03 / Kabar duka

8.3K 368 1
                                    

Seorang gadis merasa terganggu dengan tidur cantiknya. Sedangkan sang pelaku hanya tersenyum manis. Tangannya terus bergerak mengusap lembut pipi gembul tersebut.

"Euugghh..." akhirnya gadis tersebut terbangun dari tidurnya. Bola matanya menangkap wanita paruh baya yang sedang tersenyum manis kepadanya.

"Mommy."

Wanita paruh baya tersebut adalah Siska. Dia tersenyum manis kepada Naira dengan tangan yang mulai mengusap lembut rambut putrinya.

"Apa Mommy mengganggumu?" tanya Siska.

"Tidak Mommy, Naira sebenarnya sudah bangun dari tadi. Hanya saja mata Naira terasa berat, jadi Naira melanjutkan tidurnya," jelas Naira membuat Siska terkekeh pelan.

"Bagaimana keadaanmu, Sayang?" tanya lembut Siska.

"Naira sudah mendingan Mom, hanya saja masih pusing," jawab Naira dengan senyuman manis miliknya. Siska hanya mengangguk paham.

"Mom," panggil Naira. Sebelah alis Siska terangkat, seolah berkata 'Apa'.

"Berapa lama Naira koma?" tanya Naira.

"Sekitar enam bulan," jawab Siska.

"Hah?!" pekik Naira. Selama itu? Ternyata, dirinya tidur sudah setengah tahun.

"Lalu bagaimana dengan wisuda Naira? Astaga Mom, Naira melewatkan Wisuda Naira," lanjut Naira, dia merasa sedih karena telah melewatkan acara yang sangat penting baginya.

"Emm, soal itu, Mommy yang datang ke sekolahmu. Dan ya, Mommy sangat bangga karena kamu yang mendapatkan nilai tertinggi," ucap Siska. Memang pada saat Naira koma, Siska-lah yang menghadiri acara tersebut. Sempat banyak yang bertanya dimana Naira, dengan berat hati Siska mengatakan apa yang telah terjadi kepadanya. Dan itu membuat semua orang merasa sedih, termasuk sahabatnya. Walaupun Naira terkenal dengan kenakalannya tapi mereka semua menyukai Naira, karena meskipun dia dari keluarga terpandang. Dia tidak pernah sombong, dan bahkan dia selalu membantu murid yang mempunyai masalah keuangan.

Naira menatap seluruh ruangan tersebut, tapi dia tidak menemukan sosok yang dia rindukan.

"Mom, dimana Daddy?" tanya Naira membuat Siska menegang seketika. Pikirannya tiba-tiba buntu, dia bingung harus menjawab apa soal Daddy-nya.

"Mommy?" panggil Naira membuyarkan lamunan Siska.

"Ya, sayang?" jawab Siska tersenyum lembut.

"Kemana Daddy? Kenapa dia tidak menjenguk Naira? Apa dia sibuk dengan pekerjaannya. Huft... Daddy memilih pekerjaan dari pada putrinya," ucap sendu Naira dan bahkan matanya sudah berkaca kaca.

"Tidak sayang, bukan begitu. Emmm, Daddy, dia..." Siska bingung harus menjawab apa.

"Katakan Mom, Naira benarkan. Daddy mentingin kerjaannya daripada Naira. Pada saat Naira bangun dari koma Daddy tidak pernah menjenguk Naira. Kalau Daddy sayang sama Naira, dia pasti akan ada disini. Tapi Daddyhiks... Daddy udah gak sayang lagi sama Naira. Kenapa Mommy diam. Katakan Mom... ke--"

"DADDY KAMU SUDAH MENINGGAL NAIRA!" potong Siska.

Deg!

Naira mematung di tempat, pikirannya sedang mencerna ucapan Mommy-nya.

"Daddy-mu sudah meninggal hiks... dia sudah meninggal. Asal kamu tau, Daddy-mu sangat sayang kepadamu. Kenapa kamu bisa mengatakan hal seperti itu?! Daddy-mu lebih mementingkan dirimu dari pada nyawanya sendiri...," ucap Siska tanpa sadar. Dia sudah tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengatakan hal ini. Dia sudah terlanjur marah saat mendengar putrinya yang mengatakan bahwa Daddy-nya sudah tidak sayang lagi.

