. "Yasudah Mbak saya ambil gaun yang ini ya," ujar Mamah kepada Mbak butik.

"Baik Bu."



"Sayang maaf ya kalau Arzan gak bisa ikut fitting baju hari ini sama kamu," ujar Mamah sembari menyetir.

"Iya Mah gak apa-apa, Naya ngerti Mas Arzan pasti lagi banyak pekerjaan makanya gak bisa ikut."

Mamah menatap wajah Naya, "Nanti kalau kamu udah nikah sama Arzan jangan kaget ya sama kebiasaannya yang suka begadang karena kerjaan."

"Tapi–" jeda Mamah.

"Tapi kenapa Mah?" tanya Naya dengan alis bertautan.

"Tapi Mama mohon sama kamu, coba kamu bilangin pelan-pelan sama Arzan supaya jangan keseringan begadang karena itu gak baik buat kesehatan. Siapa tau kalau kamu yang bilangin dia bakal nurut soalnya kalau sama Mamah dia suka gak nurut. Bilangnya iya tapi tetap aja gak dilakuin."

"Iya Mah nanti kalau Naya udah jadi istrinya Mas Arzan InsyaAllah Naya bilangin."

"Makasih ya sayang."

"Iya Mah sama-sama"

"Oh iya kamu lapar ga?" tanya Mamah saat lampu lalu lintas berganti warna menjadi warna merah.

"Sedikit Mah," jawab Naya

"Kita mampir dulu ya ke Restoran di depan Mamah juga lapar soalnya hehehe."

"Iya Mah."

Selama lampu merah keduanya asik mengobrol, bercerita dan saling bercanda tawa hingga tak terasa lampu sudah berganti menjadi warna hijau.

Mamah mulai melajukan mobilnya kembali menuju Restoran. Tiba di Restoran, keduanya turun dari mobil.

Mereka memasuki Restoran dan mencari tempat duduk yang nyaman. Setelah menemukan tempat duduk, keduanya memesan makanan.

Sambil menunggu pesanan mereka datang, Mamah kembali mengobrol dengan Naya. Mereka mulai membicarakan mengenai keseharian masing-masing, kesukaan, hobi, serta hal-hal lainnya.

Hingga tak berselang lama, makanan yang mereka pesan telah tiba dan dihidangkan diatas meja.

"Makasih ya Mas," ucap keduanya kepada Mas-Mas pelayan tersebut.

Skip!

Selesai makan keduanya bergegas pulang. Sebelum pulang ke rumah, Mamah terlebih dahulu mengantar Naya ke rumahnya.

"Makasih ya Mah udah mau anterin Naya sampai rumah maaf kalau ngerepotin," ujar Naya sebelum turun dari mobil.

"Iya sama-sama. Kamu kayak sama siapa aja, kamu itu udah Mamah anggap kayak anak Mamah sendiri."

Naya tersenyum, "Makasih Mah."

"Sama-sama sayang."

"Oh iya Mah, mau mampir dulu gak?"

"Lain kali aja ya soalnya Mamah mau jemput Papah di bandara."

Naya mengangguk, "Iya Mah hati-hati."

"Mamah titip salam buat Nenek kamu ya, maaf Mamah gak bisa mampir."

"Iya Mah nanti aku sampaikan. Yaudah kalau gitu aku turun dulu ya."

Sebelum turun dari mobil, Naya mencium tangan Mamah terlebih dahulu dan keluar dari mobil.

"Mamah berangkat ya sayang."

"Iya Mah, hati-hati."

Mobil Mamah pun melaju meninggalkan kediaman rumah Nenek Naya.

🌷🌷🌷🌷

bersambung ....

See you next chapter!

ARZAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang