Tak sulit menemukan rumah kontrakan milik Edelia. Ratu sedikit tak percaya, ketika melihat keadaan wanita itu sekarang. Apartemen, mobil, dan segalanya dari Jarot untuk Edelia telah ludes terjual untuk memenuhi gaya hidup Edelia yang sulit susah. Apalagi, dia kerap mengikuti pesta-pesta kelas atas, demi mampu menjerat pria kaya seperti Jarot.
Tetapi masa keemasan Edelia sudah memudar. Usianya sudah menua. Dia bukan lagi wanita muda yang mampu memesona siapa saja untuk waktu yang lama. Kalau sekedar terpikat untuk menemani satu jam di ranjang, masih mungkin. Tetapi untuk menikahinya, jelas mustahil. Apalagi kini dia punya anak yang tak jelas siapa bapaknya.
Jarot pernah mengatakan, jika Edelia telah berhubungan dengan pria lain, hingga tak mempedulikannya lagi saat itu. Meski Jarot tidak tahu pasti, siapa pria tersebut. Tetapi Edelia juga sempat dilihat oleh banyak orang, tengah berkencan dengan pria baru itu. Pria yang konon lebih tampan dari Jarot.
"Mengapa kau tak menyelidiki siapa pria itu dulu?" Selidik Ratu, saat Jarot dan dirinya membahas masa lalu itu.
Jarot tertawa,"Untuk apa? Seorang pria tidak akan peduli urusan itu, jika hatinya sudah berubah. Pria akan mudah berlari, jika disakiti. Berbeda dengan wanita, mereka pasti akan bertahan dulu. Bukan begitu?"
Ratu mencibir,"Maksudmu, kau sedang menyindirku?"
Jarot terbahak, lalu memeluk isterinya dengan gemas. "Kau terus bertahan jadi isteriku, meski kau tahu aku berselingkuh."
Ratu nyengir, meski hatinya gelisah. Andai suaminya tahu, jika dia bertahan selama itu bukan karena cinta. Melainkan hanya tentang kekhawatiran atas dampak mengerikan dari perceraian mereka yang pastinya akan melukai perasaan keluarga besar mereka. Serta menghancurkan segenap nama baik yang setengah mati diagungkan selama ini.
"Aku hanya kasihan dengan anak itu," bisik Ratu, membuat Jarot melepaskan pelukan dengan kesal.
"Dia bukan anakku, aku bersumpah untuk itu!" Tegas Jarot, sembari membuang muka.
Camelia Emira Jarotha, nama anak kecil itu. Dia cantik, tetapi tidak terlihat bule seperti Putri. Dan nama anak itu, mengapa ada Jarot-Jarotnya segala? Nama anaknya saja, Putri Ananda binti Jarot. Tak ada nama sambungan Jarot, selain urusan binti. Meski Ratu juga tak yakin jika Putri adalah anak biologis Jarot.
"Camelia, anak biologis Jarot. Lihat saja wajahnya, Indonesia asli. Tidak seperti anakmu, yang kulihat kok kayak bule sekali? Sungguh meragukan jika dia anak Jarot!" Kata Edelia, sambil menghembuskan asap rokok hitam di tangannya. Dia duduk di sofa kumal sembari melipat kaki, memamerkan paha mulusnya yang nampak begitu kurus dan kisut. Di sebelahnya, nampak duduk Camelia yang sibuk bermain game dalam ponsel.
Ratu menghela nafas, dia mulai merasa jika Edelia ingin menyerangnya dengan terang-terangan. "Aku datang ke sini dengan niat baik, untuk anakmu itu. Kau tak perlu menyerangku dengan pikiran negatifmu, Edelia. Aku tidak seburuk yang kau kira. Jangan membandingkan semua orang sebejat moralmu. Berani kau, jika Camelia dites DNA-nya?"
Edelia terbatuk. Rokok di tangannya, segera ditekannya pada asbak. Lalu dia tergesa meminum air mineral. Kini disadarinya, jika Ratu tetap lawan terberat untuk dihadapi. Bertahun-tahun, dia bahkan tak mampu mengalahkannya dari tahta sebagai istri Jarot, bahkan dia juga jadi kehilangan Jarot karena kegigihan wanita itu mempertahankan suami bejatnya.
Edelia tahu, Jarot tak bisa ditipu. Pria itu jelas paham, jika Camelia bukan anak biologisnya. Dan itu sudah jelas, karena bapak dari Camelia adalah Emir. Pria yang tidak sudi untuk bertanggung jawab. Tuhan telah menghukumnya, dengan tewasnya dia pada kecelakaan lalu lintas tiga tahun lalu, bersama isteri seorang pejabat. Berita menghebohkan yang membuat Edilia tersenyum.
Hidupnya remuk, saat Emir menolak bertanggung jawab. Menuntut Jarot, jelas bakal gagal. Pria itu masih ingat, kapan mereka masih berhubungan intim. Dia tidak bodoh, dan juga tak lagi mencintainya. Edelia menyesal meninggalkan pria itu. Itu artinya, sama dengan meninggalkan sumber mata uang. Jarot adalah ladang emas, tetapi dia tergoda Emir yang dikiranya sedang menggali ladang minyak cinta yang lengket. Meski ternyata, bajingan itu ternyata hanya ingin bersenang-senang saja.
Hidup Edelia dan anaknya, kini makin sulit. Miskin. Sebab itu, dia hanya butuh dukungan finansial saat ini, dengan cara mengeksploitasi Camelia pada Ratu, setelah Jarot menjauh. Tetapi dia memiliki amunisi untuk menyerang, jika Ratu menolak untuk diperas, yakni setelah melihat kondisi fisik anak Ratu yang katanya darah daging Jarot. Tetapi Edelia meragukan itu, apalagi gosip tak enak mulai menyebar. Edelia merasa, ini peluang terakhirnya untuk memanfaatkan situasi. Jadi dia merasa, Ratu harus dikalahkan semampunya.
"Camelia tak butuh DNA, dia anak Jarot!" Teriak Edelia, membuat Camelia terkejut, dan menangis.
Edelia, cepat memeluk anaknya dengan erat. Membuat Camelia perlahan menghentikan tangisannya. Lalu, Edelia menoleh pada Ratu, yang duduk tak jauh darinya dengan pandangan tajam. "Kau lihat? Betapa menderitanya Camelia, karena bapaknya tidak mengakuinya? Punya perasaan tidak kamu, Ratu? Anak kandung tidak diurus, tetapi anak orang malah dijadikan puteri raja? Bagaimana jika posisi kita bertukar? Apa kau tidak akan sepertiku yang mengemis tanggung jawab bapaknya?"
Ratu menelan ludahnya, lalu termenung. Dia tidak takut dengan tuduhan Edelia, tentang bapak biologis anaknya yang dikiranya bukan Jarot. Sebab dia sendiri ragu dengan bapak dari anaknya. Jarot menidurinya, hanya berkelang hari setelah si Kei. Salah satu dari mereka, pastinya adalah bapak kandungnya. Justru yang dikhawatirkan Ratu, adalah jika benar kalau Camelia adalah anak si Jarot. Jelas dia merasa bersalah karena berbuat tidak adil. Ratu terlalu lugu, saat menghadapi pemikiran tentang rasa bersalah.
"Edelia," panggil Ratu, setelah berdiri. "Meski aku tahu jika anakmu itu bukan darah daging Jarot, tapi aku akan tetap membantumu. Semata hanyalah, rasa kasihan saja. Sepuluh juta sebulan akan kutransfer tiap bulan, tetapi kau jangan pernah mengganggu kami lagi!"
Edelia langsung bangkit dan mendekati Ratu,"Apa? Cuma sepuluh juta? Cukup apa uang segitu, Ratu? Kau memiliki segalanya dari Jarot, lalu kami? Hanya sepuluh juta sebulan?"
Ratu menggeleng-gelengkan kepalanya dan menatap Edelia dengan sinis. "Kau ini, benar-benar tidak tahu malu! Berapa lama kau menjadi racun dalam kehidupanku dan Jarot? Berapa banyak harta Jarot yang lari kepadamu, di mana sekarang harta benda itu? Habiskah?! Semua?!"
"Eh, Ratu..." Edelia menggaruk kepalanya bingung.
"Terima tawaranku atau kau tidak akan mendapatkan apapun, jahanam!"
Edelia terdiam. Tubuhnya gemetar mendengar kalimat itu. Ucapan Ratu seakan baru saja menghajar isi kepalanya yang rusak, serta hatinya yang kotor. Dia baru sadar, jika dia hampir saja melewatkan kesempatan berharga untuk mengeduk uang dengan mudah.
"Ratu, maafkan aku."ucap Edelia lesu. "A-ku...aku hanya cemburu padamu. Juga aku... aku sedang depresi menghadapi kenyataan tentang hidupku sekarang. Aku tak punya apapun lagi. Semua ludes. Aku...aku...hanya tak tega dengan nasib Camelia. Mana bapaknya tidak peduli dan..."
"Sepuluh juta tiap tanggal satu, setiap bulan. Berikan nanti nomor rekeningmu pada sopirku, aku tunggu di mobil. Dan ingat, jangan pernah sekalipun menganggu kami lagi. Atau kau akan kehilangan bantuan dariku lagi. Paham?!" Bentak Ratu.
Edelia mengangguk pasrah, keberaniannya punah.
(Bersambung)

KAMU SEDANG MEMBACA
RATU (Sisi Lain Kehidupan Wanita)
RomanceRatu, tak pernah menjadi ratu dalam rumah tangganya. Karena sebelum menikahinya, suaminya Jarot telah menjadikan Edelia, sebagai ratu dihatinya. Perasaan terhina, putus asa, dan sedih dalam fase 9 tahun pernikahan itu, akhirnya malah semakin berkonf...