07 / Bolong salat

6.7K 241 2
                                    

Setelah selesai makan malam, mereka memutuskan untuk melaksanakan salat maghrib. Jika kalian berpikir mereka akan salat berjamaah, maka kalian salah. Naira menolak ajakan Farzan, dan seperti yang kalian tau, Farzan tidak dapat membujuknya, dia memilih diam mengalah daripada bertengkar dengan istrinya.

"Lo salat di tempat lain deh, gue mau disini," ucap Naira yang sudah menggunakan mukenahnya.

"Kenapa gak salat bareng aja, Zah?" tanya Farzan.

"Lo gak dengar tadi gue ngomong apa?" sahutnya sinis.

Farzan menghela napasnya, "Baik aku akan salat di kamar tamu," ucap Farzan lalu mengambil sajadah dan juga kopiah-nya.

Tapi sebelum dia benar-benar keluar dari kamar tersebut, Farzan membalikkan badannya. "Oh iya, nanti salat-nya harus khusyuk. Ingat kamu itu sedang berhadapan dengan Allah, salat-nya jangan kecepetan. Dan ju---"

"Ck, bawel banget sih. Gue udah ngerti, udah sana," potong Naira.

Farzan menganggukkan kepalanya, lalu dia melenggang pergi. Naira menatap kepergian Farzan, saat Farzan menghilang di balik pintu. Naira pun melaksanakan salatnya dengan khusyuk. Ya... meskipun pada saat rakaat ke dua dia sudah tidak khusyuk lagi.

Tanpa Naira ketahui, Farzan ternyata masih di depan pintu kamarnya. "Suatu saat nanti, kita akan salat dalam satu ruangan yang sama," batin Farzan. Dia berharap Naira akan menerima dirinya. Dia ingin menjalankan rumah tangga ini dengan saling mencintai. Tapi dia juga tidak akan memaksa Naira untuk menerima dirinya. Dia ingin Naira menerima dirinya tanpa paksaan tapi itu atas kemauannya sendiri dan juga atas dasar cinta. Dia yakin suatu saat nanti Allah akan mengabulkan semua do'anya.

▪︎▪︎▪︎

03:00 WIB

Farzan sudah siap dengan sarung hitam dan baju muslim putihnya, tidak lupa dia juga memakai kopiah hitam di kepalanya. Seperti biasa, Farzan akan melaksanakan salat tahajud.

Dulu saat usianya masih delapan tahun, dia sudah mondok. Karena itu memang sudah keinginannya, dan orang tuanya mendukung hal itu. Farzan juga termasuk anak pintar, dan keinginannya menjadi Dokter sangat mudah dia raih. Sekarang dia sudah menjadi penerus di rumah sakit milik keluarganya.

Setelah selesai salat tahajud, Farzan mengambil Al-Qur'an di nakas. Dia akan mengaji sembari menunggu waktu subuh. Farzan mulai membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan sangat tartil dan merdu. Dia memang mempunyai suara yang sangat merdu, selama di pondok pesantren dia sering memenangkan lomba Hafiz Qur'an. Benar, Farzan adalah penghafal Al-Qur'an. Maka tak ayal orang tuanya sangat bangga kepadanya.

Tak lama kemudian, adzan subuh sudah berkumandan. Farzan segera menyelesaikan ngajinya. Setelah itu dia akan pergi ke masjid untuk melakukan salat subuh berjamaah.

Sebelum Farzan pergi ke masjid, dia akan membangunkan istri kecilnya. Dia tidak ingin istrinya melewatkan salat subuh, hanya karena dia tidak membangunkan istrinya. Sedangkan sebagai seorang suami dia bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan istrinya.

Farzan menaiki anak tangga untuk ke kamar Naira. Benar, sekarang mereka tidak tidur dalam satu kamar. Karena Naira belum siap untuk tidur dengannya. Farzan mengerti hal itu, dan dia juga tidak akan memaksa Naira untuk tidur dengannya.

Tok.

Tok.

Tok.

Farzan mengetuk pintu kamar Naira, dia sebenarnya ingin masuk ke dalam. Tapi dia takut Naira akan marah. Karena tidak ada jawaban, Farzan mengetuknya sekali lagi.

02:00 (Aku menikah?!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang