06 / Tinggal serumah

8.8K 345 1
                                    

Hari ini Naira sudah diperbolehkan untuk pulang. Tapi kali ini berbeda, karena Siska menyuruh Naira untuk pulang kerumah suaminya. Kesal? Tentu saja, padahal dia berniat untuk menjauh dari Dokter muda itu. Tapi sekarang dia akan tinggal satu atap dengan Dokter muda itu.

"Sayang, Mommy sudah beresin semua barang barang kamu," ucap Siska. Sekarang mereka masih di rumah sakit, dan Naira menunggu Farzan yang masih diruang oprasi.

"Mom, Naira gak mau tinggal serumah dengan Dokter itu," rengek Naira.

"Gak, kamu sudah setuju dengan pernikahan ini, dan sebagai seorang istri kamu harus pulang ke rumah suamimu," ucap Siska tidak terbantahkan.

Naira mendengus kesal, "Terserah Mommy aja deh." Naira mendengus pasrah dan tentu saja Siska tersenyum senang. Sebenarnya dia kesepian dirumahnya, tapi tadi pagi dia mendapatkan kabar bahwa Adiknya akan pulang dari Singapura. Jadi dia tidak kesepian lagi.

Siska yang melihat ekspresi cemberut putrinya hanya bisa tersenyum. "Naira dengarkan Mommy, kamu harus menerima Farzan sebagai suami kamu," ucap Siska.

"Kamu juga harus mematuhi semua perintah suami kamu, karena sekarang Surgamu berada pada suami kamu. Dan juga kamu mempunyai kewajiban untuk melayani suami kamu, kamu mengerti kan, sayang?" lanjut Siska.

"Iya, Naira ngerti Mom," ucap Naira, tapi di dalam hatinya dia mengumpat dengan pernikahan ini. Dia terlalu muda untuk membina rumah tangga.

Ceklek.

Pintu ruangan tersebut terbuka, membuat Siska dan Naira menoleh secara bersamaan untuk melihat siapa yang datang.

"Sebaiknya kita pulang sekarang," ucap Farzan yang masih berdiri diambang pintu. Benar, orang itu adalah Farzan.

"Baiklah sayang, sekarang kamu pulang dengan Farzan ya," ucap Siska kepada Naira.

"Yaah... Mommy, bisa gak Naira pulang kerumah dulu?" tanya Naira, pasalnya dia malas untuk pulang kerumah Dokter muda itu.

" Gak, kamu harus pulang dengan Farzan!" tolak Siska membuat Naira berdecak kesal.

"Ck, iya iya." Dengan perasaan kesal, Naira beranjak dari tempat duduknya.

Sedangkan Farzan dia menghampiri Siska untuk berpamitan. "Kita pulang dulu Mom, jaga diri Mommy baik-baik ya," pamit Farzan sembari mencium punggung tangan mertuanya.

"Iya, kamu juga, maaf kalau putri Mommy buat kamu kurang nyaman. Memang seperti itu sifatnya," ucap Siska.

Farzan tersenyum maklum, ya dia sudah tau dengan sifat istrinya. Menurutnya itu tidak masalah, dia menerima semua kekurangan dan kelebihan istrinya. Secara perlahan dia akan membimbing istrinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

"OM DOKTER, CEPETAN DONG," teriak Naira yang sudah berdiri di ambang pintu sambil berkacak pinggang.

Siska dan Farzan mengangkat sebelah alisnya, mereka tidak salah dengar? Dengan panggilan Naira.

"Om Dokter?" beo Siska dan Farzan.

"Ck, dia kan sudah tua Mom. Jadi aku panggil Om," ucap Naira.

"Astaghfirullah, Naira dia masih muda kenapa kamu manggil Om?" heran Siska.

"Bodo ah, Naira mau pulang. Ayo, Om," ajak Naira lalu keluar dari ruang inap tersebut.

"Mommy minta maaf soal tadi," ucap Siska kepada Farzan. Dia merasa bersalah karena putrinya memanggil Farzan dengan sebutan Om.

"Tidak apa Mom, Farzan ngerti kok. Kalau begitu Farzan pamit ya, Mom. Assalamu'alaikum." Setelah itu dia berlari kecil menyusul istrinya.

02:00 (Aku menikah?!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang