19: Cermin

249 37 2
                                    

Kei berbaring di ranjang sambil memandangi istrinya, yang duduk membelakanginya sembari berhias di depan cermin. Katie, tampak makin rajin bersolek sejak beberapa hari ini. Terlihat begitu memukau dan merangsang, tetapi dia tidak ingin disentuh suaminya. Kei bingung, mengapa kini Katie jadi berubah, seakan bukan menjadi dirinya.

Dia mengenal Katie, sebagai pelanggan setia karya lukisannya. Sungguh Kei tak menduga, jika wanita hebat ibu bisa jatuh hati padanya. Dan yang lebih mengejutkan, ternyata dia mantan pacar Gunarsa, suaminya Angel yang juga mantan kekasihnya.

Sejak awal, Kei menyadari, bahwa hubungannya dengan Katie tidak akan mudah. Mereka, sama-sama memiliki jejak masa lalu yang tak terlupakan. Bahkan Kei, sempat harus berusaha menekan perasaannya untuk tidak depresi, saat mengetahui jika isterinya itu ternyata masih menjalin hubungan intim secara diam-diam dengan Gunarsa.

"Lalu, apa tujuanmu untuk menikahiku? Kau pikir, kita bisa bersekutu untuk menyakiti Gunarsa dan Angel? Apa kau kira aku seperti dirimu, bisa dibawa ke barisan mantan yang patah hati? Kau salah, Katie. Aku bahkan merasa jijik untuk melihat Angel lagi." Kata Kei, saat memergoki isterinya sedang bermesraan di vila mewah dengan Gunarsa.

Kei, hanya bisa membiarkan Gunarsa pergi dengan wajah memerah. Sedikitpun, dia tak ingin memukulinya. Sebab dia ingat, jika pernah melakukan hal serupa. Meniduri Ratu, isteri Jarot, yang diyakininya bahkan sampai mengandung anaknya. Kei justru kasihan dengan Gunarsa, apalagi setelah mengetahui, jika anak yang dilahirkan Angel, justru sangat mirip wajahnya dengan dirinya. Kei juga yakin, itu anak biologisnya.

Tetapi untuk Katie, urusannya berbeda. Dia merasa telah dimanfaatkan wanita itu, untuk sebuah pernikahan palsu. Katie baginya, telah sengaja iseng menginjak harga dirinya yang rapuh hingga lebur jadi debu. Meski diakuinya, dia sulit melepas wanita itu. Terlepas niat buruk Katie hanya memanfaatkannya, dia memang merasa nyaman dengan wanita itu. Katie wanita yang menyenangkan, hidupnya tenang selama bertahun-tahun belakangan. Karena wanita itu. Wanita yang terpaut usia hampir 8 tahun darinya, tapi mampu mengimbanginya.

Sebab itu, dia tetap bertahan dalam pernikahan itu, dan mencoba memahami jika dirinya juga tidak sempurna. Dia punya cacat masa lalu, beruntung Katie selalu memperlakukannya dengan baik. Meski terkadang, Kei harus terluka melihat hubungan Katie dan Gunarsa yang seakan tak akan ada masa berakhirnya. Bahkan kini dilakukan secara terang-terangan, dengan balutan kata "persahabatan". Membuat Kei harus pasrah terbagi asmara.

Tetapi selama ini baik-baik saja. Katie tetap hangat melayani kebutuhan seksualnya, seperti mungkin dia melayani Gunarsa. Lalu, kenapa kini tiba-tiba berubah?

Katie yang terlalu cantik, bahkan tetap terlihat menawan tanpa make up, kenapa kini tiba-tiba berdandan setiap saat? Anehnya, dia tidak pergi ke mana-mana. Hanya di rumah. Tetapi tak mau digauli suaminya. Jelas itu bukan Katie, yang dikenal Kei sekian tahun ini.

"Ada apa? Kamu kenapa berbeda?" Tanya Kei, seraya bangkit dan duduk di ranjang.

Katie tak menjawab, hanya sibuk memoleskan gincu ke bibirnya yang ranum basah. Meski dia bisa memandangi suaminya dari bantuan cermin.

"Katie," panggil Kei sedih." Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan dirimu? Jika kau ingin berkencan dengan Gunarsa, ya silahkan. Bukankah aku tak pernah melarang? Aku terima konsekuensi ala open marriage yang telah kita sepakati. Aku tidak ingin membuatmu terkekang, sedih, atau sakit hati. Aku ikhlas kau hidup sebebas apa yang kau mau, asal kau tetap kembali ke rumah ini. Bersedia melayani kebutuhan biologisku, seperti kau melayani..."

"Pernahkah kau mencintaiku, Kei?" Potong Katie tiba-tiba, meski dia tetap duduk membelakangi di depan cermin.

Kei terdiam. Lidahnya mendadak kelu. Adakah pria yang masih mencintai isterinya, ketika tahu isterinya itu berselingkuh? Adakah pria yang masih memaafkan isterinya atas nama cinta? Kei merasa, itu tak ada. Jika terjadi pada wanita, itu mungkin. Mereka banyak menggunakan hati. Tetapi pria, akal dan selangkangan mereka terlalu dominan. Jikapun dirinya masih bersama Katie, jelas itu sekedar kebutuhan. Dia hanya butuh isteri, butuh seksual, dan butuh keluarga utuh meski di dalamnya banyak kemunafikan.

Hanya itu. Cinta itu sudah sirna. Punah!

"Jadi, apa bedanya aku dan kamu Kei? Sama, bukan? Sama-sama cuma ingin saling memanfaatkan dalam bentuk kepalsuan," keluh Katie, yang dengan lesu meletakkan gincu di meja. Dia memandangi suaminya dari cermin itu, sekaligus dirinya yang kini nampak meneteskan air mata.

"Mengapa kau berkata begitu?" Sentak Kei, dia mulai terpancing emosi. "Bukankah kau yang memulai, janganlah bertingkah sebagai korban!"

"Aku korban bagi diriku sendiri!" Jerit Katie, air matanya semakin deras. "Aku menjebakmu, dan aku terperangkap sendiri."

"Apa maksudmu?"

"Aku, selalu mengenakan pengaman saat berhubungan dengan Gunarsa. Tetapi selalu polosan denganmu. Tapi aku...aku tak pernah hamil karenamu! Tidak seperti kau mampu membuahkan anak banyak, baik dari Angel, Ratu, dan entah wanita mana lagi yang lainya!"

"Katie!"

"Gunarsa menunjukkan foto anaknya si Lovely dan si Putri, yang katanya anak partner usahanya si Jarot, beberapa hari lalu. Dia bukan pria bodoh, dia melihat kemiripan yang identik pada wajah kedua gadis kecil itu. Mereka seperti kembar. Sangat mirip denganmu! Dan Gunarsa bilang, kau sempat jadi pelukis favorit Ratu, isteri si Jarot itu. Apa ini kebetulan?"

Kei menghela nafas, dia jadi paham dengan arah pembicaraan tersebut. Tetapi dia sudah terjebak arus, sulit ke luar. "Katie, aku tidak ingin membahas ini."

"Jarot bilang, kau pejantan tangguh. Memiliki anak dari dua isteri orang. Tetapi setidaknya, Angel pernah dua kali hamil darinya, meski keguguran."

"Katie, kenapa kau tertarik membahas tentang anak-anak itu?"

"Aku tak peduli tentang anak-anak itu. Tetapi para ibunya, jujur telah membuatku cemburu. Apakah begitu menggairahkannya mereka, sampai spermamu mampu menyembur subur di rahim-rahim hangat itu?"

"Ya, Tuhan! Katie..."

"Apakah begitu jeleknya diriku, sehingga tak ada setitik benihmu yang bisa tumbuh? Mereka mati sebelum sampai ke situ. Atau sengaja harakiri, karena tak bernafsu tadi?"

Kei menggeleng, lalu tertawa sedih. "Ngomong apa kau ini?"

"Aku pernah mendengar, jika sampai seorang wanita itu hamil, artinya pria tersebut sangat puas berhubungan badan dengannya. Kecuali, ada salah satu yang tidak subur. Malangnya, aku telah melakukan tes. Aku subur. Kalau kau, jangan ditanya, dua anak itu adalah bukti nyata. Lalu, yang menyedihkan siapa? Aku bukan? Aku yang merasa hebat mampu memanfaatkan ketulusanmu, ternyata selama ini justru tak pernah dicintaimu."

"Katie, kumohon hentikan ini..."

Katie meraih tisu, lalu menghapus air matanya. "Begini rasanya, jika menjadi isteri yang tidak dipuja oleh suami. Aku bodoh ternyata. Kupikir dulu, kau yang tergila-gila denganku hingga diselingkuhi juga tetap mau. Ternyata, kau menyimpan rahasia besar yang justru membuatku merasa malu."

"Sudah Katie, sudah!"

"Aku telah berdandan sepanjang hari, lalu berpura-pura menolakmu, berusaha untuk menghibur diriku sendiri. Itu sedikit konyol bukan? Jadi, jangan ragu untuk menghinaku sekarang. Anggap saja ini lelucon yang menyenangkan."

"Tidak! Aku tak ingin melakukan itu!"

"Lakukan saja! Lakukan apa yang terbiasa kita biasa lakukan! Berpura-pura jadi munafik untuk saling menarik keuntungan. Bukankah kita ini sama, makanya berjodoh? Lihatlah di cermin ini, kita bahkan tak menemukan hal lain, kecuali kemunafikan!"

Kei memandangi isterinya yang masih duduk di depan cermin, terisak-isak dengan tangisan yang pedih. Luka yang telah diciptakannya sendiri.

(Bersambung)

RATU (Sisi Lain Kehidupan Wanita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang