Sesuai dengan yang diperintahkan oleh Farzan. Naira sudah siap dengan pakaian rapinya dan juga tertutup, tapi dia tidak menggunakan hijab. Sekarang dirinya menunggu Farzan untuk menjemputnya.
Tapi sudah cukup lama Naira menunggu Farzan, sampai akhirnya mobil hitam mewah berhenti di depan gerbang rumahnya.
Naira memutar bola mata jengah, saat mengetahui siapa pemilik mobil tersebut. Dengan langkah malas, dia mendekati mobil mewah milik suaminya itu.
Farzan segera keluar dari mobilnya, dia melayangkan senyuman manis ke arah Naira. Tapi Naira hanya menatapnya datar. Jangan lupakan kalau dia sedang marah kepada Farzan.
Farzan melihat penampilan Naira, memang Naira sudah berpakaian tertutup tapi menurutnya itu kurang karena Naira tidak menggunakan hijab.
Farzan membuka pintu mobil untuk istri kecilnya. Saat Naira sudah duduk manis, dia segera masuk ke dalam mobil.
Dia pun mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.
Naira melirik ke arah Farzan, "Kita mau kemana?" tanya Naira.
Farzan hanya tersenyum, "Kamu maunya kemana?" tanya balik Farzan membuat Naira berdecak kesal.
"Kan, Om yang ngajak gue keluar, terus kenapa Om nanya ke gue?!" kesalnya.
Farzan menghembuskan nafas panjang, dan lagi-lagi istrinya manggil dia dengan sebutan 'Om'. Padahal kemarin dia sudah bahagia Naira memanggilnya dengan sebutan 'Mas'.
Merasa tidak ada jawaban, Naira menggerutu kesal lalu memalingkan kepalanya ke arah jendela mobil.
Tak lama kemudian, mobil yang Naira tumpangi berhenti di sebuah tempat. Naira mengeryitkan saat melihat tempat tersebut.
"Ayo," ajak Farzan.
Naira yang masih bingung pun segera keluar dari dalam mobil. Saat sudah berada di luar, seketika senyumannya mengembang saat melihat berbagai macam permainan, dan juga para pedagang makanan.
"Apa kita akan bermain dengan semua permainan ini?" tanya Naira kepada Farzan.
Farzan hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis. Dia memang memutuskan untuk mengajak Naira ke pasar malam. Dia hanya ingin melihat Naira tersenyum lagi.
Naira memekik senang, lalu dia menarik tangan Farzan menuju salah satu permainan disana.
"Om, ayo kita naik itu," tunjuk Naira ke bianglala. Farzan menganggukkan kepalanya.
Mereka mulai menaiki bianglala tersebut. Naira tersenyum saat bianglala sudah mulai bergerak. Dia menatap takjub pemandangan pasar malam dari atas.
Farzan ikut tersenyum melihat Naira yang tersenyum senang. Dalam hati kecilnya dia ingin selalu melihat senyuman itu.
Angin bertiup dengan sangat kencang, sehingga membuat rambut panjang milik Naira menutupi wajahnya. Naira mencoba menyingkirkan rambutnya tapi dia kesulitan, karena sekarang dia sedang memegang ponselnya.
Farzan yang melihat itu, segera membantu Naira menyingkirkan helaian rambut hitam itu. Naira tersentak saat Farzan tiba-tiba mendekat dengan tangan yang menyingkirkan helaian rambutnya.
Dengan jarak yang sangat dekat, membuat jantung mereka berdegub dengan sangat cepat.
Farzan masih merapikan rambut Naira, setelah itu dia mengikat rambutnya. Beruntung tadi Naira sempat membawa ikat rambut.
Setelah selesai, Naira mengalihkan pandangannya ke segala arah. Pipinya sekarang sudah semerah tomat akibat perbuatan Farzan.
Farzan hanya tersenyum, dia tahu kalau sekarang pipi istrinya sudah seperti tomat.
KAMU SEDANG MEMBACA
02:00 (Aku menikah?!)
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! BACA DARI AWAL JANGAN LANGSUNG BACA ENDINGNYA! Saat aku terbangun dari komaku. Aku mendapatkan dua kenyataan dalam hidupku. Pertama ayahku meninggal dan kedua aku sudah menikah. Terkejut? Sudah jelas! Aku...