Naira terdiam, dia masih belum percaya dengan apa yang Mommy-nya katakan. Seakan jiwanya hilang entah kemana, dia hanya menatap lurus ke depan seolah tidak ada kehidupan lagi. Siska yang menyadari hal itu menepuk pelan pipi putrinya.

"Naira, kamu masih dengar Mommy kan?" tanya khawatir Siska, tangannya terus menepuk pelan pipi putrinya. Tapi Naira hanya diam dengan pandangan lurus kedepan. Merasa khawatir Siska keluar untuk memanggil Farzan.

"FARZANN!!" teriak Siska. Farzan yang mendengar teriakan tersebut segera berlari menuju ruang inap Naira. Dia dibuat kalang kabut saat mendengar teriakan Siska.

"Ada apa, Mom?" tanya Farzan saat sudah berada di ruang inap Naira.

"N-naira," jawabnya dengan tangan yang masih menepuk pelan pipi Naira.

Farzan menghampiri istrinya, "Naira, kamu masih dengar saya?" ucap Farzan dengan melakukan apa yang Siska lakukan. Tapi nihil Naira tetap diam dengan pandangan lurus ke depan.

"D-daddy," ucapnya lirih, setelah itu matanya tertutup rapat dengan tubuh yang ambruk ke dalam pelukan Farzan.

"Naira, bangun sayang," ucap Siska dengan air mata yang sudah mengalir deras.

"Mommy sepertinya Naira sedang syok, apakah Mommy memberitahukan tentang kematian, Daddy?" tanya Farzan.

"Maaf, Mommy tidak dapat menahannya. Karena tadi Naira mengira jika Daddy-nya tidak sayang lagi kepadanya," jawabnya dengan nada bergetar menahan tangisnya.

Farzan menghembuskan nafasnya, "Tidak apa, saya mengerti. Saya akan memeriksa Naira lebih lanjut lagi, sebaiknya Mommy tunggu diluar," ucapnya yang langsung diangguki oleh Siska. Setelah itu Siska keluar dari ruangan itu dengan air mata yang masih mengalir.

Farzan menatap sedih Naira, tangannya mengelus wajah pucat istrinya. "Aku mohon jangan seperti ini, kau membuatku khawatir," gumamnya lalu membaringkan tubuh lemah itu.

▪︎▪︎▪︎

Sudah satu jam Naira tidak sadarkan diri. Farzan tetap setia menunggu istrinya membuka matanya. Sedangkan Siska dia sedang duduk di samping Naira dengan air mata yang masih mengalir.

"Sudahlah Mommy, jangan terlalu banyak menangis. Daddy akan ikut sedih jika Mommy selalu menangis seperti ini," ucap Farzan. Dia tidak tega saat melihat Siska menangis, dia juga merasakan sakit seperti seorang anak saat melihat Ibunya menangis.

"Ini semua salah Mommyhiks..." tangis Siska.

"Ini bukan salah Mommy, saya mengerti Mommy hanya terbawa suasana sehingga tidak dapat mengontrol diri sendiri. Jadi hapus air mata Mommy, karena air mata Mommy terlalu berharga," katanya lalu menghapus air mata tersebut. Siska dapat melihat kasih sayang dari mata Farzan, dia memeluk Farzan seperti seorang Ibu. Ya, dia sudah menganggap Farzan lebih dari menantunya.

Farzan membalas pelukan Siska, dia dapat merasakan kasih sayang seorang Ibu dari pelukan ini. Sama seperti Siska, Farzan juga menganggap Siska sebagai Ibunya. Dia sangat menyayangi wanita paruh baya yang sedang dia peluk saat ini.

"DADDYY!!! " pelukan mereka terlepas saat mendengar suara teriakan Naira.

Bruk!

"NAIRA!"

•••☆•••

TBC!

VOTE DAN KOMEN🌟

02:00 (Aku menikah?!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang