02: Lukisan

431 63 10
                                    

Kei Zorach, mulai dikenal di sosial media sebagai pelukis berbakat. Mungkin karena dia muda, tampan, dan punya konten-konten memukau untuk mendongkrak popularitasnya. Mungkin juga karena dia sedang dekat dengan seorang selebgram seksi, Angelina Tomang, yang kini mulai main film.

Tapi, karya-karya Kei memang bagus. Itu juga diakui Ratu, yang setidaknya sudah dua kali memesan lukisan padanya. Pertama untuk dikirimkan pada sepupunya, dan satu lagi rencananya untuk baby Rangga. Sayangnya, lukisan itu keburu rusak, saat motor Kei terjungkal di jalan.

"Luar biasa rumah ini. Baru tahu ada rumah segini besar, fasilitas lengkap, sampai rumah sakit juga ada! Dasar orang kaya," kata Kei, usai luka-lukanya diobati dokter.

"Ini klinik," sahut Ratu, sambil duduk di ruang tunggu, bersebelahan dengan Kei. Dia mengelap keringat di dahi Kei dengan tisu. Juga memeriksa lukanya yang telah tertutup perban. Bahkan membersihkan kotoran debu di celana jins Kei. Sikapnya seperti seorang ibu yang begitu melindungi seorang anak. Membuat Kei terpana. 

"Eh, iya bu."

"Ada banyak karyawan di sini Kei, memiliki klinik sendiri justru sebenarnya adalah upaya penghematan."

Kei memandangi Ratu dengan penuh kekaguman,"Orang kaya pemikirannya jauh, ya? Tapi itu jenius."

Ratu tertawa,"Emang pemikiran pelukis berbeda?"

Kei tersipu, memandangi balutan perban di lengan dan kaki, sebelum menatap Ratu lagi. "Pelukis kalau kaya mungkin pemikirannya juga sama."

"Nanti saya boleh mengunjungi galerimu?"

"Boleh, bu. Kapan?"

Ratu tak menjawab pasti saat itu, tapi dua hari kemudian, dia malah menyetir mobil sendiri menuju Galeri Lukisan Kei Zorach, di kawasan Surya Kencana, Kota Bogor. Jauh-jauh dari Jakarta, demi memilih beberapa lukisan untuk menghiasi kantor baru yayasan kemanusiaan milik ibunya di Menteng. 

Kei belum pulih benar, bekas luka masih terlihat karena tak lagi diperban. Di galeri itu dia sedang sendiri, tampak gugup saat melihat Ratu datang. Sebuah kursi dipersiapkannya, juga air mineral untuk pelanggan lukisnya yang tak pernah menawar, bahkan berani beli mahal. Kei makin hormat padanya, setelah tahu, jika Bu Ratu adalah isteri Pengusaha Jarot yang terkenal. 

Ratu tampak duduk dengan anggun, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. Galeri dua lantai itu, tak lebih luas dari ukuran garasi dua mobil, tetapi lukisan juga di pajang di halaman depan. Beberapa orang juga datang, melihat-lihat dan mengagumi. 

"Sudah berapa lama galeri ini? Keren tempatnya," tanya Ratu.

"Tiga tahun lebih. Tetapi baru ramai setahun terakhir, berkat sosmed juga. Lumayan," jawab Kei, seraya mencoba menggantung syal wanita yang terjatuh dari sandaran kursinya.

"Punya pacarmu, ya? Seniman juga ya," tebak Ratu, sambil memperhatikan syal warna pink itu.

Kei tertawa,"Iya, punya Angelina. Pekerja seni juga."

"Dia sering datang pasti."

"Dulu sih iya."

"Sekarang?"

"Sibuk, banyak syuting."

Ratu mengangguk, sebelum bangkit dan melihat-lihat lukisan milik Kei. Selama ini dia hanya melihat lewat internet, ternyata lukisan Kei memang lebih banyak dan bagus-bagus. Studionya di lantai atas galeri tersebut. Kamar tidur, merangkap studio. Ratu tak terbayang betapa sempit dan pengapnya, mengingat dia terbiasa tinggal di rumah yang sangat besar dan berhalaman luas.

Ada tujuh lukisan yang dipilih Ratu untuk diletakkan di yayasan ibunya, termasuk untuk mengisi ruang perpustakaannya. Kei mengangguk dengan semangat. Dia lalu sibuk menurunkan lukisan yang ditunjuk Ratu, sebelum repot membungkusnya dengan rapi. 

RATU (Sisi Lain Kehidupan Wanita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang