Sudah satu minggu Naira berada di rumah sakit. Akibat kejadian itu Naira menjadi pendiam, dan hubungannya dengan Farzan bisa dikatakan tidak baik. Dia masih belum percaya dengan apa yang terjadi selama dia koma.
Flashback on
Naira masih bingung dengan kejadian yang menimpa dirinya. Dia ingin tau apa yang terjadi saat dirinya koma selama setengah tahun terakhir ini. Naira menatap Mommy-nya yang sedang sibuk mengobrol dengan Dokter muda itu. Ada hubungan apa antara mereka berdua? Dan kenapa Dokter muda itu memperlakukan dirinya berbeda dengan pasien yang lain? Apa mungkin dia mempunyai hubungan dekat dengan keluarganya?.
Hingga tatapannya beralih dengan cicin cantik yang melingkar di jari manisnya. Sebaiknya dia bertanya kepada sang Mommy mengenai semua ini.
"Mom," panggil Naira mengalihkan pembicaraan mereka. Siska menolehkan kepalanya ke arah putrinya.
"Iya ada apa, Sayang?" tanya Siska sembari menghampiri Naira.
"Eumm, Naira ingin tau penyebab kematian Daddy. Dan juga Naira bingung saat Naira bangun dari koma tiba-tiba sudah menggunakan cincin cantik ini," jawab Naira.
Siska menatap Farzan, sedangkan Farzan yang ditatap hanya menganggukkan kepalanya.
Siska menghembuskan nafas dalam setelah itu dia menatap ke arah putrinya sambil tersenyum. "Baiklah Mommy akan ceritakan, tapi kamu harus berjanji tidak akan memotong ucapan Mommy," ucap Siska yang langsung diangguki oleh sang empu.
"Jadi, akibat kecelakaan beruntun itu membuat kalian terluka parah. Terutama Daddy-mu, dia ditemukan sedang memeluk erat dirimu. Daddy-mu dinyatakan gegar otak akibat benturan yang cukup keras. Sedangkan kamu mengalami cedera di kepala dan itu mengakibatkan kamu koma." Siska menarik nafasnya sejenak, lalu dia melanjutkan ceritanya.
"Dan pada saat itu, Daddy-mu berada diambang kematian. Itu terjadi karena Daddy-mu terlambat mendapatkan penanganan. Tapi, sebelum Daddy-mu meninggal, dia mempunyai satu permintaan kepada Mommy."
Naira mendengarkan semua penjelasan Siska dengan sangat serius, terlihat saat keningnya yang berkerut. Hal itu membuat Farzan terkekeh kecil saat melihat ekspresi istri kecilnya. Menurutnya itu saat lucu.
"Apa permintaan, Daddy?" tanya Naira penasaran.
"Daddy-mu meminta kamu untuk menikah--"
"HAH, MENIKAH?!" potong Naira.
"Naira jangan dipotong dulu," tegur Farzan yang sedari tadi hanya diam.
Naira menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Lanjut, Mom."
"Ya, itu permintaan terakhir Daddy-mu dan kamu tau... cincin itu adalah cincin pernikahan kalian," lanjut Siska. Naira membulatkan matanya, cincin nikah? Yang benar saja!
"Nikah? Naira menikah dengan siapa?" tanya Naira.
"Kamu sudah mengenalnya Sayang, dia orang yang selama ini merawat kamu saat masih koma. Dan bahkan dia yang selalu berada disampingmu saat kamu sedih," jawab Siska dengan bola mata yang mengarah ke arah menantunya.
Naira berpikir sejenak, selama ini dia hanya mengetahui kalau Dokter muda itu yang selalu merawatnya. Bahkan dia tidak mengizinkan Suster untuk merawatnya. Dan pada saat dia sedih, Dokter muda itulah yang berada di sampingnya. Apa jangan jangan?
Naira menatap Dokter muda tersebut, sedangkan Farzan hanya tersenyum manis.
"J-jadi dia s-suami Naira?" tebak Naira dengan tatapan mengarah ke Farzan.
Siska menganggukkan kepalanya, "Ya kamu benar, dia suami kamu," ujar Siska.
Deg!
"G-gak mungkin," ucapnya lirih, dia masih belum percaya dengan semua yang terjadi kepadanya.
"Kamu harus percaya Naira, saya adalah suami sah kamu. Dan saya sudah menikah denganmu, cincin itu adalah bukti pernikahan kita," ucap Farzan.
"Gak mungkin Mommy, Naira masih belum nikah. Bagaimana bisa Daddy menikahkan Naira pada saat usia Naira masih muda. Dan pada saat itu Naira sedang koma."
"Waktu itu Daddy-mu yang memaksa Farzan untuk menikah denganmu. Sebelumnya Daddy kamu sering bertemu dengan Farzan saat dia sedang makan siang di restaurant dekat kantornya. Dan mereka berdua saling mengenal. Maka dari itu Daddy-mu percaya kalau Farzan adalah seseorang yang terbaik untukmu," jelas Siska.
"Sayang, Mommy harap kamu menerima pernikahan ini. Mommy harap kamu mewujudkan permintaan terakhir Daddy-mu," mohon Siska.
Naira terdiam saat mendengar semua ucapan dari Siska, jauh dari dalam lubuk hatinya. Dia tidak menerima pernikahan ini, tapi di sisi lain dia juga ingin mewujudkan permintaan terakhir Daddy-nya.
"Naira, kamu mau kan menerima pernikahan ini, Nak?" tanya Siska.
Naira tampak berpikir, jika dia menolak maka dia akan membuat kedua orang tuanya sedih. Tidak ada pilihan lain selain menerima pernikahan ini untuk Daddy dan Mommy-nya. Ya, dia harus menerima pernikahan ini agar tidak membuat orang tuanya sedih terutama Daddy-nya.
Naira menghembuskan nafas panjang sebelum berkata, "Iya, Naira menerima pernikahan ini," jawabnya membuat Siska tersenyum bahagia. Tapi berbeda dengan Farzan dia merasa Naira terpaksa dengan keputusannya.
Siska mengusap lembut rambut putrinya. "Kalau begitu Mommy keluar dulu, ada urusan," ucap Siska lalu keluar dari ruang inap Naira. Dia hanya ingin memberi waktu berdua untuk mereka.
Farzan menggeser duduknya untuk lebih dekat dengan Naira. "Zah, apa kamu yakin menerima pernikahan ini?" tanya Farzan.
Naira menatapnya sinis, "Lo pikir gue mau menikah dengan lo? Kalau waktu bisa diulang, gue gak bakal sudi nikah sama lo," sahut Naira.
"Dan ya, soal tadi gue hanya terpaksa menerima pernikahan ini. Gue cuman gak mau orang tua gue sedih. Terutama Daddy," lanjutnya.
Farzan tersenyum simpul, dugaannya sangat benar jika Naira terpaksa menerima pernikahan ini. Tapi meski dengan terpaksa dia bersyukur istrinya tidak menolak pernikahan ini. Dan sekarang dia harus mempertahan'kan pernikahan ini. Ya, dia tidak mau pernikahan ini berujung dalam surat perceraian.
Flashback off
•••☆•••
TBC!
VOTE DAN KOMEN🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
02:00 (Aku menikah?!)
Teen FictionPART MASIH LENGKAP! FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! BACA DARI AWAL JANGAN LANGSUNG BACA ENDINGNYA! Saat aku terbangun dari komaku. Aku mendapatkan dua kenyataan dalam hidupku. Pertama ayahku meninggal dan kedua aku sudah menikah. Terkejut? Sudah jelas! Aku...