Happy reading!Jangan lupa klik bintang yaa🧡
🌷🌷🌷🌷
Rumah Arzan dan Naya tengah ramai dikunjungi kedua orang tua Arzan, Nenek, serta para sahabat Arzan dan Naya juga turut hadir. Mereka semua tengah duduk di sofa ruang tamu.
"Ada apa sayang, kamu nyuruh kami datang kesini?" tanya Mama kepada menantunya.
Arzan dan Naya saling berpandangan dan melempar senyumannya. Membuat mereka semua yang ada disana penasaran.
"Ada apa sih Nay? Jangan senyum-senyum mulu deh, bikin penasaran aja," ujar Raina yang penasaran.
"Naya hamil."
Mereka semua diam, hingga suara Raina memecah keheningan. "What? Lo serius Nay?"
Naya mengangguk dan mengusap perutnya. Tak lupa, Naya juga memberikan kertas hasil check up kehamilan nya diatas meja.
Nenek memeluk tubuh Naya, "Ya Allah Nak, Nenek gak nyangka sebentar lagi. Nenek akan jadi Mbah uyut."
"Iya Nek."
Mama mengusap air matanya bahagia, "selamat sayang, Mama senang sekali mendengarnya."
"Papa juga ikut senang sama menantu papa ini."
Dan berbagai ucapan dari para sahabatnya juga turut membuat keadaan menjadi haru sekaligus senang.
"Dijaga ya sayang pola makannya dan jangan banyak beraktivitas karena itu bisa membuat kamu kelelahan."
"Iya Ma."
"Zan, kamu harus lebih memperhatikan lagi istri kamu. Karena kehamilan pertama itu rentan sekali."
"Iya Ma. Tanpa disuruh pun Arzan akan lebih ekstra menjaga Naya."
•
•
•Malam harinya, kedua orang tua Arzan dan Nenek menginap di kediaman pasutri tersebut. Sedangkan Raina? Ia memutuskan untuk langsung pulang. Begitupun dengan David.
"Zan, kamu gak ada niatan pindah ke kamar yang ada di bawah aja? Menantu Mama lagi hamil loh, kasian kalau dia mondar-mandir turun ke bawah," ujar Mama kepada Arzan saat mereka tengah duduk di ruang keluarga.
"Arzan sebenarnya ada pikiran kaya gitu Ma, cuma Arzan belum bilang sama Naya. Nanti Arzan akan coba bilang sama Naya."
Mama mengangguk, "Zan, ingat pesan Mama. Menantu lagi hamil anak kamu. Jangan sampai menantu Mama stress dan banyak pikiran. Itu akan membahayakan kondisi janin dan sang Ibu."
Arzan mengangguk, "iya Ma."
"Ma, udah jam 9. Aku ke dapur dulu ya, mau ajak Naya tidur."
"Iya, sana."
Arzan menghampiri Naya yang hendak menaruh gelas ditempat cucian piring.
"Eh." Naya terkejut saat pinggangnya tiba-tiba dipeluk.
"Tidur yuk sayang, udah malam."
"Sebentar, aku taruh gelas dulu."
Arzan mengambil gelas dari tangan Naya, "biar aku aja."
"Makasih."
"Sama-sama." Arzan menaruh gelas tersebut dan menghampiri Naya. "Ayo sayang, kita ke kamar."
Naya mengangguk, keduanya berjalan menaiki tangga menuju kamar.
Di dalam kamar, Naya duduk sembari bermain ponselnya. Ia membuka room chatnya dengan Raina.
"Ekhem." dehem Arzan.
Naya mengakhiri chatnya dengan Raina dan menaruh ponselnya diatas nakas.
"Kenapa Mas?"
"Gak apa-apa. Kamu dari tadi cuekin aku." Arzan memeluk tubuh Naya dari samping dan menduselkan kepalanya di ceruk leher Naya.
"Geli Mas."
"Sayang, aku mau bicara sesuatu sama kamu," ujar Arzan menatap wajah Naya.
"Bicara apa?"
"Rencananya aku mau pindah kamar yang di bawah. Apalagi kamu sekarang lagi hamil, aku takut kamu kecapean naik turun tangga. Kamu setuju gak kalau untuk sementara kamar kita yang dibawah?"
"Aku setuju aja Mas, selagi itu emang yang terbaik."
Arzan tersenyum, "besok aku akan minta bantuan bi Eni untuk memindahkan beberapa pakaian ke kamar yang baru."
"Yaudah sekarang tidur yuk Mas, aku ngantuk banget."
"Iya sayang."
Sebelum tidur, Arzan mengecup kening Naya. "Good night sayang."
•
•
•Keesokan paginya, kedua orang tua Arzan serta Nenek berpamitan pulang ke rumah masing-masing.
"Nak, Nenek pulang dulu ya. Kapan-kapan Nenek akan kesini lagi mengunjungi kamu." Nenek melerai pelukannya.
"Hiks... Nenek kenapa gak tinggal disini aja?"
"Nenek sudah nyaman di rumah yang disana Nak. Disana banyak sekali kenanagan-kenangannya. Udah ya, jangan nangis. Kalau kamu nangis Nenek ikutan sedih." Nenek menghapus air mata Naya.
"Tapi Nenek janji ya sama Naya, Nenek akan sering-sering main kesini."
"Iya, Nenek janji."
"Aku sayang Nenek."
"Nenek lebih sayang cucu Nenek ini."
"Sayang, Mama sama Papa pulang dulu ya. Nanti kami semua akan sering-sering main kesini."
"Iya Ma, Pa."
"Jaga kesehatan ya Nak, kami pamit pulang dulu," ujar Papa.
"Iya Pa."
Naya melambaikan tangannya saat mobil yang dikendarai Papa meninggalkan rumahnya.
Arzan mengelus bahu Naya, "udah ya sayang jangan sedih. Kan kita masih bisa mengunjungi mereka kalau kamu kangen."
Naya mengangguk. Keduanya masuk ke dalam rumah.
🌷🌷🌷🌷
Bersambung....
See you next chapter!

KAMU SEDANG MEMBACA
ARZAYA [END]
RomantikMenceritakan dua orang sahabat lama, yang dipersatukan kembali dalam ikatan pernikahan. Namun, pernikahan mereka tak berjalan mulus. Salah satu diantaranya harus berjuang untuk mempertahankan pernikahannya. ...