Semua pandangan fokus ke arah Farzan. Pria tersebut menghembuskan napas pelan. Sudut bibirnya tertarik saat melihat ekspresi istrinya. Dia tahu jika istrinya sedang khawatir, karena selama ini dia belum pernah bernyanyi.
Farzan menganggukkan kepalanya guna memberi keyakinan kalau semua akan baik-baik saja. Gadis tersebut hanya bisa pasrah, dia berharap apa yang suaminya katakan itu terjadi.
Farzan memperbaiki duduknya, dia mengambil gitar tersebut. Setelah mengatur nada gitar, Farzan mulai memetik gitar tersebut. Sedangkan Naira semakin khawatir saat gitar tersebut berbunyi.
"Nih, suami. Ngeyel banget sih, dia'kan belum pernah nyanyi. Gimana kalau suaranya kaya toa rusak, cukup gue aja punya suara itu," gerutu Naira.
Farzan mulai memainkan gitar tersebut, dengan tatapan yang mengarah ke Naira.
"Ets, tunggu dulu." Farzan menatap Dava kesal. Karena dia sudah siap untuk bernyanyi tapi di hentikan oleh sahabatnya ini.
Cowok tersebut hanya tersenyum manis. "Bos tidak akan bernyanyi sendiri," ucap Dava membuat Farzan menaikkan sebelah alisnya.
"Nanti Bos akan di temani oleh istri tercinta." Naira membulatkan kedua matanya. Apa dia tidak salah dengar?
"Hehe, santai dulu dong. Biar tambah romantis aja jika kalian berdua bernyanyi bersama." Seakan tidak ada beban Dava dengan santainya mengucapkan kalimat itu. Apa dia tidak tahu jika ada seseorang yang ingin memakannya hidup-hidup.
"Nah, gue juga setuju." sahut Farel. Yang lain pun menganggukkan kepalanya pertanda setuju.
Naira menatap suaminya untuk meminta tolong, tapi sepertinya kali ini Farzan tidak membantunya. Dari pada nanti dia mendapatkan hukuman yang menurutnya akan lebih parah dari ini. Karena dia tahu dengan jalan pikiran para sahabatnya itu.
Farzan beranjak dari duduknya, ia melangkahkan kakinya ke arah istrinya. Tangannya terulur berniat mengajak istrinya, namun Naira menggelengkan kepalanya. Farzan tahu jika istrinya malu untuk bernyanyi di depan banyak orang.
"Tidak apa, ada aku. Kamu cukup mengikuti lagu yang Aa nyanyikan." Naira masih ragu, dalam hati dia merasa heran sejak kapan dia mempunyai rasa malu. Padahal dulu, rasa ini tidak ada di dalam dirinya. Tapi semenjak menikah dia seakan menjadi perempuan seutuhnya yang mempunyai sifat malu.
Tenang aja gue gak sendiri, authornya juga gak punya urat malu. ~Naira
Plak!
Ngomong apa lo?! Tapi bener juga sih... ~author
Dengan kenyakinan yang pasti, dia menganggukkan kepalanya. Naira menerima uluran tangan suaminya. Melihat hal itu, Farzan menarik lembut tangan mungil tersebut ke depan.
Sekarang mereka bersiap mendengarkan lagu yang akan di nyanyikan oleh kedua pasutri tersebut.
Farzan mulai memetik gitarnya dengan Naira yang menatapnya gelisah. Farzan menganggukkan kepalanya untuk memberi kenyakinan kepada Naira.
Gadis tersebut menghembuskan napasnya, dia mulai mengontrol detak jantungnya yang seakan ingin melompat dari sarangnya.
"Bahagianya diriku telah memilikimu." Farzan mulai menyanyikan lirik pertama. Hal itu membuat tatapan kagum sekaligus terkejut bagi semua orang yang ada di sana. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya mereka mendengar Farzan bernyanyi. Apalagi, mereka baru tahu Farzan mempunyai suara merdu seperti ini.
Naira menatap suaminya dengan tatapan yang sulit di artikan. Dalam hati dia memuji suara merdu suaminya. Ternyata tidak jauh beda saat Farzan melantunkan ayat suci Al-Qur'an.
KAMU SEDANG MEMBACA
02:00 (Aku menikah?!)
Dla nastolatkówPART MASIH LENGKAP! FOLLOW SEBELUM MEMBACA!! BACA DARI AWAL JANGAN LANGSUNG BACA ENDINGNYA! Saat aku terbangun dari komaku. Aku mendapatkan dua kenyataan dalam hidupku. Pertama ayahku meninggal dan kedua aku sudah menikah. Terkejut? Sudah jelas! Aku...