24 /Truth or dare

2.8K 141 2
                                    

Hamparan bintang menghiasi malam gelap ini. Di terangi dengan rembulan yang membuat kedua insan semakin mengeratkan pelukannya.

Farzan menatap teduh wajah indah itu, wajah yang mampu membuatnya bertekuk lutut. Semua kegelisahan di dalam hatinya akan hilang saat melihat wajah itu.

"A'," panggil Naira yang masih tetap dengan posisinya.

Pria tersebut menolehkan kepalanya. Sebelah alisnya terangkat seolah mengatakan 'Apa?'.

Naira tampak ragu saat akan melontarkan pertanyaan ini. Namun, rasa penasarannya lebih besar.

"Emmm, selama ini aku gak pernah bertemu dengan orang tua, Aa'."

Senyuman Farzan luntur, dan di gantikan dengan raut wajah sedih.

"Apa kamu ingin bertemu dengan mereka?" tanya Farzan.

Naira mengangguk semangat. "Tentu. Aku ingin bertemu dengan mereka. Emm, apa mereka sedang di luar negeri?"

Farzan hanya tersenyum tipis. "Besok kita akan bertemu mereka," putus Farzan. Naira tersenyum manis, dia tidak sabar bertemu dengan mertuanya. Ya, meskipun dia juga takut jika nanti mertuanya akan galak seperti yang di film-film itu. Semoga saja, mertuanya tidak segalak yang dia pikirkan.

Naira mengeratkan pelukannya, dia menikmati usapan lembut pada rambutnya.

"A'." Farzan hanya berdehem singkat sebagai jawaban. Naira memperbaiki posisinya.

"Kenapa Aa' menerima pernikahan ini? Padahal Aa' tidak mengenalku waktu itu." Farzan terdiam sejenak, dia mengingat kembali hari pernikahannya. Hari dimana kehidupannya mulai berubah.

"Semua terjadi begitu cepat, Aa bahkan tidak dapat berpikir jernih waktu itu. Jika kau di posisi Aa waktu itu, mungkin kamu akan melakukan hal sama." Naira terdiam, dia menunggu Farzan melanjutkan ucapannya.

"Waktu itu, Aa melihat kasih sayang seorang Ayah kepada putrinya. Walaupun ajalnya sudah dekat, dia masih menyempatkan untuk memberikan suami yang terbaik untuk putrinya. Daddy memberi Aa kepercayaan yang sangat besar untuk menjaga putrinya. Dan Aa tidak bisa menolak hal itu."

Farzan tersenyum tipis. "Faizah, Aa memang tidak mengenalmu. Tapi mengapa, saat melihat wajahmu. Hati Aa tergerak untuk menerima pernikahan ini. Aa merasa kamu'lah jawaban dari do'a Aa selama ini."

Naira mendongakkan kepalanya, dia menatap wajah tampan itu. Merasa di perhatikan, pria tersebut menundukkan kepalanya. Dia meniup pelan poni istrinya, sehingga membuat sang empu tersentak.

Namun, raut wajah tersebut seketika sedih. Dia teringat dengan almarhum Daddy-nya. Rindu, itu yang dia rasakan selama beberapa bulan ini.

Farzan tersenyum melihat perubahan istrinya, dia tahu kalau Naira sedang merindukan Daddy-nya.

"Aa tidak menyangka akan menikah secepat ini," ucap Farzan membuat Naira mendongakkan kepalanya kembali.

"Semua seakan mimpi, dan Aa tidak menyangka mendapatkan seorang istri yang..." Farzan menggantung ucapannya. Gadis itu melepas pelukannya, dia menatap Farzan dengan raut wajah penasaran.

"Yang apa?" tanya Naira.

Pria tersebut tersenyum tipis. "Sini." titahnya, menyuruh Naira mendekat.

Naira yang masih belum mengerti pun menurut, dia mendekatkan telinganya. Hal itu membuat Farzan semakin tersenyum. Pria tersebut mulai mendekatkan bibirnya tepat di telinga istrinya.

"Istri yang cantik seperti dirimu."

Cup.

Dengan cepat Farzan beranjak dari duduknya dan berlari masuk ke dalam rumah sambil tertawa. Naira di buat mematung saat Farzan mencium pipinya.

02:00 (Aku menikah?!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang