BAB 21

8K 210 0
                                    

Happy reading!

Jangan lupa klik bintang yaa 🧡

🌷🌷🌷🌷

Setelah Nenek pulang dari kediaman Naya, kini Naya tengah duduk di teras rumah menunggu Arzan pulang kerja. Tak lama, mobil Arzan memasuki pekarangan rumah. Arzan keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya di garasi.

Naya tersenyum melihat Arzan yang tengah berjalan kearahnya. Arzan membawa Naya kedalam pelukannya. Selain itu, Arzan juga mengecup kening Naya dan kedua pipi Naya yang semakin kelihatan berisi.

"Sini Mas, aku bantu bawa tasnya," ujar Naya setelah mencium tangan Arzan.

Arzan menyerahkan tas kerjanya pada Naya. Keduanya lantas berjalan memasuki rumah.



"Mas, airnya udah aku siapin. Kamu mandi dulu ya, biar badan kamu seger," ujar Naya didepan pintu kamar mandi.

Arzan meletakkan ponselnya diatas nakas, "mandi bareng."

Naya menggeleng, "aku udah mandi tadi, nanti masuk angin kalau mandi lagi."

Arzan menekuk wajahnya, "yaudah, aku mandi dulu."

Arzan berjalan menuju kamar mandi. Sedangkan Naya, ia menuju walk in closet menyiapkan kaos yang akan Arzan kenakan.

Lima belas menit kemudian

Arzan keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya. Naya yang tak sengaja melihatnya menutup kedua matanya menggunakan telapak tangannya.

"Mas, kebiasaan banget sih. Kan kemarin-kemarin aku udah bilang, kalau keluar kamar mandi itu pakai celana."

Arzan berjalan mendekati Naya, "buka dulu matanya."

"Gak mau, pake celana dulu."

"Udah."

Naya membuka matanya, "mana? Itu–"

"Aku udah pake celana sayang, cuman emang handuknya aku lilit di pinggang."

"Yaudah ini pake bajunya." Naya menyerahkan kaos kepada Arzan. Arzan segera memakainya.

Arzan mengambil handuk kecil diatas kursi rias dan ia mendudukkan dirinya pada kursi tersebut.

"Sayang, tolong keringin rambut aku dong." Arzan menyerahkan handuk kecil kepada Naya.

Naya menghampiri Arzan. "Eh?" Naya terkejut tiba-tiba Arzan menariknya hingga membuat dirinya terduduk dipangkuan pria itu.

Naya berusaha turun. Namun, ditahan oleh Arzan. "Duduk aja, nanti kamu capek kalau berdiri."

Naya mulai mengeringkan rambut Arzan dengan pelan. Sungguh, posisi duduk sedekat ini sangat tidak baik untuk jantung Naya.

"Deg-deg an banget sayang." goda Arzan.

Wajah Naya memerah, "diem Mas."

Arzan menatap lekat wajah Naya.

ARZAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang