20: Tes DNA

420 38 3
                                    

Putri semakin besar dan lucu. Betul-betul menjadi hiburan bagi keluarga besarnya. Sebenarnya, semua terasa baik-baik saja, hingga Sang Mertua mulai sedikit gelisah dengan banyak komentar para wanita sesama kaum sosialita tua, yang mulai terusik dengan gosip-gosip miring dari generasi yang lebih muda.

Soal kemiripan fisik, antara Lovely anak dari Gunarsa, dengan Putri, anak dari Jarot. Ratih Sitoresmi, sebenarnya malas mengurusi hal remeh itu, tetapi dia mulai sedikit terluka saat banyak orang membahas masa lalu menantunya yang sempat dilukis oleh Kei Zorach, mantan kekasih Angel, artis terkenal isteri Pengusaha Gunarsa yang konon adalah bapak biologis si Lovely.

"Sangat kebetulan ya, jadi begitu mirip. Kebetulan pula kedua ibu mereka, pernah dekat dengan pria yang sama. Kei Zorach!" Komentar banyak orang itu, yang seakan menggiring opini yang membias.

Ratih tersenyum menanggapi itu,"Menantu saya hanya membeli lukisan dari pria itu. Jika isteri Gunarsa, baru berpacaran. Tetapi rasanya, tak ada urusan kita membahas masalah pribadi seseorang. Apalagi untuk bersikap buruk dengan menuduh. Setiap manusia konon memiliki banyak 'kembaran', yang bahkan tak punya hubungan darah satu sama lain, bukan?"

Lalu yang bergosip akan terdiam, mengangguk kaku dan pergi. Meski di sudut lain masih tetap bergunjing.

Ratih, mulai lebih lekat memantau perkembangan gosip itu. Meski secara hati nurani, dia jelas lebih mempercayai jika Putri adalah cucu kandungnya. Namun sejak kematian suaminya, dia jauh berusaha untuk berpikir secara logika. Apalagi, sejak besannya juga sudah pada meninggal semua, dia seperti berusaha untuk makin utuh menjaga nama baik keluarga.

"Sebaiknya, mulai dikurangi pertemuan antara Putri dan Lovely. Ini demi kebaikan bersama. Soal masalah kemiripan wajah saja, di negara ini mendadak bisa jadi isu yang mengerikan," kata Ratih, saat mengundang menantunya untuk minum teh bersama sore itu.

Cangkir di tangan Ratu nyaris lepas mendengar itu, tubuhnya gemetar. Dia seakan sedang digiring untuk menghadapi regu tembak, dan menunggu untuk dibidik. Tiba-tiba, dia merasa jika mertuanya mulai mengendus hal yang kurang beres.

"A-apa maksud Ibu," sahutnya, gugup. Ratu cepat meletakkan cangkir teh, lalu memandangi anaknya yang berlarian di taman ditemani pengasuhnya. Jantungnya berdegup kencang.

"Tenanglah, aku hanya berusaha meletakkan sesuatu pada tempatnya." Sahut Ratih, masih dengan sikap tenangnya, meski fisiknya mulai lemah oleh deraan penyakit.

Dua hari kemudian, Ratu sudah membawa anaknya ke Hosana Hospital. Dia merasa memiliki kekuatan untuk berani melakukan tes DNA. Mumpung Jarot sedang membawa mertuanya berobat ke Singapura, sehingga dia punya banyak waktu untuk melakukan sesuatu yang mestinya telah dia lakukan sejak lama.

"Deoxyribonucleic Acid atau asam deoksiribonukleat, atau disingkat DNA,  menyimpan semua informasi tentang genetika.
Seperti kita ketahui, pada bagian tubuh manusia terdiri atas jutaan sel yang sebagian besarnya terkandung gen dengan rangkaian lengkap. Pada inti sel, DNA membentuk satu kesatuan untaian yang disebut kromosom." Terang dokter, yang mencoba menjelaskan tentang DNA pada Ratu yang sedang menggendong Putri.

"Ehm, mengenai kromosom itu Dok. Bagaimana kromosom orangtua bisa mempengaruhi anak?" Tanya Ratu, seraya memperbaiki jilbabnya. Dia sengaja berpenampilan berbeda saat ke rumah sakit itu, berharap tidak ada yang mengenalinya, juga tidak mencurigainya.

Dokter pria mengangguk,"Jadi begini, Bu. Pada setiap sel manusia yang normal itu, memiliki 46 kromosom yang terdiri atas 22 pasang kromosom somatik dan 1 pasang kromosom sex (XX atau XY). Nah, setiap anak akan menerima setengah pasang kromosom dari pihak ayah dan setengah pasang kromosom lainnya dari pihak ibu."

"Fungsinya, Dok?"

"Dari situ, setiap anak nantinya akan membawa sifat yang diturunkan baik dari ibu maupun ayahnya. Sebab fungsi gen ini, mampu menentukan banyak karakteristik pada seseorang. Mulai dari warna mata, kulit, jenis rambut, hingga golongan darah."

"Membuat sang anak sangat mirip orangtuanya?"

"Ya, tapi bisa saja salah satu di antaranya. Ini jika dikaitkan dari ciri fisik ya?"

Ratu mengangguk, dia lalu mencium rambut anaknya dengan lembut. Kepergian mertuanya ke Singapura untuk mengobati penyakit autoimunnya yang semakin parah, memberikan Ratu ide brilian. Tak sulit mengumpulkan rambut, kuku dan darah suaminya. Selengkap itu dia mempersiapkan, bukan salah satu saja, bahkan dia nyaris mau mengambil cairan di bagian tubuh suaminya. Entah ludah, ingus hingga sperma, yang diperkirakannya juga bisa jadi bahan stok untuk tes DNA antara Putri dan Jarot nantinya.

"Untuk apa?" Tanya Jarot bingung.

Ratu menghela nafas, berpura-pura terluka. "Aku berat melakukan ini, tetapi kita hanya memiliki Putri. Aku tak mau kita salah mengantisipasi dari awal jika dia terkena penyakit bawaan dari keturunan kita. Ingatlah, kedua orangtuaku meninggal karena kanker. Ayahmu juga bukan? Nah, sekarang Ibumu autoimun. A-aku takut... kita bisa menurunkan penyakit serupa yang..."

"Sayang... sayang.... kau sungguh berlebihan. Mengapa kau sekhawatir itu? Anak kita sehat."

"Sayangku Jarot, kau tidak mengerti. Putri milik kita satu-satunya!"

"Iya, aku tahu."

"Jangan buat aku gelisah. Kita semua diperiksa. Agar kita mampu mengetahui, semuanya!"

"Tapi sayang...."

"Tolong, suamiku. Mengertilah. Jangan sampai kita menyesal. Aki trauma dengan segala kehilangan kita."

"Oke, baik! Baiklah."

"Tetapi jangan beritahu Ibu, juga saudaramu."

"Kenapa?"

"Jangan sampai menyinggung mereka."

Jarot menghela nafas, lalu mengangguk. Dia tidak mengetahui niat asli isterinya. Sebab sejauh yang dia tahu, Tes DNA merupakan prosedur yang tidak hanya untuk menelusuri informasi genetika seseorang dan garis keturunan, tetapi juga termasuk mengurangi risiko penyakit tertentu, dari riwayat penyakit keturunannya. Jarot sangat mencintai Putri, dia pasti mendukung keinginan Ratu yang dia tahu, bukan yang sedang wanita itu jalankan.

Sebab kepada dokter, Ratu malah membahas hal lain. "Kami merasa, anak ini seperti bukan anak suami saya. Ini seperti anak yang tertukar, Dok."

Dokter di depannya langsung melepas kaca matanya,"Maksud Ibu?"

Ratu tersenyum,"Saya ini sebenarnya cuma ibu sambung, Dok. Ibu kandung anak ini sebenarnya telah meninggal. Saya menikah dengan suami saya, baru dua tahun lalu. Tetapi setelah anak ini besar, suami saya curiga kalau isteri pertamanya yang telah meninggal itu telah berselingkuh. Sebab anak ini tidak mirip suami saya, juga almarhumah isterinya. Malah mirip bule, Dok. Sebab itu, suami meminta saya untuk mengecek tes DNA anak ini. Sebab ini berkaitan dengan nasab sang anak."

"Di mana suami Ibu?"

"Sedang di Singapura, Dok. Ada urusan bisnis di sana."

"Jika tujuan Tes DNA untuk mengetahui garis keturunan seperti memastikan status ayah sang anak, maka kedua orang tersebut baik calon ayah dan calon anak harus bersedia diambil sampel DNA-nya untuk kemudian diuji di laboratorium, Bu."

"Kami sudah mempersiapkan segalanya, Dok."

Dokter menghela nafas,"Bu, mohon maaf karena saya tanyakan hal ini.  Andai tes DNA ini membuktikan kebenaran sesuai dengan keraguan anda dan suami, bagaimana dengan nasib anak ini nanti?"

Ratu kembali tersenyum,"Insha Allah, kasih sayang kami tak akan berubah, Dok. Anak ini tidak berdosa. Tetapi kami akan jelaskan padanya suatu hari nanti, karena ini berkenaan dengan nasabnya ketika dia kelak akan menikah."

"Baiklah, saya memahami hal itu." Sahut Dokter, seraya mengangguk-angguk.

Dan untuk ke sekian kalinya, Ratu lagi-lagi tersenyum.

(Bersambung)





RATU (Sisi Lain Kehidupan Wanita)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang