Kei, masih bertahan di Jakarta. Tetap di hotel, tempat dia tak sengaja menggauli Ratu. Dia tak sanggup kembali ke Bogor, rasa tanggung jawab, menggiringnya untuk berusaha menemui wanita itu.
Tetapi, Ratu menolak.
"Jangan temui aku lagi. Atau aku bunuh diri." Ancam wanita itu, sebelum memblokir nomornya.
Kei gundah. Kasus ini, kini jauh menyita perhatiannya ketimbang soal Angel. Dia bahkan lupa jika sempat galau karena wanita itu. Lupa!
Kini, yang ada dalam pikirannya justru si Ratu. Wanita matang yang ternyata masih mulus, kencang dan perawan! Sesuatu yang tidak ditemuinya dari sosok Angel yang dulu sangat dipujanya.
Kei, kuharap kau melupakanku. Tolong, jangan ganggu aku lagi. Aku telah menikah. Demikian pesan whatsapp Angel, yang membuatnya muntah.
Siapa yang mau mengganggunya? Persetan soal pernikahannya!
Ratu, kini jauh lebih penting dari si pengkhianat itu.Kei menghela nafas. Baru sekarang dia sadar, jika perasaan itu sesungguhnya bisa berubah karena keadaan. Dirinya yang dulu tergila-gila pada Angel, tiba-tiba mendadak jijik untuk sekedar mengenang wanita itu. Semua karena si Ratu. Padahal, baru sekali dia meniduri wanita itu. Akibat mabuk pula. Tetapi pagi hari terbangun, dia malah seperti orang yang baru dipukul kepala.
Dia baru sadar, jika ada wanita lain yang jauh lebih memesona dari Angel.
Kei, memang terpesona saat pertama berjumpa dengan Ratu. Tetapi wanita itu terlalu tua untuk anak muda seperti dirinya. Lagi pula, wanita itu telah bersuami. Meski kemudian, mereka erat bersahabat. Saling bercerita, saling tertawa, dan akhirnya konyol mabuk bersama.
Andai, Kei tak melihat noda darah di atas sprei, juga kondisi Ratu yang payah saat terbangun pagi hari, mungkin dia akan melupakan wanita itu. Tetapi masalahnya, wanita itu ternyata masih perawan. Belum tersentuh suaminya, karena suaminya lebih suka meniduri selingkuhannya.
Alangkah malang nasib wanita itu. Cantik, cerdas, dan memesona. Dikagumi banyak orang, kecuali suaminya!
Tiba-tiba, Kei merasa senasib dengan Ratu. Merasa bagian dari kesedihan wanita itu. Apalagi setelah dia memerawaninya, Kei tak terbayang bakal nasib wanita itu selanjutnya.
Bagaimana jika dia hamil? Bagaimana bisa hamil tanpa ditiduri suaminya? Apa tidak mungkin dia akan diceraikan, dipermalukan, atau disiksa dan dinistakan? Demikian kekhawatiran Kei.
Tak pernah dipikirkannya, bisa iseng meniduri bini orang. Membayangkannya saja jijik. Tetapi, kini dia merasakan, betapa gilanya rasa itu. Ini bukan sekedar cemas, tapi juga merupakan rasa takut yang permanen. Bagaimana jika suami wanita itu akan membunuhnya.
Oke, dia memang tidak pernah meniduri isterinya. Tetapi dia akan terhina, jika mengetahui isterinya bunting oleh pria lain. Itu pasti.
Anjing bisa kawin dengan siapa saja, memuncratkan sperma di kelamin anjing betina mana saja. Tetapi anjing akan bertarung dengan anjing lain, perkara hanya urusan rebutan tempat kencing. Tempat buang air kencing adalah wilayah kekuasaan bagi seekor anjing. Bukan tempat buang sperma, tapi kencing justru jadi patokan kehormatan.
Seberapa banyak anjing di dunia? Banyak! Sama banyaknya dengan manusia berperilaku anjing. Rumah bagi mereka hanyalah tempat meletakkan boneka porselen, bernama isteri palsu. Penjaga rumah kencing mereka, meski mereka juga jarang pulang karena sibuk menebar sperma di rumah bordil. Konyolnya, mereka bakal ngamuk jika rumahnya dikencingi pejantan lain. Lupa, jika dia juga biasa kencing di rumah pelacuran.
"Aku bukan anjing. Aku harus bertanggung jawab. Mau wanita itu hamil atau tidak, aku harus menikahinya!" Tegas Kei, dalam hati.
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
RATU (Sisi Lain Kehidupan Wanita)
RomansaRatu, tak pernah menjadi ratu dalam rumah tangganya. Karena sebelum menikahinya, suaminya Jarot telah menjadikan Edelia, sebagai ratu dihatinya. Perasaan terhina, putus asa, dan sedih dalam fase 9 tahun pernikahan itu, akhirnya malah semakin berkonf...